memiliki rata-rata stres kerja sebesar 2,43. Perbedaan stres kerja juga dibuktikan oleh hasil uji ANOVA Lampiran 10 dengan nilai
signifikansi 96,8 lebih besar dari α = 5, sehingga terima H
. Kesimpulannya, tidak ada perbedaan stres kerja secara signifikan
jika dilihat dari perbedaan usia.
3. Stres kerja berdasarkan tingkat pendidikan terakhir
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata stres kerja karyawan dengan pendidikan SLTA sebesar 2,33, karyawan dengan
pendidikan Diploma mengalami rata-rata stres kerja sebesar 2,56, rata-rata stres kerja sebesar 2,26 dirasakan karyawan yang memiliki
pendidikan S1, sedangkan karyawan dengan pendidikan S2 memiliki rata-rata stres kerja sebesar 3,00. Perbedaan stres kerja
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dibuktikan oleh hasil uji ANOVA Lampiran 10 dengan nilai signifikansi 75,1 lebih
besar dari α = 5, sehingga terima H
. Kesimpulannya, tidak ada perbedaan stres kerja secara signifikan jika dilihat dari perbedaan
tingkat pendidikan.
4. Stres kerja berdasarkan status pernikahan
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata stres kerja karyawan yang berstatus menikah sebesar 2,35 sedangkan yang
berstatus belum menikah sebesar 2,33. Perbedaan stres kerja karyawan yang berstatus menikah dan yang berstatus belum
menikah sebesar 0,02. Selisih perbedaan stres kerja ini relatif kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan stres kerja
antara karyawan yang berstatus menikah dan yang berstatus belum menikah. Hal ini juga dibuktikan melalui uji t Lampiran 9 yang
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 94,9 lebih besar dari α =
5, sehingga terima H . Kesimpulannya, tidak ada perbedaan stres
kerja secara signifikan jika dilihat dari perbedaan status pernikahan.
5. Stres kerja berdasarkan bagian
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan stres kerja karyawan berdasarkan bagian. Rata-rata stres kerja karyawan
pada bagian pemasaran sebesar 2,20, karyawan pada bagian operasional mengalami rata-rata stres kerja sebesar 2,46, sedangkan
karyawan pada bagian bisnis mikro memiliki rata-rata stres kerja sebesar 2,21. Perbedaan stres kerja juga dibuktikan oleh hasil uji
ANOVA Lampiran 10 dengan nilai signifikansi 60,5 lebih besar dari
α = 5, sehingga terima H . Kesimpulannya, tidak ada
perbedaan stres kerja secara signifikan jika dilihat dari perbedaan bagian.
6. Stres kerja berdasarkan jabatan
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata stres kerja karyawan yang menduduki jabatan struktural sebesar 2,45
sedangkan yang menduduki jabatan fungsional sebesar 2,33. Perbedaan stres kerja karyawan yang menduduki jabatan struktural
dan yang menduduki jabatan fungsional sebesar 0,12. Selisih perbedaan stres kerja ini relatif kecil, sehingga dapat dikatakan
bahwa tidak ada perbedaan stres kerja antara karyawan yang menduduki jabatan struktural dan yang menduduki jabatan
fungsional. Hal ini juga dibuktikan melalui uji t Lampiran 9 yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 65,9 lebih besar dari
α = 5, sehingga terima H
. Kesimpulannya, tidak ada perbedaan stres kerja secara signifikan jika dilihat dari perbedaan jabatan.
7. Stres kerja berdasarkan masa kerja