4.1.3.4 Uji Hipotesis I Uji Kriteria Ketuntasan
4.1.3.4.1 Uji Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas Eksperimen Uji Proporsi
Berdasarkan  perhitungan  secara  manual,  diperoleh  hasil  ketuntasan  secara klasikal  mencapai  90,32.  Untuk  memperkuat  hasil  tersebut  dilakukan  uji
ketuntasan  belajar  klasikal  uji  proporsi.  Uji  ketuntasan  belajar  klasikal digunakan untuk mengetahui apakah persentase ketuntasan belajar klasikal peserta
didik kelas eksperimen mencapai persentase yang telah ditetapkan di SMA Negeri 1  Temanggung  untuk  mata  pelajaran  matematika  yaitu  76.  Adapun  hipotesis
yang diuji adalah sebagai berikut. :
� 75,5;  Hasil  tes  kemampuan  berpikir  kritis  peserta  didik  dengan pembelajaran  TTW  berbantuan  LKPD  belum  mencapai
ketuntasan klasikal.
1
: �  75,5  ;  Hasil  tes  kemampuan  berpikir  kritis  peserta  didik  dengan
pembelajaran  TTW  berbantuan  LKPD  sudah  mencapai ketuntasan klasikal.
Kriteria pengujian untuk ketuntasan belajar klasikal kelas eksperimen adalah tolak H
jika
0,5 −∝
di mana
0,5 −∝
=
0,45
= 1,64. Dari  hasil  perhitungan  uji  proporsi  satu  pihak  diperoleh
kelas eksperimen = 1,867. Karena
0,5 −∝
, maka H ditolak. Jadi, persentase
siswa  pada  kelas  eksperimen  yang  memperoleh nilai  ≥  76  sudah  mencapai
ketuntasan belajar klasikal. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 23.
4.1.3.5 Uji Hipotesis II Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Berdasarkan  perhitungan  secara  manual,  diperoleh  rata-rata  hasil  tes kemampuan  berpikir  kritis  peserta  didik  pada  kelas  eksperimen  sebesar  83,
sedangkan  rata-rata  hasil  tes  kemampuan  berpikir  kritis  peserta  didik  pada  kelas kontrol sebesar 68. Untuk memperkuat hasil tersebut dilakukan uji perbedaan dua
rata-rata  uji  pihak  kanan.  Uji  perbedaan  dua  rata-rata  uji  pihak  kanan digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan berpikir kritis  peserta
didik  kelas  X  dengan  strategi  pembelajaran  Think  Talk  Write  pada  materi  jarak lebih  dari  rata-rata  kemampuan  berpikir  kritis  peserta  didik  pada  kelas  kontrol.
Adapaun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut. H
: �
1
�
2
, artinya  rata-rata  hasil  tes  kemampuan  berpikir  kritis  peserta  didik dengan pembelajaran TTW berbantuan LKPD tidak lebih baik dari
rata-rata  hasil  tes  kemampuan  berpikir  kritis  peserta  didik  dengan pembelajaran ekspositori.
H
1
: �
1
�
2
, artinya  rata-rata  hasil  tes  kemampuan  berpikir  kritis  peserta  didik dengan pembelajaran TTW berbantuan LKPD lebih baik dari rata-
rata  hasil  tes  kemampuan  berpikir  kritis  peserta  didik  dengan pembelajaran ekspositori.
Kriteria pengujiannya adalah terima H jika
1−
1
+
2
−2
. Dalam hal lainnya H
ditolak. Harga t
1 −
dapat diperoleh dari daftar distribusi t dengan menggunakan dk = n
1
+ n
2
- 2 dan peluang 1
− .
Dari  hasil  perhitungan  diperoleh = 7,065.  Dengan  menggunakan
= 5,
1
= 31,
2
= 32   diperoleh =
0,9561
= 1,998.  Hasil  analisis uji perbedaan dua rata-rata uji pihak kanan dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai
berikut. Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Uji Pihak Kanan
Kelas N
Rata- rata
s
2
s
gabungan
t
hitung
t
tabel
Kontrol 32
68 85,419
73,138 7,065
1,998 Eksperimen
31 83
60,447
Berdasarkan hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata uji pihak kanan diperoleh  bahwa
,  maka ditolak.  Jadi,  rata-rata  kemampuan
berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen lebih dari rata-rata kemampuan berpikir  kritis  peserta  didik  pada  kelas  kontrol.  Perhitungan  selengkapnya  pada
Lampiran 24.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan  hasil  tes  kemampuan  berpikir  kritis  peserta  didik  diperoleh bahwa  90,32  peserta  didik  memperoleh  nilai
76.  Hasil  perhitungan  uji ketuntasan  klasikal  kelas  eksperimen  diperoleh
= 1,867  dan
,  sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  proporsi  peserta  didik  yang  mencapai ketuntasan  belajar  lebih  dari  76,  sehingga  dapat  dinyatakan  bahwa  peserta  didik
telah mencapai ketuntasan belajar.