Multplier Pendapatan Multiplier Tenaga Kerja

4.4.2 Multplier Pendapatan

Multiplier pendapatan digunakan untuk menggambarkan pengaruh yang ditimbulkan akibat terjadinya perubahan permintaan akhir sebesar satu satuan terhadap peningkatan pendapatan di suatu wilayah. Unsur yang termasuk dalam pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Sedangkan pendapatan lain diluar upah dan gaji seperti deviden atau bunga bank tidak termasuk didalamnya. Berdasarkan tabel 4.7, sektor yang memiliki nilai multiplier pendapatan tertinggi baik tipe I maupun tipe II ditempati oleh sektor industri makanan lainnya dengan nilai multiplier sebesar 3,9167 tipe I dan 5,0094 tipe II. Urutan selanjutnya diraih oleh sektor industri pengolahan ikan dan daging, industri kopra dan industri pengolahan susu. Industri minyak goreng memiliki nilai multiplier pendapatan tipe I dan tipe II. masing-masing sebesar 1,9630 dan 2,5107. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pendapatan tenaga kerja yang bekerja di sektor industri minyak goreng karena peningkatan permintaan akhir di sektor tersebut sebesar satu juta rupiah, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di semua sektor perekonomian sebesar Rp. 1,9630 juta. Dan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir di semua sektor industri minyak goreng maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di sektor industri minyak goreng yang dibelanjakan ke semua sektor perekonomian sebesar Rp. 2,5107 juta.

4.4.3 Multiplier Tenaga Kerja

Multiplier tenaga kerja digunakan untuk melihat berapa peningkatan penyerapan tenaga kerja pada suatu sektor di suatu wilayah jika terjadi peningkatan permintaan akhir. Multiplier tenaga kerja tipe I dapat menggambarkan besarnya lapangan kerja yang tercipta jika output suatu sektor meningkat satu rupiah. Sedangkan multiplier tenaga kerja tipe II menunjukkan dampak dari penyerpan tenaga kerja di suatu sektor sebesar satu unit terhadap peningkatan lapangan kerja di seluruh sektor perekonomian. Dilihat pada tabel 4.7, industri kopra memiliki nilai multiplier tenaga kerja tertinggi untuk tipe I sebesar 39,52150 dan untuk tipe II sebesar 49,0179. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sektor industri kopra akan menciptakan lapangan kerja untuk 39 orang tenaga kerja di semua sektor perekonomian jika output sektor tersebut meningkat sebesar satu juta rupiah. Dan apabila terjadi penyerapan tenaga kerja di sektor industri kopra sebesar satu orang tenaga kerja maka akan mempunyai dampak terhadap peningkatan lapangan kerja sebesar 49 orang tenaga kerja di seluruh perekonomian. Sektor-sektor lain yang memiliki nilai multiplier tenaga kerja terbesar antara lain industri minyak goreng, industri pengolahan ikan dan daging, industri makanan lainnya. dan industri pengolahan susu. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang memiliki multiplier tenaga kerja didominasi oleh industri makanan yang berbasis pertanian. Hal itu menggambarkan bahwa industri makanan merupakan industri yang dapat meningkatkan penciptaan lapangan kerja baik di sektor itu sendiri maupun di sektor-sektor hulunya. Tabel. 4.8. Total Peringkat Multiplier Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Peringkat Multiplier No Sektor Output Pendapatan Tenaga Kerja Jumlah Total Peringkat 1 Pertanian 23 22 24 69 18 2 Kacang-kacangan 25 23 26 74 21 3 Kelapa 24 24 25 73 20 4 Kelapa sawit 20 21 22 63 16,5 5 Peternakan 19 20 18 57 15,5 6 Pertambangan dan Galian 26 26 20 72 19 7 Industri Pengolahan Ikan dan Daging 7 2 3 12 4 8 Industri Pengolahan Susu 1 4 5 10 3 9 Industri Pengolahan Sayur dan Buah 11 16 12 39 11 10 Industri Kopra 5 3 1 9 2 11 Indsutri Minyak goreng 4 7 2 13 5 12 Industri roti. biskuti dan sejenisnya 6 12 11 29 8,5 13 Industri mie. makaroni dan sejenisnya 2 5 8 15 6 14 Industri biji-bijian kupasan 14 6 6 26 7 15 Industri coklat dan kembang gula 12 8 10 30 9,5 16 Industri pengolahan teh dan kopi 9 11 9 29 8,5 17 Industri pengolahan kedelai 15 13 7 35 10 18 Industri makanan lainnya 3 1 4 8 1 19 Industri minuman 17 17 14 48 14 20 Industri pengolahan lainnya 16 10 15 41 12,5 21 Listrik. gas air dan bangunan 10 15 16 41 12,5 22 Perdagangan 21 19 23 63 16,5 23 Restoran dan hotel 8 9 13 30 9,5 24 Transportasi dan telekomunikasi 13 14 19 46 13 25 Lembaga Keuangan 22 18 17 57 15,5 26 Pemerintahan dan Jasa- jasa 18 25 21 64 17 Sumber: Tabel I-O, 2000 diolah Berdasarkan tabel 4.8, total peringkat multiplier tertinggi dimiliki oleh industri makanan lainnya. Hal ini dapat dijadikan salah satu acuan dalam penentuan kebijakan dalam pembangunan. Misal jika ada pemberlakuan suatu kebijakan, sektor industi makanan lainnya dapat dijadikan sektor inti dari kebijakan tersebut sehingga efek yang dihasilkan akan besar pengaruhnya dalam perekonomian.

4.4.4 Multiplier Output Sub Sektor Industri Minyak Goreng