Keterkaitan Langsung Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia .

4.2.1 Keterkaitan Langsung Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia .

Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa sektor perdagangan mempunyai nilai keterkaitan langsung kedepan yang paling tinggi yaitu sebesar 2,649. Selanjutnya posisi kedua ditempati oleh sektor pertanian dengan nilai keterkaitan sebesar 2,131, kemudian berturut-turut sektor industri makanan lainnya dengan nilai keterkaitan 1,129, sektor kelapa sebesar 0,693 dan sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 0,690. Tingginya nilai keterkaitan pada sektor perdagangan dikarenakan sektor tersebut merupakan salah satu sektor yang mempunyai hubungan yang cukup erat dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian, khususnya dalam hal pendistribusian output masing-masing sektor. Sektor industri kopra merupakan sektor yang memiliki nilai tertinggi sebesar 0,743 dalam keterkaitan langsung ke belakang. Hal ini disebabkan industri kopra merupakan salah satu input inti dalam industri minyak kelapa. Posisi selanjutnya ditempati oleh sektor industri makanan lainnya dengan nilai keterkaitan 0,722, sektor industri pengolahan susu sebesar 0,654 diposisi ketiga. posisi keempat dengan nilai keterkaitan 0,639 ditempati oleh sektor industri pengolahan ikan dan daging dan sektor industri mie, makaroni dan sejenisnya menempati urutan kelima dengan nilai keterkaitan sebesar 0,582. Tabel 4.3 Nilai Keterkaitan Berbagai Sektor Perekonomian di Indonesia Menurut Transaksi Domestik Langsung Langsung Dan Tidak Langsung Sektor Ke Depan Ke Belakang Ke Depan Ke Belakang Pertanian 2,4026 2 0,2025 23 4,4087 2 1,3342 23 Kacang-kacangan 0,2639 13 0,1324 25 1,3076 11 1,1824 25 Kelapa 0,6971 9 0,1549 24 1,7778 7 1,2383 24 Kelapa Sawit 0,1137 19 0,2893 19 1,1802 15 1,4413 20 Peternakan 0,1394 17 0,2688 21 1,1966 13 1,4808 19 Pertambangan dan Galian 0,5435 10 0,1188 6 1,5724 9 1,1585 26 Pengolahan Ikan dan daging 0,2232 14 0,6394 4 1,2438 12 1,9322 7 Pengolahan Susu 0,0679 21 0,6539 3 1,0573 22 2,0698 1 Pengolahan Sayur dan Buah 0,0114 26 0,5263 11 1,0035 26 1,7469 11 Kopra 0,0462 22 0,7425 1 1,0602 21 1,9557 5 Minyak Goreng 0,5296 11 0,5765 6 1,7212 8 1,9897 4 Roti. Biskuit dan Sejenisnya 0,0146 25 0,5439 9 1,0081 24 1,9369 6 Mie. Makaroni dan sejenisnya 0,0181 24 0,5828 5 1,0060 25 2,0646 2 Biji-bijian Kupasan 0,1255 18 0,4420 14 1,1396 18 1,6434 16 Coklat dan Kembang Gula 0,1433 16 0,4714 12 1,1618 17 1,7382 12 Teh dan Kopi Olahan 0,1434 15 0,5673 7 1,1454 16 1,8299 9 Pengolahan Kedelai 0,1032 20 0,4544 13 1,1033 20 1,6768 14 Industri Makanan Lainnya 1,2404 4 0,7222 2 2,4857 4 2,0310 3 Industri Minuman 0,0287 23 0,3691 17 1,0231 23 1,5874 17 Industri Pengolahan Lainnya 2,3159 3 0,4283 15 3,0066 3 1,6332 15 Listrik. Gas. Air dan Bangunan 1,0392 7 0,5079 10 1,5458 10 1,7524 10 Perdagangan 2,8701 1 0,2841 20 4,4355 1 1,4406 21 Restoran dan Hotel 0,4777 12 0,5606 8 1,1804 14 1,8964 8 Transportasi dan Telekomunikasi 1,0917 6 0,4255 16 2,2919 5 1,6890 13 Lembaga Keuangan 0,7776 8 0,2400 22 2,1814 6 1,3693 22 Pemerintah dan Jasa-jasa 1,3010 5 0,3389 18 1,1285 19 1,5535 18 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia, 2000 diolah Keterangan: angka menunjukkan peringkat Untuk industri minyak goreng sendiri, dalam nilai keterkaitan langsung kedepan menempati urutan 11 dengan nilai 0,5296. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output industri minyak goreng secara langsung akan meningkat sebesar Rp. 0,5296 juta. Nilai keterkaitan langsung ke belakang industri minyak goreng sebesar 0,5765 dengan urutan ke- enam. Nilai keterkaitan sebesar 0,5765 mengindikasikan bahwa jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah. maka sektor industri minyak goreng akan meningkatkan permintaan inputnya secara langsung sebesar Rp. 0,5765 juta. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simatupang dan Syafaat 1990, nilai keterkaitan langsung ke belakang dan ke depan industri minyak goreng mengalami peningkatan. Dalam penelitian tersebut didapatkan nilai keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang masing-masing sebesar 0,25295 dan 0,55973. Peningkatan tersebut disebabkan adanya pertambahan jumlah populasi penduduk Indonesia setiap tahunnya.

4.2.2 Keterkaitan Langsung Dan Tidak Langsung Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia.