permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output industri minyak goreng secara langsung akan meningkat sebesar Rp. 0,5296 juta. Nilai keterkaitan
langsung ke belakang industri minyak goreng sebesar 0,5765 dengan urutan ke- enam. Nilai keterkaitan sebesar 0,5765 mengindikasikan bahwa jika terjadi
kenaikan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah. maka sektor industri minyak goreng akan meningkatkan permintaan inputnya secara langsung sebesar Rp.
0,5765 juta. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simatupang dan
Syafaat 1990, nilai keterkaitan langsung ke belakang dan ke depan industri minyak goreng mengalami peningkatan. Dalam penelitian tersebut didapatkan
nilai keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang masing-masing sebesar 0,25295 dan 0,55973. Peningkatan tersebut disebabkan adanya pertambahan
jumlah populasi penduduk Indonesia setiap tahunnya.
4.2.2 Keterkaitan Langsung Dan Tidak Langsung Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia.
Berdasarkan Tabel 4.3, sektor yang mempunyai nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung tertinggi ke depan dimiliki oleh sektor perdagangan yaitu
dengan nilai sebesar 4,435. Kemudian di posisi selanjutnya berturut-turut ditempati oleh sektor pertanian sebesar 4,408, sektor industri pengolahan lainnya
dengan nilai keterkaitan 3,006 kemudian sektor industri makanan lainnya sebesar 2,485 dan urutan ke-5 dengan nilai keterkaitan 2,291 ditempati oleh sektor
transportasi dan telekomunikasi. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang dalam sektor
perekonomian Indonesia. sektor industri pengolahan susu memiliki nilai
keterkaitan paling tinggi diantara sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 2,069. Peringkat kedua ditempati oleh sektor kelapa dengan nilai keterkaitan sebesar
2,064. Selanjutnya berturut-turut sektor industri makanan lainnya yang memiliki nilai keterkaitan 2,031, sektor industri minyak goreng sebesar 1,989 dan posisi ke-
lima ditempati oleh sektor yang memiliki nilai keterkaitan 1,955 yaitu sektor kopra.
Dari hasil analisis, industri minyak goreng memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sebesar 1,7212 dengan peringkat ke-18
dari seluruh sektor yang ada dalam perekonomian Indonesia Tabel 4.3. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp. 1juta output yang dihasilkan industri
minyak goreng secara langsung maupun tidak langsung akan dialokasikan kepada sektor-sektor lain dan industri minyak goreng itu sendiri sebesar Rp. 1,7212 juta.
Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang industri minyak goreng menempati peringkat 4 dengan nilai keterkaitan sebesar 1,9897.
Nilai tersebut berarti, apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp. 1juta pada industri minyak goreng maka permintaan input dari industri minyak
goreng maupun sektor perekonomian lainnya secara langsung dan tidak langsung akan meningkat sebesar Rp. 1,9897 juta.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Simatupang dan Syafa’at 1990, diperoleh nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang industri
minyak goreng sebesar 0.55973. Hal ini berarti bahwa pangsa nilai input antara yang digunakan oleh industri minyak goreng sebesar 56 persen dari besar
outputnya Amang, 1996. Jika dibandingkan, nilai keterkaitan langsung dan tidak
langsung kebelakang industri minyak goreng pada penelitian tahun 1990 lebih kecil dari nilai keterkaitan pada penelitian ini. Terjadinya peningkatan nilai
tersebut, dapat disebabkan karena adanya pertumbuhan populasi penduduk Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pertumbuhan populasi
dapat mendorong peningkatan angka konsumsi minyak goreng baik itu di tingkat rumah tangga maupun industri. Industri minyak goreng sebagai penyedia input,
memiliki hubungan saling ketergantungan antar sektor terkait. Sektor-sektor tersebut antar lain. sektor industri pengolahan susu, industri pengolahan ikan dan
daging, industri mie dan makaroni dan lain-lain.
Berdasarkan hasil analisis keterkaitan dapat disimpulkan bahwa sektor agroindustri rata-rata memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang besar jika
dibandingkan dengan keterkaitan ke depannya. Hal ini disebabkan output sektor agroindustri lebih banyak digunakan langsung untuk konsumsi rumah tangga
langsung. Berdasarkan nilai keterkaitan yang tertera dalam Tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa sektor industri pengolahan susu, industri kopra dan industri
mie dan makaroni merupakan sektor agroindustri yang harus diprioritaskan pemerintah dalam perumusan kebijakan pembangunan, khususnya pembangunan
industri. Hal itu dikarenakan ketiga sektor tersebut merupakan sektor yang mempunyai keterkaitan yang besar dengan sektor hulunya. Sehingga jika
ditetapkan suatu kebijakan terhadap sektor-sektor tersebut dapat berpengaruh kuat pada sektor hulunya.
4.2.3. Keterkaitan Ke Depan Industri Minyak Goreng Terhadap Berbagai Sektor Perekonomian Di Indonesia
Berdasarkan Tabel 4.4, diperoleh gambaran bahwa yang memiliki keterkaitan tertinggi dengan industri minyak goreng adalah industri pengolahan
susu, industri mie, makaroni dan sejenisnya, industri makanan lainnya, sektor restoran dan hotel dan industri roti, biskuit dan sejenisnya. Sedangkan industri
pengolahan kedelai, sektor hasil ternak, industri pengolahan lainnya, industri pengolahan daging dan ikan, industri biji-bijian kupasan memiliki nilai
keterkaitan yang rendah. Hal tersebut. dikarenakan dalam proses produksinya industri tersebut menggunakan minyak goreng hanya dalam jumlah yang kecil.
Tabel 4.4 Keterkaitan Ke Depan Industri Minyak Goreng Terhadap Berbagai Sektor Perekonomian di Indonesia
Sektor Koefisien Peringkat
Hasil Ternak 0,00211
7 Pengolahan daging dan ikan
0,00044 9
Pengolahan susu 0,09772
1 Roti. biskuit dan sejenisnya
0,01099 5
Mie. makaroni dan sejenisnya 0,04167
2 Biji-bijian kupasan
0,00042 10
Pengolahan Kedelai 0,00677
6 Industri makanan lainnya
0,01440 3
Industri pengolahan lainnya 0,00100
8 Restoran dan hotel
0,01422 4
Sumber: Tabel Input-Output, 2000 diolah
Nilai keterkaitan ke depan industri minyak goreng dalam berbagai sektor perekonomian Indonesia, ditempat tertinggi dimiliki sektor industri pengolahan
susu. Hal ini disebabkan minyak goreng, dalam hal ini minyak goreng baik nabati maupun hewani merupakan salah satu bahan yang terkandung dalam jumlah besar
pada output industri pengolahan susu.
4.2.4 Keterkaitan Ke Belakang Industri Minyak Goreng Terhadap Beberapa Sektor Perekonomian Indonesia