Jika dilihat dari sisi tenaga kerja, dampak induksi konsumsi merupakan hasil dari perkalian efek induksi konsumsi dari sisi output dengan koefisien tenaga
kerja. Dalam lampiran 10 kolom cons’m. sektor pemerintahan dan jasa merupakan sektor yang memiliki nilai terbesar dari dampak induksi konsumsi.
yaitu sebesar 0,0480. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jika terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja pada sektor tersebut sebesar 1 juta orang maka
akan konsumsi rumah tangga dalam perekonomian akan meningkat sebesar sebesar Rp. 0,0048 juta. Sedangkan dalam lampiran 11 kolom consu’m, nilai
terbesar dimiliki oleh sektor pertanian sebesar 0,0145. Jika terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja dari sektor industri minyak goreng sebesar 1 juta orang akan
meningkatkan konsumsi rumah tangga dari sektor pertanian sebesar Rp. 0,0145 juta.
4.6. Dampak Kenaikan Pasokan Minyak Goreng Terhadap Perekonomian Indonesia
Sebagai salah satu komponen dari barang publik. minyak goreng sangat besar pengaruhnya dalam pemicuan gejolak ekonomi. Peningkatan dan penurunan
harga maupun ketersediaanya di pasaran berpengaruh terhadap inflasi. Sehingga peran pemerintah sangat diperlukan dalam menjaga kestabilan harga dan
ketersediaan pasokan minyak goreng di pasaran. Pemerintah dalam hal ini Badan Urusan Logistik Bulog melakukan
intervensi dengan menghimpun stok CPO dari perkebunan swasta dan perkebunan negara yang kemudian diolah menjadi minyak goreng curah, terutama menjelang
hari raya. Bulog kemudian melakukan operasi pasar OP langsung untuk menstabilkan harga minyak goreng. Selain itu pemerintah juga memberlakukan
kebijakan pengurangan ekspor CPO guna memenuhi kebutuhan minyak sawit sebagai bahan baku inti dalam industri minyak goreng. Seperti yang terjadi pada
bulan Oktober 2004, pemerintah mengurangi volume ekspor CPO sebesar 20 persen dari total volume ekspor CPO antara 600 ribu sampai 650 ribu ton per
bulan. Pengurangan ekspor tersebut untuk memenuhi kebutuhan industri minyak
di dalam negeri menjelang sejumlah hari raya pada akhir 2004. Adanya penetapan kebijakan pengurangan ekspor CPO tentu saja berpengaruh besar terhadap jumlah
kenaikan pasokan minyak goreng dalam negeri mengingat CPO merupakan bahan baku inti dalam industri minyak goreng Indonesia. Dalam simulasi ini.
mengasumsikan harga CPO saat itu sebesar Rp. 4,05 juta per ton. Juga dalam penurunan volume ekspor CPO yang sebesar 20 persen tersebut secara otomatis
menaikkan jumlah pasokan minyak goreng dalam negeri sebesar 20 persen. Bedasarkan tabel 4.12, pengenaan kebijakan pengurangan volume ekspor
CPO yang mengakibatkan kenaikan pasokan minyak goreng domestik dialami juga dampaknya oleh sektor-sektor dalam perekonomian dimana output akan
bertambah sebesar Rp. 4,029 miliar. Sedangkan dari sisi pendapatan penambahan pasokan minyak goreng akan meningkatkan pendapatan total sektor
perekonomian sebesar Rp. 0,661 miliar. Dan untuk tenaga kerja akan mengalami pertambahan sebesar 98
,
73 ribu orang. Dampak kenaikan pasokan minyak goreng terhadap perubahan output
sektoral, industri minyak goreng merupakan industri yang menerima dampak paling besar. Dari tabel 4.12 nilai perubahan output yang disebabkan adanya
kenaikan pasokan minyak goreng sebesar Rp. 2,025 miliar akan meningkatkan
output industri minyak goreng sebesar lebih dari Rp. 2,840 miliar atau sekitar 70,50 persen dari total output perekonomian.
Tabel 4.12. Simulasi Dampak Kenaikan Pasokan Minyak Goreng Terhadap Perubahan Jumlah Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja
Output Pendapatan Tenaga
Kerja No Sektor
Nilai juta Rp
Persen Nilai
juta Rp Persen
Nilai ribu Orang
Persen 1
Pertanian 95,7113 2,3755 17,3977 2,6298
14,0460 14,2268
2 Kacang-kacangan
4,3599 0,1082 0,4627 0,0699 1,4097 1,4278
3 Kelapa
167,7011 4,1622 26,7457 4,0428 17,6981
17,9260 4
Kelapa sawit 244,8851 6,0779 53,8588 8,1410
29,3869 29,7653
5 Peternakan
1,4627 0,0363 0,2575 0,0389 0,0582 0,0589
6 Pertambangan dan galian
13,9201 0,3455 1,8100 0,2736 0,0584 0,0592
7 Industi pengolahan ikan
dan daging 2,1729 0,0539 0,1728 0,0261
0,0214 0,0217 8
Industri pengolahan susu 0,0225 0,0006 0,0020 0,0003
0,0003 0,0003 9 Industri
pengolahan sayur
dan buah 0,0065 0,0002 0,0012 0,0002
0,0001 0,0002 10
Industri kopra 48,4825 1,2033 3,9932 0,6036
0,1003 0,1016 11
Industri minyak goreng 2840,7195 70,5044 472,7700 71,4616
11,8763 12,0293 12
Industri roti, biskuit dan sejenisnya
0,0896 0,0022 0,0141 0,0021 0,0018 0,0018
13 Industri mie, makroni dan
sejenisnya 0,0583 0,0014 0,0070 0,0011
0,0008 0,0008 14 Indsutri
biji-bijian kupasan
0,2670 0,0066 0,0259 0,0039 0,0029 0,0029
15 Industri coklat dan
kembang gula 0,0434 0,0011 0,0050 0,0008
0,0006 0,0006 16
Industri teh dan kopi olahan
0,1294 0,0032 0,0212 0,0032 0,0023 0,0024
17 Industri pengolahan
kedelai 0,1294 0,0032 0,0166 0,0025
0,0018 0,0019 18
Industri makanan lainnya 7,9712 0,1978 0,4403 0,0666
0,1306 0,1323 19
Industri minuman 0,2116 0,0053 0,0330 0,0050
0,0031 0,0032 20 Industri
pengolahan lainnya
97,3901 2,4171 9,9068 1,4975 1,0765 1,0903
21 Listrik, gas, air dan
bangunan 33,4578 0,8304 5,1048 0,7716
0,5711 0,5784 22 Perdagangan
308,9624 7,6682 45,3411 6,8535
19,2091 19,4565 23
Restoran dan hotel 7,6733
0,1904 1,1217
0,1695 0,1808
0,1832 24 Transportasi
dan telekomunikasi
85,6649 2,1261 11,6009 1,7535 2,0310 2,0571
25 Lembaga keuangan
63,2949 1,5709 8,3761 1,2661 0,5680 0,5753
26 Pemerintahan dan jasa-
jasa 4,3484 0,1079 2,0862 0,3153
0,2925 0,2962 Total
4029,1359 100,0000 661,5725 100,0000 98,7285 100,0000
Sumber: Tabel I-O, 2000 diolah
Perubahan dalam pembentukan pendapatan rumah tangga yang disebabkan oleh kenaikan pasokan minyak goreng terbesar terdapat pada sektor industri
minyak goreng sebesar Rp. 0,472 miliar atau 71,46 persen dari total pendapatan rumah tangga seluruh perekonomian tabel 4.12. Hal tersebut berarti bahwa jika
terdapat pertambahan pasokan minyak goreng domestik sebesar Rp. 2,025 miliar akan meningkatkan pendapatan rumah tangga pada sektor industri minyak goreng
sebesar Rp. 0,472 miliar. Pertambahan pasokan minyak goreng tidak hanya memberikan dampak
terhadap pembentukan output dan pendapatan rumah tangga, tetapi juga memberikan pengaruh dalam penyerapan jumlah tenaga kerja. Sektor yang paling
besar responnya jika diberlakukan kebijakan peningkatan pasokan minyak goreng domestik adalah sektor kelapa sawit. Pada tabel 4.12 dijelaskan bahwa perubahan
akibat kebijakan tersebut menyebabkan pertambahan jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor kelapa sawit sebesar 29,387 ribu orang atau sebesar 29,765
persen dari penyerapan total seluruh sektor perekonomian. Hal yang dapat dijadikan alasan mengapa sektor kelapa sawit merupakan sektor yang paling besar
responnya terhadap pemberlakuan kebijakan pertambahan pasokan minyak goreng adalah kelapa sawit sendiri adalah bahan baku inti dalam industri CPO. Selain itu
lebih dari 90 persen minyak goreng domestik adalah minyak goreng berbahan baku CPO.
4.7. Implikasi Kebijakan Pengembangan Industri Minyak Goreng Indonesia