Program Pengawasan Supervisi Manajerial
38 c. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai
dengan jumlah orang yang berpendapat sama; d. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut
untuk diberikan urutan prioritasnya; e. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan
hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya. Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas sekolah dalam membantu pihak
sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS. Dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah RPS sebuah sekolah harus
memiliki rumusan visi, misi,dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder. Metode
Delphi dapat disampaikan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak.
6. Metode Workshop
Workshop merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas sekolah dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan
dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah danatau perwakilan komite sekolah.
Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah,
Kelompok Kerja Pengawas Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas sekolah dapat mengambil inisiatif untukmengadakan workshop tentang
pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
Workshop adalah sebuah aktivitas yang cukup kompleks dan harus direncanakan dengan matang sehingga dapat menjawab kebutuhan dan memberikan hasil yang
tepat. Ada 3 tiga tahap dalam melaksanakan sebuah workshop yang efektif, yaitu pra workshop, selama workshop dan setelah workshop.
a. Kegiatan pra workshop meliputi identifikasi kebutuhan workshop, menentukan tujuan workshop yang tepat dan menyiapkan materi yang sesuai dengan
permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan supervisi manajerial. b. Selama kegiatan workshop hendaknya memperhatikan pemilihan teknik dan
metode pembelajaran serta teknik komunikasi yang sesuai untuk orang dewasa. c. Setelah workshop diperlukan alat ukur yang sesuai untuk menilai apakah
workshop efektif mencapai tujuannya. Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan program workshop, maka diperlukan suatu fungsi kontrol yang dikenal dengan
evaluasi.
Evaluasi workshop memiliki fungsi sebagai pengendali proses dan hasil program workshop sehingga akan dapat dijamin suatu program workshop yang sistematis,
efektif dan efisien. Evaluasi workshop merupakan suatu proses untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam program workshop. Evaluasi workshop
lebih difokuskan pada peninjauan kembali proses workshop dan menilai hasil.
Program Pengawasan Supervisi Manajerial
39 Beberapa model evaluasi workshop antara lain Model CIPP, Model Empat Level,
Model ROTI Return On Training investment. a. Model CIPP mrupakan model untuk menyediakan informasi bagi pembuat
keputusan, jadi tujuan evaluasi ini adalah untuk membuat keputusan. Komponen model evaluasi ini adalah konteks, input, proses dan produk.
b. Model Empat Level merupakan model evaluasi workshop yang dikembangkan pertama kali oleh Donald. L. Kirkpatrick dengan menggunakan empat level dalam
mengkategorikan hasil-hasil workshop yaitu level reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil.
c. Model ROTI yang dikembangkan oleh Jack Phillips merupakan level evaluasi terakhir untuk melihat cost-benefit setelah workshop dilaksanakan. Kegunaan
model ini agar pihak manajemen melihat workshop bukan sesuatu yang mahal dan hanya merugikan pihak keuangan, akan tetapi workshop merupakan suatu
investasi. Sehingga dapat dilihat dengan menggunakan hitungan yang akurat keuntungan yang dapat diperoleh setelah melaksanakan workshop, dan hal ini
tentunya dapat memberikan gambaran lebih luas, apabila ternyata dari hasil yang diperoleh ditemukan bahwa workshop tersebut tidak memberikan keuntungan
baik bagi peserta maupun bagi perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa model evaluasi ini merupakan tambahan dari model evaluasi Kirkpatrick yaitu adanya level ROTI Return On Training Investment,
pada level ini ingin melihat keberhasilan dari suatu program workshop dengan melihat dari Cost- Benefit-nya, sehingga memerlukan data yang tidak sedikit dan
harus akurat untuk menunjang hasil dari evaluasi workshop yang valid.
Langkah-langkah pelaksanaan metode workshop adalah a. Menentukan materi atau substansi yang akan dibahas dalam workshop. Materi
workshop biasanya terkait dengan sesuatu yang bersifat praktis, walaupun tidak terlepas dari kajian teori yang diperlukan sebagai acuannya.
b. Menentukan peserta. Peserta workshop hendaknya mereka yang terkait dengan materi yang dibahas.
c. Menentukan penyaji yang membawakan kertas kerja. Kriteria penyaji workshop antara lain:
1 Seorang praktisi yang benar-benar melakukan hal yang dibahas. 2 Memiliki pemahaman dan landasan teori yang memadai.
3 Memiliki kemampuan menulis kertas kerja, disertai contoh-contoh praktisnya. 4 Memiliki kemampuan presentasi yang baik.
5 Memiliki kemampuan untuk memfasilitasimembimbing peserta.
d. Mengalokasikan waktu yang cukup. e. Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang memadai
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan 2.1 Berpikir Reflektif Metode Pengawasan Supervisi Manajerial 45 menit
Pada kegiatan ini, Saudara diminta untuk menuliskan pengalaman Saudara tentang metode supervisi manajerial yang sering dipergunakan dalam kegiatan pengawasan
supervisi manajerial. Tuliskan jawaban Saudara pada LK 2.1.