Metode Monitoring dan Evaluasi MONEV

Program Pengawasan Supervisi Manajerial 34 2 Monev Bebas Tujuan Sebagai model monev yang tidak didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dari program kegiatan. Monev berorientasi pada pihak eksternal, pihak konsumen, stakeholder, dewan pendidikan, masyarakat. Model monev bebas tujuan fokus pada adanya perubahan perilaku yang terjadi sebagai dampak dari program yang diimplementasikan, melihat dampak samping baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, dan membandingkan dengan sebelum program dilakukan, juga membandingkan antara hasil yang dicapai dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk program tersebut. 3 Monev Formatif-Sumatif. Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven, dengan membedakan evaluasi menjadi dua jenis: evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif, bersifat internal berfungsi untuk meningkatkan kinerja lembaga, mengembangkan programpersonal, bertujuan untuk mengetahui perkembangan program yang sedang berjalan in-progress. Monitoring dan supervisi, termasuk dalam kategori evaluasi formatif, dilakukan selama kegiatan program sedang berlangsung, dan akan menjawab berbagai pertanyaan: Apakah program berjalan sesuai rencana?; Apakah semua komponen berfungsi sesuai dengan tugas masing-masing?; Jika tidak apakah perlu revisi, modifikasi? Evaluasi sumatif, dilakukan pada akhir program, bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program yang telah dilaksanakan, memberikan pertanggung- jawaban atas tugasnya, memberikan rekomendasi untuk melanjutkan atau menghentikan program pada tahun berikutnya. Evaluasi akan dapat menjawab pertanyaan: Sejauh mana tujuan program tercapai?; Perubahan apa yang terjadi setelah program selesai?; Apakah program telah dapat menyelesaikan masalah?; Perubahan perilaku apa yang dapat ditampilkan, dilihat dan dirasakan setelah selesai mengikuti pelatihan?. 4 Model Countenance. Monev memfokuskan pada program pendidikan, untuk mengidentifikasi tahapan proses Stake ada 3 tahapan program: Antecedent phase, Transaction phase, dan Outcomes phase. Pada setiap tahapan, akan mengungkapkan dua hal: Apa yang diinginkan dan Apa yang terjadi . Secara rinci diuraikan sebagai berikut: Antecedent phase, pada tahap sebelum program dilaksanakan. Evaluasi akan melihat a kondisi awal program, b faktor-faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi keberhasilankegagalan, c kesiapan siswa, guru, staf administrasi, dan fasilitas sebelum program dilaksanakan Transaction phase, pada saat program diimplementasikan. Evaluasi difokuskan untuk melihat program berjalan sesuai dengan rencana atau tidak, bagaimana partisipasi masyarakat, keterbukaan, kemandirian kepala sekolah, Outcomes phase, pada akhir program untuk melihat perubahan yang terjadi sebagai akibat program yang telah dilakukan. Apakah para pelaksana menunjukkan perilaku baik, kinerja tinggi? Program Pengawasan Supervisi Manajerial 35 5 Monev Responsif. Model. evaluasi ini dikembangkan sejalan dengan perkembangan manajemen personel, perubahan perilaku behavior change. Evaluasi model ini sesuai untuk program-program sosial, seni, humaniora, dan masalah-masalah yang perlu penanganan dengan aspek humaniora. Monev berfokus pada reaksi berbagai pihak atas program yang diimplementasikan, dan mengamati dampak akibat dari hasil pelaksanaan program. 6 Monev CIPP CIPP singkatan dari Context, Input, Process, Product, adalah model evaluasi yang berorientasi pada pengambilan keputusan. Menurut Stufflebeam, “Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing usefull information for judging alternative decission making. Stufflebeam menggolongkan evaluasi menjadi 4 jenis ditinjau dari alternatif keputusan yang diambil dan tahapan program yang dievaluasi. Dari empat tahapan evaluasi tersebut, setiap tahapan evaluasi adanya informasi pembuatan keputusan: Monev konteks, dilakukan pada tahap penjajagan menghasilkan informasi untuk keputusan perencanaan planning decission. Evaluasi konteks akan melihat bagaimana kondisi kontekstual, apa harapan masyarakat, apa visi dan misi lembaga yang akan dievaluasi. Monev input, dilakukan pada tahap awal menghasilkan informasi untuk keputusan penentuan strategi pelaksanaan program structuring decission. Evaluasi input akan melihat bagaimana kondisi input masukan baik raw input maupun instrumental input. Raw input adalah input yang diproses menjadi output, untuk lembaga pendidikan adalah siswa, peserta didik; instrumental input seperti guru, fasilitas, kurikulum, manajemen, adalah input pendukung dalam implementasi program. Monev proses, dilakukan selama program berjalan menghasilkan informasi tentang pelaksanaan program; evaluasi proses akan melihat bagaimana kegiatan program berjalan, partisipasi peserta, nara sumber atau guru, penampilan guruinstruktur pada PBM di kelas, bagaimana penggunaan dana, bagaimana interaksi guru dan siswa di kelas. Berapa persen keberhasilan yang telah dicapai, dan memperkirakan keberhasilan di akhir program. Jenis keputusan adalah pelaksanaan implementing decission. Monev produk, dilakukan pada akhir program, untuk mengetahui keberhasilan program. Sejauh mana tujuan telah dicapai, hambatan yang dijumpai dan solusinya, bagaimana tingkat keberhasilan program meliputi: efektivitas, efisiensi, relevansi, produktivitas, dsb. Evaluasi produk menghasilkan informasi untuk keputusan kelanjutan program recycling decission. Evaluasi produk juga sebagai akuntabilitas pimpinan tentang program yang menjadi tanggung jawabnya kepada stake holder. 7 Monev Model Kesenjangan. Model Kesenjangan berfokus pada pembandingan hasil evaluasi dengan performansi standar yang telah ditentukan. Hasil evaluasi digunakan untuk pengambilan kebijakan tentang program yang telah dilaksanakan, akan ditingkatkan, dilanjutkan, atau dihentikan. Program Pengawasan Supervisi Manajerial 36 Model Kesenjangan melibatkan 4 tahap kegiatan sesuai dengan tahapan kegiatan organisasi atau program yang akan dievaluasi: mengidentifikasi program program definition, berfokus pada penentuan dan rumusan tujuan; penyusunan program program installation berfokus pada isi atau substansi program, cara- cara, metode, mekanisme untuk mencapai tujuan; pelaksanaan kegiatan program program implementation berfokus untuk mengukur perbedaan yang terjadi antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang telah ditentukan standar; hasil yang dicapai program program goal attainment, berfokus menginterpretasikan hasil temuan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk pembuatan keputusan. Keputusan dapat berupa revisi program dan atau melanjutkan program kegiatan. c. Langkah-langkah Metode Monev Langkah-langkah pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah: 1 Menentukan kelompok sasaran 2 Menetapkan standar untuk mengukur prestasi, 3 Mengumpulkan data dan mengukur prestasi, 4 Menganalisis apakah prestasi memenuhi standar, dan 5 Mengambil tindakan apabila prestasi kurangtidak memenuhi standar. Dalam perkembangan terakhir, kecenderungan monitoring dalam dunia pendidikan juga mengikuti apa yang dilakukan pada industri, yaitu dengan menerapkan Total Quality Controll. Monitoring ini tentu saja berfokus pada pengendalian mutu dan lebih bersifat internal. Oleh karena itu pada akhir-akhir ini setiap lembaga pendidikan umumnya memiliki unit penjaminan mutu.

4. Metode Refleksi dan Diskusi Kelompok Terarah Focus Group Discussion

Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan dan partisipasi, maka penilaian keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas sekolah. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas sekolah hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap kinerja atau prestasi yang dicapai, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat dan pendukung serta solusi pemecahannya. Forum untuk ini dapat berbentuk diskusi kelompok terarah, yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terarah adalah bentuk diskusi yang didesain untuk memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki peserta. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari diskusi kelompok terarah adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi kekuatan dan kelemahan sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas sekolah dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Program Pengawasan Supervisi Manajerial 37 Agar Diskusi kelompok terarah dapat berjalan efektif, maka diperlukan langkah- langkah sebagai berikut: a. Sebelum dilaksanakan, semua peserta sudah mengetahui maksud diskusi serta permasalahan yang akan dibahas. b. Peserta hendaknya mewakili berbagai unsur, sehingga diperoleh pandangan yang beragam dan komprehensif. c. Pimpinan hendaknya akomodatif dan berusaha menggali pikiranpandangan peserta dari sudut pandangan masing-masing unsur. d. Notulen hendaknya benar-benar teliti dalam mendokumentasikan usulan atau pandangan semua pihak. e. Pimpinan hendaknya mampu mengontrol waktu secara efektif, dan mengarahkan pembicaraan agar tetap fokus pada permasalahan. f. Apabila dalam satu pertemuan belum diperoleh kesimpulan atau kesepakatan, maka dapat dilanjutkan pada putaran berikutnya. Untuk ini diperlukan catatan mengenai hal-hal yang telah dan belum disepakati.

5. Metode Delphi

Metode Delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan survei. Dalam metode ini, panel digunakan dalam komunikasi melalui beberapa kuesioner yang tertuang dalam tulisan. Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsensus yang paling reliabel dari sebuah grup ahli. Metode Delphi dapat digunakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut : a. Untuk menentukan atau mengembangkan berbagai alternatif program yang mungkin b. Untuk menjelajahi atau mengekspos asumsi yang mendasari atau informasi yang mengarah ke penilaian yang berbeda c. Untuk mencari informasi yang dapat menghasilkan konsensus sebagai bagian dari kelompok responden d. Untuk menghubungkan penilaian informasi pada topik yang mencakup berbagai disiplin, dan e. Untuk mendidik kelompok responden mengenai aspek beragam dan saling terkait dari topik. Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Misalnya ketika pengawas sekolah membantu pihak manajemen berbasis sekolah dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah RPS sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder. Kegiatan penyusunan RPS, visi, misi dan tujuan sekolah akan melibatkan banyak pihak. Langkah-langkah proses metode Delphi adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan Sekolah; b. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai namaidentitas; Program Pengawasan Supervisi Manajerial 38 c. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama; d. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya; e. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya. Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas sekolah dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS. Dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah RPS sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi,dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder. Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak.

6. Metode Workshop

Workshop merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas sekolah dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah danatau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Kelompok Kerja Pengawas Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas sekolah dapat mengambil inisiatif untukmengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya. Workshop adalah sebuah aktivitas yang cukup kompleks dan harus direncanakan dengan matang sehingga dapat menjawab kebutuhan dan memberikan hasil yang tepat. Ada 3 tiga tahap dalam melaksanakan sebuah workshop yang efektif, yaitu pra workshop, selama workshop dan setelah workshop. a. Kegiatan pra workshop meliputi identifikasi kebutuhan workshop, menentukan tujuan workshop yang tepat dan menyiapkan materi yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan supervisi manajerial. b. Selama kegiatan workshop hendaknya memperhatikan pemilihan teknik dan metode pembelajaran serta teknik komunikasi yang sesuai untuk orang dewasa. c. Setelah workshop diperlukan alat ukur yang sesuai untuk menilai apakah workshop efektif mencapai tujuannya. Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan program workshop, maka diperlukan suatu fungsi kontrol yang dikenal dengan evaluasi. Evaluasi workshop memiliki fungsi sebagai pengendali proses dan hasil program workshop sehingga akan dapat dijamin suatu program workshop yang sistematis, efektif dan efisien. Evaluasi workshop merupakan suatu proses untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam program workshop. Evaluasi workshop lebih difokuskan pada peninjauan kembali proses workshop dan menilai hasil.