Indeks Bias Sifat Fisikokimia berdasarkan SNI 2006

25 bobot jenis minyak kayu putih sebelum pemucatan adalah 0,9235. Dari hasil yang didapatkan, terlihat bahwa nilai bobot jenis yang didapatkan lebih kecil dari 1,000. Menurut Guenther 1987, nilai bobot jenis minyak atsiri pada umumnya lebih kecil dari 1,0000. Gambar 6. Pengaruh Jumlah Bahan Pemurnian Terhadap Bobot Jenis Minyak Kayu Putih Gambar di atas Gambar 6 memperlihatkan histogram hubungan pengaruh jumlah bahan pemurnian terhadap nilai bobot jenis minyak kayu putih. Penambahan asam sitrat dan atau bentonit memberikan penurunan nilai bobot jenis meskipun selisih penurunan sangat sedikit. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan penambahan asam sitrat dan atau bentonit berpengaruh nyata Lampiran 5. Hal ini juga menunjukkan bahwa penambahan asam sitrat atau bentonit serta kombinasi keduanya tidak signifikan mempengaruhi struktur dan komposisi kimia dari minyak tersebut. Umumnya perbedaan jumlah bahan pemurnian yang ditambahkan menghasilkan bobot jenis minyak yang berbeda.

4.2.3.3. Indeks Bias

Indeks bias merupakan perbandingan kecepatan cahaya dalam suatu zat dengan kecepatan cahaya di udara Ardiana 2006. Nilai indeks bias dipengaruhi oleh kekentalan dan kerapatn minyak. Semakin tinggi kerapatan minyak, maka nilai indeks bias minyak tersebut makin tinggi. menurut Formo 1979, komponen-komponen kimia yang terdapat dalam minyak termasuk fraksi berat akan meningkatkan kerapatan minyak, sehingga sinar yang datang akan dibiaskan mendekati garis normal. Nilai indeks bias juga dipengaruhi oleh panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap suatu senyawa. Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak jumlah ikatan tak jenuh maka semakin tinggi indeks bias. Hal ini 0.9150 0.9160 0.9170 0.9180 0.9190 0.9200 0.9210 0.9220 0.9230 0.9240 1 2 3 B o bo t J enis Jumlah Bentonit As. Sitrat 0 As. Sitrat 1 As. Sitrat 2 As. Sitrat 3 26 disebabkan karena fraksi berat minyak yang banyak mengandung molekul- molekul yang berantai panjang. Nilai indeks bias minyak kayu putih hasil pemurnian berkisar antara 1,467 – 1,468 dengan rata-rata 1,468. Kisaran nilai tersebut telah memenuhi standar mutu bobot jenis minyak kayu putih berdasarkan Standar Nasional Indonesia 2006. Pada gambar di bawah ini Gambar 7, dapat dilihat hubungan pengaruh jumlah bahan pemurnian terhadap nilai indeks bias minyak kayu putih. Dari gambar tersebut, terlihat adanya perubahan nilai indeks bias minyak kayu putih untuk masing-masing perlakuan yang relatif kecil. Dari gambar terlihat, penambahan asam sitrat atau bentonit menyebabkan penurunan nilai indeks bias. Penurunan nilai indeks bias minyak disebabkan karena terjadi proses hidrolisa minyak yang membetuk asam dan alkohol yang menyebabkan kerapatan minyak berkurang, sehingga sinar lebih mudah untuk dibiaskan. Selain itu, penurunan nilai indeks bias ini dapat disebabkan karena hilangnya komponen-komponen pembentuk warna yang diadsorpsi oleh asam sitrat dan bentonit serta pengikata ion logam oleh asam sitrat. Kombinasi kedua bahan pemurnian menyebabkan nilai indeks bias mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan adanya penambahan kerapatan dan penurunan efektifitas bahan pemurnian dalam menyerap warna, kotoran, dan pengikatan ion logam karena bahan pemurnian tersebut telah mencapai titik jenuhnya. Gambar 7 . Pengaruh Jumlah Bahan Pemurnian Terhadap Indeks Bias Minyak Kayu Putih Analisis keragaman menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap nilai indeks bias minyak kayu putih demikian juga dengan interaksi kedua bahan tersebut Lampiran 6. Secara umum, nilai indeks bias untuk semua perlakuan relatif sama. Hal ini terjadi karena kerapatan minyak hasil pemurnian dan jumlah kotoran yang tertinggal relatif sama sehingga sinar yang melewati minyak dibiaskan membentuk sudut yang relatif sama pula. Di samping itu, hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan asam sitrat dan bentonit tidak memberikan banyak 1.465 1.466 1.466 1.467 1.467 1.468 1.468 1 2 3 Ind ek s B ia s Jumlah Bentonit As. Sitrat 0 As. Sitrat 1 As. Sitrat 2 As. Sitrat 3 27 perubahan pada struktur dan komposisi senyawa organik pada minyak atsiri tersebut. Hal ini sesuai dengan Purnawati 2000 yang menyatakan bahwa adanya perlakuan Chelating agent menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap indeks bias minyak nilam kasar.

4.2.3.4. Kelarutan dalam Etanol 70