Bobot Jenis Sifat Fisikokimia berdasarkan SNI 2006

24 penguapan. Kandungan senyawa kimia utama pada minyak kayu putih adalah kandungan sineol. Warna telah dijadikan sebagai indeks kualitas minyak selama bertahun-tahun Febriansyah R. Minyak kayu putih sebelum dipucatkan berwarna hijau bening. Warna ini disebabkan oleh adanya ikatan antara kandungan klorofil pada daun dan logam tembaga dari ketel penyulingan yang digunakan. Menurut Guenther 1990 warna hijau pada minyak kayu putih disebabkan oleh kandungan klorofil pada daun kayu putih dan ketel penyulingan yang terbuat dari tembaga Cu. Menurut Yagan 2007 adanya kandungan logam Fe, Cu, dan Ni dalam jumlah yang sedikit akan mempengaruhi kualitas minyak yakni bau, rasa, dan warna. Warna ini masih belum memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI 06-3954-2006. Warna minyak kayu putih menurut SNI 2006 tersebut berwarna bening hingga kuning kehijauan. Berdasarkan hasil pengamatan Lampiran 4, warna minyak kayu putih setelah pemurnian mengalami perubahan. Penggunaan asam sitrat menghasilkan warna kuning kehijauan bening, sedangkan warna minyak setelah pemurnian berubah menjadi kuning keemasan setelah ditambahkan bentonit. Perubahan warna ini berkaitan dengan penyerapan warna, pengikatan logam, dan tingkat kejernihan. Berdasarkan niali kejernihan yang didapatkan, nilai kejernihan paling tertinggi dihasilkan pada penggunaan asam sitrat 1. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan asam sitrat menghasilkan warna yang lebih jernih sehingga cahaya yang dilewati pada pengukuran transmisi dapat diteruskan dengan baik sehingga nilai transmitannnya meningkat. Asam sitrat tsangat efektif dalam mengikat dan menyerap logam dalam suatu cairan. Menurut Maria 2001, semakin tinggi konsentrasi adsorben yang digunakan, semakin banyak kotoran ion logam yang teradsorpsi sehingga cenderung menurunkan kadar Fe dalam minyak jarak pucat. Asam sitrat mengikat logam yang ada pada minyak sehingga minyak akan terlihat lebih jernih. Asam sitrat sangat efektif dalam, pengikatan logam pada suatu cairan. Hal ini menunjukkan bahwa daya adsorbsi bentonit sangat tinggi dalam penyerapan warna setelah diaktifkan terlebih dahulu.

4.2.3.2. Bobot Jenis

Komponen kimia yang terdapat dalam minyak kayu putih berpengaruh terhadap bobot jenis. Semakin tinggi fraksi berat dalam minyak, maka nilai bobot jenis semakin tinggi. Menurut Formo 1979, nilai bobot jenis semakin besar dengan semakin banyaknya jumlah ikatan rangkap suatu senyawa anorganik. Selain dipengaruhi berat molekul, berat jenis juga dipengaruhi oleh reaksi oksidasi dan polimerisasi pada senyawa organik. Di samping itu, bobot jenis dipengaruhi oleh jenis dan kompoisi minyak tersebut Ketaren 1986. Nilai bobot jenis ini digunakan untuk melihat kemurnian dan kejernihan minyak atsiri. Bobot jenis minyak kayu putih hasil pemurnian berkisar antara 0,9180 sampai dengan 0,9235 dengan nilai rata-rata 0,9210. Kisaran nilai tersebut telah memenuhi standar mutu bobot jenis minyak kayu putih berdasarkan Standar Nasional Indonesia 2006. Nilai tertinggi diperoleh dari minyak yang menggunakan kombinasi 3 asam sitrat dan 3 bentonit, sedangkan nilai terendah diperoleh dari penggunaan bentonit 3. Nilai 25 bobot jenis minyak kayu putih sebelum pemucatan adalah 0,9235. Dari hasil yang didapatkan, terlihat bahwa nilai bobot jenis yang didapatkan lebih kecil dari 1,000. Menurut Guenther 1987, nilai bobot jenis minyak atsiri pada umumnya lebih kecil dari 1,0000. Gambar 6. Pengaruh Jumlah Bahan Pemurnian Terhadap Bobot Jenis Minyak Kayu Putih Gambar di atas Gambar 6 memperlihatkan histogram hubungan pengaruh jumlah bahan pemurnian terhadap nilai bobot jenis minyak kayu putih. Penambahan asam sitrat dan atau bentonit memberikan penurunan nilai bobot jenis meskipun selisih penurunan sangat sedikit. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan penambahan asam sitrat dan atau bentonit berpengaruh nyata Lampiran 5. Hal ini juga menunjukkan bahwa penambahan asam sitrat atau bentonit serta kombinasi keduanya tidak signifikan mempengaruhi struktur dan komposisi kimia dari minyak tersebut. Umumnya perbedaan jumlah bahan pemurnian yang ditambahkan menghasilkan bobot jenis minyak yang berbeda.

4.2.3.3. Indeks Bias