Bobot Jenis Indeks Bias Putaran Optik Kelarutan Dalam Alkohol

4

2.1.1.1. Golongan Hidrokarbon

Senyawa ini tersusun dari unsur-unsur hidrogen H dan karbon C yang terdapat dalam bentuk terpen, parafin, olefin, dan hidrokarbon aromatik. Terpen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan unit yang tersusun dari unit isoprene C 5 H 8 . Unit ini yang berkondensasi dengan cara persambungan antara kepala dengan ekor isopentenilpirofosfat dan dimetil alilpirofosfat sehingga menghasilkan geranil pirofosfat yang selanjutnya mengalami reaksi sekunder seperti hidrolisa, isomerisasi, , oksidasi, reduksi maupun dehidrasi untuk menghasilkan senyawa terpen maupun senyawa terpenoid yang terdapat didalam tumbuh-tumbuhan. Berdasarkan jumlah isopren, terpen dapat dibedakan atas monoterpen dua unit isopren, seskuiterpen tiga unit isopren, diterpen empat unit isopren, dan politerpen. Senyawa terpen kurang berbau wangi, sukar larut dalam alkohol encer dan tidak tahan terhadap cahaya dan udara. Santonin merupakan jenis terpen yang menyebabkan senyawa terpen tidak berbau Sirait 2007. Jika disimpan dalam waktu yang lama akan terpolarisasi dan membentuk sejenis resin yang sukar larut dalam alkohol Guenther 1987.

2.1.1.2. Golongan

Hidrokarbon Beroksigen Oxygenated Hydrocarbon Komponen kimia golongan hidrokarbon beroksigen terdiri dari unsur karbon C, hidrogen H, dan oksigen O. Ikatan atom karbon yang terdapat dalam molekulnya terdiri dari ikatan jenuh atau tidak jenuh. Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini adalah alkohol, aldehid, keton, oksida, eter, ester, dan fenol. Golongan hidrokarbon terkoksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena aromanya yang lebih wangi.

2.1.2. Sifat Fisikokimia

Setiap minyak atsiri mempunyai sifat-sifat yang berebeda antara yang satu dengan yang lainnya. Sifat tersebut tergantung dari komposisi kimia yang menyusunnya, terutama senyawa terpen yang tidak jenuh, ester, asam, aldehid, alkohol, eter, dan keton Guenther 1987 Minyak atsiri bersifat mudah menguap pada suhu kamar, larut dalam alkohol encer yang konsentrasinya kurang dari 70 persen. Oleh karena itu, minyak atsiri disebut sebagai minyak terbang. Sifat-sifat fisika minyak atsiri yakni bau yang karaktersitik, bobot jenis, indeks bias yang tinggi, larut dalam alkohol, dan bersifat optis aktif.

a. Bobot Jenis

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25°C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180 Bobot jenis 5 merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri Guenther 1987.

b. Indeks Bias

Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan perubahan arah sinar akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian Guenther 1987.

c. Putaran Optik

Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran optik menggunakan alat Polarimeter Ketaren 1985. Pada umumnya, minyak atsiri bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyususun yang memiliki atom C asimetrik Gunawan dan Mulyani 2004.

d. Kelarutan Dalam Alkohol

Sebagian besar minyak atsiri larut dalam pelarut organik pada berbagai tingkat konsentrasi. Salah satunya adalah alkohol. Penentuan kelarutan minyak ini tergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak. Minyak atsiri yang kaya akan komponen oxygenated lebih mudah larut dalam alkohol dibandingkan kandungan terpen. Konsentrasi alkohol yang sering digunakan untuk menentukan kelarutan minyak atsiri adalah 50, 60, 70, 80, 95, dan kadang-kadang 65 dan 75. Menurut Guenther 1987, minyak atsiri yang baru diekstrak biasanya berwarna kekuning-kuningan atau tidak berwarna. Beberapa minyak atsiri ada yang berwarna kemerah-merahan, kehijauan dan ada pula yang kebiruan. Warna minyak yang kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau kecoklatan terjadi jika minyak disuling dalam alat penyuling yang terbuat dari besi. Selain itu, warna hijau dihasilkan dari penyulingan minyak dengan menggunakan alat penyuling yang terbuat dari tembaga. Minyak atsiri dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan perubahan sifat kimia minyak atsiri yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan resinifikasi. a. Oksidasi Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga membentuk senyawa aldehid, asam organik, dan keton yang menyebabkan perubahan bau yang tidak dikehendaki. 6 b. Hidrolisis Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan adanya air dan asam sebagai katalisator. c. Resinifikasi Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan ekstraksi minyak yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama penyimpanan.

2.2. Tanaman Kayu Putih