21
Pada gambar 4, dapat dilihat histogram pengaruh jumlah bahan pemurnian terhadap  rendemen  minyak  kayu  putih.  Berdasarkan  histogram  tersebut,  terlihat
adanya  pengaruh  dari  jumlah  bahan  pemurnian  yang  ditambahkan.  Penggunaan bentonit  atau  asam  sitrat  1,  2,  dan  3  persen  menghasilkan  rendemen  minyak  hasil
pemurnian yang semakin menurun. Hal ini juga terjadi pada penggunaan kombinasi bentonit  dan  asam  sitrat.  Perbedaan  jumlah  bahan  pemurnian  yang  ditambahkan
menghasilkan  rendemen  minyak  yang  berbeda  pula.  Dari  hasil  uji  statistik Lampiran  2  diketahui  juga  bahwa  jumlah  bahan  pemurnian  yang  ditambahkan
untuk setiap hasil yang berbeda nyata. Secara umum, semakin banyak jumlah bahan pemurnian yang ditambahkan maka rendemen minyak semakin kecil. Hal ini karena
dengan  banyaknya  bahan  pemurnian  yang  ditambahkan  maka  minyak  yang tertinggal  pada  bahan  pemucat  tersebut  akan  cukup  besar.  Menurut  Fahmi  dalam
Ardiana  2006,  semakin  tinggi  konsentrasi  bahan  pemucat  maka  penyusutan  yang dialami  akan  semakin  tinggi.  Pada  proses  pengkelatan,  kotoran  dan  logam  pada
minyak  akan  tertinggal  bersama  asam  sitrat  dan  membentuk  gumpalan.  Hal  ini disebabkan  oleh  adanya  pembentukan  endapan  oleh  asam  sitrat  yang  berikatan
dengan  logam  yang  terlepas  dari  senyawa  utama  pada  minyak  tersebut.  Selain  itu, ssam  sitrat  dapat  mengadsorpsi  senyawa  logam  disertai  reaksi  kimia  yang
membentuk  senyawa  kimia  kompleks  yang  tidak  terlarut  dalam  minyak  sehingga proses  pemisahan  antara  padatan  hasil  reaksi  dengan  minyak  dapat  dilakukan
dengan penyaringan Syabanu dan Cahyaratri 2009 Penambahan bentonit dan asam sitrat berpengaruh juga terhadap rendemen
minyak. Minyak dapat tertinggal pada bentonit dan asam sitrat sehingga mengurangi rendemen yang diperoleh. Penurunan rendemen minyak yang dipucatkan dengan 0,
1,  2,  dan  3  persen  asam  sitrat  dan  bentonit  tidak  terlalu  besar  yakni  2-3  persen. Pemucatan  dengan  kombinasi  kedua  pemucat  tersebut  tidak  menyebabkan
kehilangan yang terlalu besar kecuali pada kombinasi bahan pemurnian dengan 3 asam sitrat dan 3 bentonit. Oleh karena itu, pemurnian dengan kombinasi tersebut
tidak efektif.
4.2.2. Kejernihan  Transmisi
Kejernihan minyak kayu putih dilihat dari persen transmisinya yang diukur dengan alat Spektrofotometer pada panjang gelombang 540. Persen transmisi adalah
radiasi sinar yang dapat diteruskan oleh sumber cahaya yang melalui suatu laruutan dalam  wadah  transparan  dengan  intensitas  tertentu.  Semakin  besar  nilai  persen
transmisi  berarti  semakin  banyak  cahaya  yang  dapat  dilewatkan    dan  minyak semakin  jernih.  Nilai  transmisi  minyak  kayu  putih  hasil  pemurnian  berkisar  antara
81,30
– 96,88. Persen tertinggi diperoleh dari minyak yang dipucatkan dengan asam  sitrat  1,  sedangkan  nilai  terendah  diperoleh  dari  minyak  yang  dipucatkan
dengan kombinasi 3 asam sitrat dan 3 bentonit. Pada gambar 5, dapat dilihat hubungan pengaruh jumlah bahan pemurnian
dengan  persen  transmisi  minyak  kayu  putih.  Perbedaan  konsentrasi  bahan pemurnian  yang  ditambahkan  menghasilkan  minyak  dengan  nilai  persen  transmisi
yang  beragam.  Dari  data  tersebut,  terlihat  bahwa  nilai  kejernihan  akan  semakin meningkat sesuai dengan konsentrasi bentonit yang digunakan. Hal ini berbeda pada
penggunaan asam sitrat dimana nilai kejernihan yang dihasilkan berbanding terbalik dengan konsentrasi asam sitrat yang digunakan. Hal ini disebabkan tidak terjadinya
22
pengikatan ion logam, tetapi dispersi asam sitrat dengan minyak sehingga kejernihan minyak  berkurang.  Berdasarkan  analisis  statistik  yang  dilakukan  Lampiran  3,
perlakuan  penambahan  asam  sitrat  atau  bentonit  tidak  berpengaruh  nyata  terhadap nilai  kejernihan   transmisi  minyak  kayu putih sebelum  dan sesudah pemurnian.
Sedangkan  interaksi  kedua  bahan  tersebut  berpengaruh  nyata  terhadap  nilai kejernihan.  Semakin  banyak  kedua  bahan  tersebut  ditambahkan,  nilai  persen
transmisi minyak relatif  makin rendah atau makin tinggi. Peningkatan jumlah asam sitrat yang ditambahkan menyebabkan penurunan nilai persen transmisi minyak. Hal
ini  disebabkan  tidak  terjadinya  pengikatan  ion  logam,  tetapi  dispersi  asam  sitrat dengan minyak sehingga kejernihan minyak berkurang.
Perlakuan terbaik yang menghasilkan nilai persen transmisi tertinggi adalah minyak  yang  dimurnikan  dengan  asam  sitrat  1,  yaitu  sebesar    96,88.
Kemampuan  penyerapan  maksimum  adalah  asam  sitrat  1  dimana  dengan  jumlah pemakaian  yang  tidak  terlalu  banyak.  Dengan  tingginya  nilai  persen  transmisi  ini,
maka  minyak  ini  mampu  menyerap  cahaya  yang  cukup  banyak  bila  dibandingkan dengan  minyak  hasil  perlakuan  lainnya.  Hal  ini  disebabkan  oleh  penyerapan  ion
logam  pada  minyak  kayu  putih  dengan  menggunakan  asam  sitrat  1  lebih  besar dibandingkan  dengan  konsentrasi  2  atau  3.  Pernyataan  ini  diperkuat  oleh  hasil
analisa statistik Marwati 2005, semakin besar jumlsh ion logam yang terpisah dari minyak maka nilai kejernihan minyak akan semakin tinggi.
Gambar  5. Pengaruh Jumlah Bahan Pemurnian Terhadap Nilai Kejernihan  transmisi Minyak Kayu Putih
4.2.3. Ion Logam