22
pengikatan ion logam, tetapi dispersi asam sitrat dengan minyak sehingga kejernihan minyak  berkurang.  Berdasarkan  analisis  statistik  yang  dilakukan  Lampiran  3,
perlakuan  penambahan  asam  sitrat  atau  bentonit  tidak  berpengaruh  nyata  terhadap nilai  kejernihan   transmisi  minyak  kayu putih sebelum  dan sesudah pemurnian.
Sedangkan  interaksi  kedua  bahan  tersebut  berpengaruh  nyata  terhadap  nilai kejernihan.  Semakin  banyak  kedua  bahan  tersebut  ditambahkan,  nilai  persen
transmisi minyak relatif  makin rendah atau makin tinggi. Peningkatan jumlah asam sitrat yang ditambahkan menyebabkan penurunan nilai persen transmisi minyak. Hal
ini  disebabkan  tidak  terjadinya  pengikatan  ion  logam,  tetapi  dispersi  asam  sitrat dengan minyak sehingga kejernihan minyak berkurang.
Perlakuan terbaik yang menghasilkan nilai persen transmisi tertinggi adalah minyak  yang  dimurnikan  dengan  asam  sitrat  1,  yaitu  sebesar    96,88.
Kemampuan  penyerapan  maksimum  adalah  asam  sitrat  1  dimana  dengan  jumlah pemakaian  yang  tidak  terlalu  banyak.  Dengan  tingginya  nilai  persen  transmisi  ini,
maka  minyak  ini  mampu  menyerap  cahaya  yang  cukup  banyak  bila  dibandingkan dengan  minyak  hasil  perlakuan  lainnya.  Hal  ini  disebabkan  oleh  penyerapan  ion
logam  pada  minyak  kayu  putih  dengan  menggunakan  asam  sitrat  1  lebih  besar dibandingkan  dengan  konsentrasi  2  atau  3.  Pernyataan  ini  diperkuat  oleh  hasil
analisa statistik Marwati 2005, semakin besar jumlsh ion logam yang terpisah dari minyak maka nilai kejernihan minyak akan semakin tinggi.
Gambar  5. Pengaruh Jumlah Bahan Pemurnian Terhadap Nilai Kejernihan  transmisi Minyak Kayu Putih
4.2.3. Ion Logam
Penambahan  asam  sitrat  dimaksudkan  untuk  menghilangkan  ion  logam yang  terdapat  dalam  minyak  kayu  putih  dengan  cara  membentuk  ikatan  kompleks
antara logam dengan asam sitrat. Asam sitrat mampu mengikat beberapa ion logam. Ikatan  kompleks  tersebut  akan  mengendap  dan  dapat  dipisahkan  dari  minyak
70 75
80 85
90 95
100
1 2
3
Nila i K
ej er
nih a
n T
ra ns
m it
a n
Jumlah Bentonit
As. Sitrat 0 As. Sitrat 1
As. Sitrat 2 As. Sitrat 3
23
melalui  penyaringan.  Analisis  keragaman  dengan  menggunakan  SAS  tidak dilakukan,  karena  analisis  ion  logam  hanya  dilakukan  terhadap  minyak  kayu  putih
sebelum dipucatkan dan  minyak kayu putih hasil pemurnian  yang  memiliki  tingkat kejernihan  transmitan  paling  tinggi.
Minyak  yang  memiliki  tingkat  kejernihan  paling  tinggi  yaitu  minyak  hasil pemurnian  dengan  menggunakan  1  asam  sitrat.  Minyak  tersebut  memiliki
kandungan  logam  Cu,  Fe,  dan  Mg  masing-masing  sebesar  0,015  mgl,  7,50  mgl, dan 0,220 mgl. Sedangkan minyak kayu putih yang belum dimurnikan mengandung
kadar logam Cu 18,16 mgl, Fe 8,76 mgl, dan  Mg 0,300 mgl.  Logam-logam tersebut  merupakan  pengotor  yang  terdapat  dalam  minyak  kayu  putih.  Menurut
Djatmiko dan  Ketaren dalam  Herwanda  2011, logam  Fe, Mg, dan  Cu  merupakan salah  satu  jenis  kelompok  komponen  pengotor  yang  tidak  larut  dalam  minyak  atau
lemak  fat  insoluble  dan  terdispersi  dalam  minyak.  Logam  dalam  minyak  nabati merupakan kontaminan dan jarang ditemukan.  Logam-logam tersebut dapat berasal
dari tanah atau peralatan pengolahan. Kontaminan yang berasal dari tanah adalah Fe dan Cu Hasibuan dan Nuryanto 2011.
Terlihat  bahwa  terjadi  penurunan  kadar  logam  jika  dibandingkan  dengan minyak  kayu  putih  sebelum  dimurnikan,  sehingga  proses  pemurnian  ini  efektif
dilakukan. Penurunan logam Cu, Mg, dan Fe masing-masing sebesar 100, 36,37, dan 16,8 dibandingkan dengan kandungan logam pada minyak sebelum pemrunian.
Hal ini dikarenakan adanya proses pengikatan logam oleh asam sitrat. Hal ini sesuai dengan  Abrahamson  et  al.  1994  yang  melaporkan  bahwa  asam  sitrat  terbukti
merupakan  senyawa  pengkelat  yang  efektif  terhadap  logam  Fe.  Dispersi  partikel asam sitrat akan lebih baik dan juga akan memperbaiki interaksi antara minyak dan
asam  sitrat  sehingga  jumlah  Fe  yang  terkelat  akan  semakin  besar.  Marshall  et  al. 1999  menyatakan  bahwa  asam  sitrat  mampu  melakukan  penyerapan  terhadap
logam Cu dalam suatu cairan dan air limbah. Chen et al. 2003 menemukan bahwa dengan  meningkatnya  konsentrasi  asam  sitrat  sebagai  senyawa  pengkelat,  maka
kompleks logam Pb dan Cd dengan asam sitrat yang terbentuk semakin banyak.
4.2.4. Sifat Fisikokimia berdasarkan SNI 2006