Rencana pengelola Pengelola Obyek Wisata Alam

pakan dan peneluran penyu; inkubasi telur dalam bak semi alami, pemeliharaan penyu setelah menetas di bak penampungan penyu selama 3 bulan sampai pada pelepasan penyu ke laut. BKSDA Jawa Barat bekerjasama dengan PT Epson selama beberapa tahun terakhir dalam perlindungan penyu, namun sekarang kontraknya sudah berakhir. Kawasan konservasi penyu ini tidak dijadikan obyek wisata alam. Jarak yang dekat dengan obyek wisata Pantai Sindangkerta, maka pengunjung sengaja mengunjungi tempat tersebut. 5 Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya Pantai Pamayangsari dikelola oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya dengan tujuan sebagai tempat pelabuhan nelayan dan tempat pelelangan ikan.

5.4.2 Rencana pengelola

1 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya Dalam Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas Unit di Lingkungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya Paragraf 3 Bidang Kepariwisataan Pasal 8, bidang kepariwisataan mempunyai tugas menyelenggarakan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan di bidang kepariwisataan yang meliputi bina wisata, pengembangan obyek wisata serta sarana dan prasarana wisata. Rencana strategis pengembangan wisata merupakan pedoman atau landasan umum bagi pembangunan wisata selama jangka waktu tertentu, baik dalam perencanaan, pelaksaan, pengendalian maupun pengawasan pembangunan pariwisata Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya 2012 – 2016. Proyeksi atau rencana pengelolaan jangka panjang sesuai dengan Rencana Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012 – 2016 adalah: a. Pengembangan SDM Pariwisata:  Diklat aparatur pariwisata.  Diklat pelaku pariwisata.  Pembinaan pelaku pariwisata. b. Perlindungan dan konservasi sumberdaya:  Penataan obyek dan daya tarik wisata, sarana rekreasi dan kawasan pariwisata yang berwawasan lingkungan.  Menyusun perencanaan dan pengelolaan sehingga terselenggaranya pariwisata yang berwawasan lingkungan.  Pengadaan perlengkapan oprasional pariwisata. c. Pengembangan potensi kepariwisataan:  Inventarisasi dan identifikasi potensi.  Penataan fasilitas obyek dan daya tarik wisata serta fasilitas pendukung lainnya sesuai standarisasi yaitu pengembangan obyek wisata unggulan dan peningkatan pembangunan sarana dan prasarana.  Peningkatan promosi kepariwsataan melalui media cetakelektronik dan pembuatan film yang berhubungan dengan pariwisata.  Pembuatan sarana promosi.  Penyelenggaraan paket wisata dan travel dialog.  Penyelenggaraan dan partisipasi dalam pameran dan even pariwisata. 2 Perum Perhutani KPH Tasikmalaya Tupoksi Perum Perhutani dalam pengelolaan hutan tercantum dalam UU No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Tidak ada tupoksi khusus Perum Perhutani KPH Tasikmalaya mengenai penyelenggaraan wisata yang dibukukan. Secara umum tugas pokok Perum Perhutani adalah:  Mengelola wisata alam dengan memperhatikan fungsi kawasan dan kelestariannya.  Melayani pengunjung dan menyediakan fasilitas lengkap yang memberikan kepuasan bagi pengunjung.  Mengetahui keinginan dan harapan pengunjung kedepannya. Biasanya dilakukan melalui penyebaran kuisioner bagi pengunjung dalam waktu setahun satu kali dengan penyebaran minimal 100 kuisioner. Rencana jangka panjang dan jangka pendek dari Perum Perhutani KPH Tasikmalaya yaitu penambahan fasilitas di Wana Wisata Gunung Galunggung yaitu camping ground, tempat pendaratan paralayang, gantole kereta gantung, perbaikan kolam renang, penyediaan tempat peristirahatan bagi pengunjung hotelpenginapan. Terjalinnya kesepakatan dan kesepahaman satu arah dengan masyarakat desa Kadipaten untuk pengembangan wisata alam Karaha Bodas kedepannya. Pengelola masih belum serius dalam menangani pengembangan wisata alam di Kawasan Strategis Kabupaten Tasikmalaya sehingga pengelolaannya masih belum maksimal dan banyak kekurangan. Berdasarkan hasil analisi lapang, diketahui permasalahan yang terjadi adalah:  Kebijakan dan recana strategis pengembangan wisata yang dibuat masih bersifat umum untuk semua jenis wisata. Sementara itu, setiap jenis wisata mempunyai cara atau arahan yang berbeda dalam pengembangannya, tidak dapat digeneralisasikan. Dengan demikian, segala bentuk pengembangan wisata tidak dapat dikembangkan dengan maksimal. Telebih dalam pelaksanaan pengembangan wisata, masih belum direalisasikan secara nyata di lapangan.  Sosialisasi dalam upaya pendekatan masyarakat dengan tujuan menghasilkan titik temu antara sikap masyarakat terhadap pengembangan wisata belum dilaksanakan.  Pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan dari sumberdaya manusia pengelola dan masyarakat belum efektif dilaksanakan.  Kerjasama antara pengelola dengan masyarakat serta seluruh pihak terkait wisata lainnya biro perjalanan, agen wisata, dan lainnya belum berjalan.  Penataan fasilitas wisata alam kurang sesuai dengan kondisi obyek daya tarik wisata alam.  Pengadaan dan pengaturan sarana promosi masih belum direalisasikan  Tidak adanya kemerataan dalam menginvestasikan dana pengembangan wisata hanya untuk wisata alam yang ramai dikunjungi wisatawan  Hanya mementingkan profitlaba yang dihasilkan tanpa adanya evaluasi kegiatan dalam upaya peningkatan kepuasan pengunjung dan pelestarian obyek daya tarik wisata  Pengelola kurang tegas dalam menghadapi permasalahan di lapangan sehingga masyarakat sendiri yang turun ke lapangan dan menimbulkan ketidaknyamanan pengunjung. Pengembangan wisata alam akan berhasil apabila Pemerintah Daerah serius dalam mengevaluasi dan menangani permasalahan yang terjadi di lapangan. Konflik sosial dengan masyarakat seharusnya dapat diatasi sehingga terjadi kesepahaman dan koordinasi yang membawa dampak positif bagi pengembangan wisata kedepannya. 5.5 Pengembangan Wisata Alam 5.5.1 Keberlanjutankelestarian obyek daya tarik wisata alam dan faktor