Pameran di Ruang Terbuka Persepsi Terhadap Galeri Terbuka

ada 16,4 responden yang tidak senang mengunjungi TMII, 5,5 abstain Gambar 28b. Kuisioner khusus ini akan dianalisis ke dalam analisis sosial. Gambar 27 Diagram Jumlah Galeri yang Sudah Dikunjungi Responden Gambar 28 a. Diagram Kunjungan TMII, b. Kesenangan Mengunjungi TMII 4.1.3 Aspek Seni 4.1.3.1 Hasil Wawancara Arsitek dan Seniman Persepsi terhadap perancangan galeri terbuka didapat dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 seniman, 1 kurator, 1 arsitek dan 1 arsitek lanskap. Melalui wawancara ini dapat diketahui mengenai pameran seni yang sudah pernah dilakukan, persepsi terhadap istilah dan konsep galeri terbuka, hingga karya-karya seni yang layak dipamerkan di ruang terbuka.

4.1.3.1.1 Pameran di Ruang Terbuka

Abdul Djalil Pirous 1 mengkategorikan pameran ruang luar di Indonesia pernah dilakukan pada tahun 1960 di Bandung oleh sanggar seniman. Pameran di ruang luar ini terjadi karena memang pada saat itu sanggar seniman belum memiliki ruang pamer. 1 Seniman Grafis, Pelukis, Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB tahun 1984 a b Pernah Belum Pernah Senang Tidak Senang Abstain 1 sd 5 Galeri 5 Galeri Belum Pernah Kemudian pameran dilakukan pada lahan kosong yang membentang di sekitar persawahan dengan membuat konstruksi bambu sederhana dan dengan sprei yang dibawa masing-masing seniman untuk atap yang dapat melindungi karya seni lukis dari sinar matahari, sehingga menjadi pameran pertama secara terbuka yang dilakukan di Kota Bandung. Pameran terpaksa digelar hanya dalam satu hari karena tidak bersifat permanen. Menurut Pirous, pameran di ruang luar memiliki sifat aktual, merakyat dan murah. Murah men-set-up pameran dan murah menjual karya-karya di dalamnya. Langkah paling jauh yang pernah dilakukan dalam kaitan pameran di ruang luar adalah membuat persiapan atau proteksi yang lebih baik untuk hujan dengan tenda diatasnya. Tenda tersebut bersifat terbuka sehingga matahari masuk dengan cahaya cukup. Kegiatan pameran itu mempertemukan pencipta karya dengan penggemarnya.

4.1.3.1.2 Persepsi Terhadap Galeri Terbuka

Menurut Dolorosa Sinaga 2 , galeri terbuka adalah outdoor space arrangement yang hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan pameran ruang luar dengan sejumlah media-media terbatas yang berkaitan dengan banyak hal seperti cuaca dan keamanan yang berakibat pada bagaimana kemasan ekspresi harus dipikirkan. Kemasan presentasi atau display juga harus dipikirkan, karena terdapat perbedaan antara indoor display dan outdoor. Belum ada rancangan khusus untuk ruang seni yang berbentuk galeri terbuka di Indonesia, namun masih banyak ruang terbuka yang digunakan untuk para seniman memamerkan karya. Galeri terbuka bukan merupakan hal yang baru menurut Agung Hujatnikajennong 3 . Sebelum masuk ruangan atau lembaga yang disebut galeri, karya seni pada dasarnya untuk sebuah pemujaan atau upacara yang dilakukan di ruang luar. Setelah ada kehidupan modern, lalu mulai dilembagakan, dan orang- orang mulai membutuhkan ruangan khusus, untuk memajang juga untuk merawat karya seni preservasi, maka kemudian tercetuslah konsep galeri. Selain itu, karya-karya monumen atau public sculpture itu prinsipnya juga di ruang terbuka. Nu Art sculpture park merupakan galeri di Bandung yang agak menyerupai galeri 2 Pematung, Dekan Fakultas Seni Rupa IKJ 1992 3 Kurator Selasar Sunaryo, Bandung terbuka. Terdapat kegiatan pameran setiap tiga tahun triennale di Jepang, echigo-tsumari. Para seniman benar-benar berkarya di ruang luar seperti gunung atau di suatu perkampungan. Echigo-tsumari memang memiliki konsep seperti galeri. Karyanya dibiarkan dipajang hingga rusak dengan alam atau interaksi manusia. Menurut Agung, museum merupakan suatu yang berbeda dengan galeri. Museum lebih merawat benda yg dipajang preservasi. Jika dibuat museum terbuka barulah perlu penjagaan khusus, sedangkan galeri terbuka tidak sekhusus museum dalam hal penjagaan. Outdoor merupakan bentuk lain dari indoor yang terbatasi. Pada outdoor pandangan dibebaskan, maka kelebihan-kelebihan ruang terbuka yang tidak ada di indoor harus dapat dimanfaatkan. Seniman justru harus menyesuaikan karyanya dengan kondisi tapak, sesuai dengan sifat-sifat alam yang ada. Menurut Ade Darmawan 4 , galeri terbuka harus ditujukan untuk karya-karya tertentu, kebanyakan karya tiga dimensi yang materialnya juga disiapkan untuk bisa bertahan di ruang luar. Galeri terbuka nantinya akan membatasi karya-karya yang memang mempunyai ketahanan outdoor, kecuali jika pada galeri ini memiliki ruang semi outdoor. Ignatius Hermawan Tanzil 5 berpendapat bahwa galeri terbuka adalah ruang terbuka dimana di dalamnya terdapat karya seni yang berinteraksi dengan orang-orang yang datang ke tempat tersebut. MG Pringgotono 6 menyatakan bahwa setiap pameran seharusnya memiliki alasan mengapa karya-karyanya dipamerkan di outdoor ataupun indoor. Jika memang karya tersebut cocok berada di luar ruang, pameran itu bisa menjadi baik, tapi jika banyak karya yang memiliki kesadaran ruang tertutup kemudian dipaksa untuk pameran di luar nantinya juga akan tidak baik. Setiap karya memiliki cara sendiri untuk berdialog dengan penontonnya. Sang senimannya pun pasti berpikir bagaimana karya ini harus dipamerkan. Mungkin dengan pencahayaan khusus, luas ruang tertentu, tembok yang putih atau hitam atau justru membutuhkan lanskap sebagai latar belakang. Pada saat pameran, seniman bertemu banyak orang dan berbincang mengenai karyanya 4 Seniman Grafis, Direktur Ruang Rupa, Jakarta 5 Desainer Grafis, Pemilik leboye design dan dia.lo.gue artspace Jakarta 6 Street artist, SERRUM.ORG Art director mengenai konsep, teknik, dan tentu saja menjadi ajang bertemunya seniman dengan calon kolektor karyanya serta mengadakan diskusi mengenai tema yang diangkat oleh pameran tersebut, maka ruang-ruang yang dibutuhkan dalam sebuah galeri diantaranya ruang pamer untuk memajang karya, ruang untuk berdiskusi, gudang penyimpanan dan saat ini juga dibutuhkan ruang lain untuk publikasi di dunia maya. TMII merupakan tempat rekreasi pengetahuan begitu pula fungsi pameran juga memproduksi pengetahuan, jadi bisa saja dibuat ruang pamer dalam TMII. Riyan Riyadi 7 menyatakan galeri terbuka merupakan pilihan baru di ruang-ruang galeri yang ada. Sekarang ini galeri memang lebih terkesan indoor. Galeri terbuka lebih berkesan menyatu dengan alam. Berbagai jenis seni sangat mungkin disatukan dalam suatu galeri. Galeri terbuka akan membuat batasan itu semakin tipis. Menurut David Tarigan 8 ada pertimbangan fungsi dalam membangun sebuah galeri terbuka. Jika secara fungsional sebuah galeri terbuka dapat mengakomodasi kebutuhan pameran layaknya galeri indoor maka galeri terbuka akan menjadi lebih menarik. Terkadang seniman ingin karya-karyanya keluar, jadi tidak selalu orang yang masuk ke galeri. Rio Farabi 9 menyatakan bahwa setiap kota membutuhkan ruang-ruang publik seperti galeri terbuka. Jadi selain berfungsi sebagai galeri juga berfungsi sebagai taman atau ruang terbuka hijau. Pada galeri terbuka, ruangan akan terasa lebih cair dengan lingkungan sekitar. Jadi ruangan tersebut sebaiknya sedikit merespon site yang ada disekitarnya, sehingga bisa merepresentasikan ruangan yang ada di sekitarnya. Menurut Nirwono Joga 10 galeri terbuka tetap merupakan ranah arsitektur lanskap, hanya saja pendekatannya sedikit berbeda yaitu dengan seni. Sebaiknya memang taman-taman tesebut diisi dengan karya-karya seni. Arsitek lanskap menyediakan tempatnya dan para seniman mengisi dengan karyanya. Seharusnya ruang terbuka untuk seni itu bersifat permanen bukan hanya taman yang diisi karya seni secara temporer. 7 Street artist, perupa jalanan yang dikenal aktif menuangkan gagasannya di ruang-ruang publik 8 Perupa, Produser Musik, Founder Aksara Records 9 Perupa, Musisi White Shoes and the Couples Company 10 Arsitek Lanskap, Penulis Buku “RTH 30”, aktivis green map Menurut Ridwan Kamil 11 , ruang luar memiliki masalah cuaca dan sebagainya, maka yang dipamerkan harus karya-karya yang tahan cuaca selain itu juga masalah keamanan, jadi lebih banyak mengenai pengelolaan ruang untuk menjamin karya-karya yang dipamerkan tidak banyak masalah. Galeri terbuka adalah bagaimana mengaktifkan ruang kosong dengan manajemen outdoor galerinya, dengan pertimbangan apa saja yang bisa masuk kesana, serta faktor keamanan dan kenyamanan. Sebuah galeri biasanya memiliki ruang tetap dan ruang temporer.

4.1.3.1.3 Karya-karya Seni pada Galeri Terbuka