adalah Rp 5.258.878 juta. Pada tahun 2009, nilai CAR BII turun menjadi 14,83 persen. penurunan tersebut terjadi dikarenakan
meningkatnya total aktiva. Peningkatan jumlah aktiva tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan kredit yang diberikan
sebesar 6 persen dari Rp 35.245.225 juta pada 31 Desember 2008 menjadi Rp 37.370.282 juta, sebaliknya piutang pembiayaan
konsumen menurun dari Rp 3.058.686 juta pada 31 Desember 2008 menjadi Rp2.273.153 juta, sedangkan jumlah obligasi
rekapitalisasi Pemerintah hanya meningkat 1 persen dari Rp 5.304.434 juta pada 31 Desember 2008 menjadi Rp 5.338.303
juta pada 31 Desember 2009. Obligasi rekapitalisasi pemerintah yang dimiliki bank pada 31 Desember 2009 dengan bunga
mengambang sebesar Rp 5.283.346 juta atau 99 persen dari total obligasi rekapitalisasi pemerintah dan bunga tetap sebesar
Rp 54.956 juta atau sebesar 1 persen dari total obligasi rekapitalisasi pemerintah. Hasil perhitungan CAR dapat dilihat
pada Lampiran 11.
2. Return On Equity ROE
Return On Equity merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas
modal sendiri yang ditanamkan. Semakin tinggi nilai ROE yang dicapai maka semakin baik pula kinerja perusahaan dalam
menciptakan keuntungan atas modal yang diserahkan oleh investor. Nilai ROE yang dicapai BII cenderung menurun. Pada
tahun 2005 nilai ROE yang dicapai adalah 15,40 persen dan turun menjadi 11,61 persen di tahun 2006. Penurunan nilai ROE
kembali terjadi di tahun 2007 menjadi 6,82 persen. Adapun nilai ROE yang dicapai BII dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 3. Grafik Hasil ROE PT BII, Tbk Periode 2004-2009 Sumber : Laporan keuangan Bank Internasional Indonesia, Tbk
diolah Selama periode 2004 sampai dengan 2009 nilai ROE yang
dicapai BII dari tahun 2005 sampai dengan 2008 cenderung menurun, namun masih bernilai positif dan lebih besar dari 2
persen. Sehinggga ditinjau dari sisi nilai ROE, maka kondisi keuangan BII masuk golongan yang sehat. Peningkatan nilai ROE
di tahun 2008 dikarenakan laba bersih di tahun tersebut meningkat sebesar 13,27 persen sebagai implikasi dari pendapatan bunga
bersih yang meningkat sebesar 11 persen menjadi Rp 2.755.981 juta. Peningkatan bunga bersih tersebut disebabkan spread kredit
dan simpanan lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Selain itu, di tahun 2008 tersebut BII berhasil mengendalikan beban operasional
lainnya dengan baik. Dimana beban operasional lainnya hanya naik 6 persen dari tahun sebelumnya. Walaupun pada tahun 2008
BII membuka cabang baru dan merelokasi 12 cabang. Laba bersih yang meningkat juga dikarenakan adanya pendapatan non-
operasional yang diperoleh dari pelepasan dan penjualan aset kantor luar negeri yang tidak beroperasi lagi serta beberapa
investasi tertentu. Sedangkan di tahun 2009 nilai ROE yang dicapai BII
mengalami penurunan menjadi negatif 0,8 persen dikarenakan BII mengalami kerugian sebesar Rp 40.969 juta. Kerugian BII pada
2004 2005
2006 2007
2008 2009
ROE 19.51
15.40 11.61
6.82 9.52
-0.8 -5.00
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
Per sen
tahun 2009 ini dikarenakan meningkatnya beban operasional diluar beban penyisihan kerugian aset produktif dan non produktif
serta estimasi kerugian komitmen dan kontijensi menjadi sebesar Rp 1.692.826 juta, hal tersebut disebabkan karena BII menerapkan
kebijakan yang lebih konservatif pada penyisihan kerugian aset produktif dan non produktif setelah melakukan penilaian
menyeluruh terhadap portfolio yang ada. Perhitungan ROE yang berhasil dicapai PT. BII, Tbk dapat dilihat pada Lampiran 17.
3. Earning Per Share EPS