Market Value Added MVA

bunga mengalami penurunan sebesar 2 persen. Namun peningkatan biaya bunga ini masih belum bisa meningkatkan nilai NOPAT dikarenakan nilai laba bersih yang negatif di tahun 2009 tersebut. Selain itu, nilai COC juga mengalami peningkatan sebagai implikasi dari meningkatnya nilai WACC menjadi negatif 62,53 persen. Nilai WACC yang negatif ini dikarenakan nilai Ke yang negatif sebesar -0.11 persen. Sedangkan nilai laba bersih yang negatif dikarenakan pada tahun tersebut BII mengalami kerugian konsolidasi karena adanya penambahan komponen biaya yakni beban penyisihan kerugian aset produktif dan non produktif termasuk estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi sebesar Rp1.692.826 juta. Walaupun nilai IC sebagai komponen perhitungan COC pada tahun 2009 juga menurun menjadi Rp 11.313.925 juta, namun karena WACC meningkat maka nilai COC juga meningkat. Oleh karena itu EVA pada tahun 2009 mengalami penurunan. Adapun perhitungan EVA dapat dilihat pada Lampiran 27.

4.2.3 Market Value Added MVA

Hasil perhitungan Market Value Added MVA menunjukkan kinerja pasar dari suatu perusahaan. Bank Internasional Indonesia BII, Tbk dalam perkembangannya telah dapat menghasilkan nilai MVA yang positif. Nilai MVA yang positif ini berdampak baik bagi pertimbangan investor dalam menanamkan sahamnya. Karena nilai MVA menggambarkan kemampuan perusahaan atas modal yang dimiliki investor karena melibatkan harga saham sebagai komponen utamanya. Nilai MVA yang semakin positif, maka menggambarkan bahwa bank tersebut telah memiliki kinerja baik dan telah menghasilkan nilai tambah atas modal yang dipercayakan investor. Adapun hasil MVA yang berhasil dicapai oleh BII dapat dilihat sebagai berikut. Gambar 6. Grafik Hasil Market Value Added MVA PT BII, Tbk Sumber : Laporan Keuangan dan Data Saham Bank Internasional Indonesia data diolah Gambar 6 tersebut diatas merupakan nilai MVA BII periode 2004-2009 menunjukkan kinerja yang baik, hal tersebut dikarenakan MVA yang dihasilkan bernilai positif dan mengalami peningkatan walaupun di tahun 2005 nilai MVA sempat mengalami penurunan. Pada tahun 2005 nilai MVA yang dicapai BII adalah Rp 2.952.111,96 juta dan meningkat menjadi Rp 6.982.929 juta di tahun 2006. Peningkatan nilai MVA ini dikarenakan naiknya nilai pasar harga saham pada tahun 2006, sehingga walaupun jumlah saham pada tahun 2006 sama dengan jumlah saham pada tahun 2005 dan komponen ekuitas meningkat di tahun 2006. Namun harga saham pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp 255 perlembar. Sedangkan jumlah lembar saham yang beredar pada tahun 2005 dan 2006 bernilai sama yakni berjumlah 47.865.856.000 lembar. Peningkatan nilai pasar dan jumlah saham di tahun 2007 mengakibatkan nilai MVA semakin meningkat. Walaupun ekuitas sebagai komponen pengurang pada perhitungan MVA di tahun 2007 meningkat, namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil MVA di tahun 2007. Nilai ekuitas meningkat di tahun 2007 dikarenakan adanya peningkatan di beberapa komponen penyusun ekuitas yakni komponen modal saham, cadangan opsi saham, dan cadangan umum. Modal saham meningkat dari yang sebelumnya di tahun 2006 bernilai Rp 3.226.627 juta meningkat menjadi Rp 3.236.000 juta di tahun 2007. Cadangan opsi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Market Value Added MVA 5,345,869.2 2,950,111.9 6,982,929.2 10,313,506. 21,091,731. 14,502,273. 0.00 5,000,000.00 10,000,000.00 15,000,000.00 20,000,000.00 25,000,000.00 Da la m Ru p ia h saham pada tahun 2006 adalah Rp 67.247 juta dan meningkat menjadi Rp 78.852 juta di tahun 2007. Sedangkan cadangan opsi saham meningkat menjadi Rp 21.805 juta di tahun 2007. Pada tahun 2008 nilai MVA mengalami peningkatan sebesar 104,5 persen yakni menjadi Rp 21.091.731,84 yang sebelumnya pada tahun 2007 nilai MVA adalah Rp 10.313.506,87 juta. Peningkatan nilai MVA pada tahun 2008 disebabkan karena harga saham dan juga jumlah saham yang beredar pada tahun 2008 juga meningkat. Harga saham pada tahun 2008 adalah Rp 520 perlembar dan jumlah saham yang beredar adalah 50.028.436.231 lembar. Pada tahun 2009, nilai MVA yang dihasilkan oleh BII menurun menjadi Rp 14.502.273 juta. Penurunan nilai MVA tersebut dikarenakan turunnya harga saham perlembar yakni menjadi Rp 395. Untuk jumlah saham yang beredar tidak mengalami perubahan, jumlah saham yang beredar sama dengan tahun 2008 yakni 50.028.436.231 lembar. Penurunan harga saham perlembar juga diikuti naiknya proporsi nilai ekuitas sebagai komponen pengurang, sehingga memberikan pengaruh terhadap turunya nilai MVA. Nilai ekuitas di tahun 2009 meningkat menjadi Rp 5.258.959 juta. Nilai ekuitas yang meningkat ini dikarenakan adanya peningkatan pada cadangan umum penyusun ekuitas sebesar 18,58 persen perhitungan MVA yang dicapai BII dapat dilihat pada Lampiran 18.

4.3 Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added EVA