6. Promosi promotion Semua aktivitas dan alat yang menggugah komunikasi yang dirancang
untuk membangun preferensi pelanggan terhadap jasa dan penyedia jasa tertentu. Bauran promosi promotion mix yang dapat dilakukan oleh suatu
daerah sebagai DTW, diantaranya adalah Advertising, Sales Promotion, Personal Selling, Brochures Printing, Public Relations, Publicity,
Exhibitions dan Trade Promotions. 7. Bukti fisik physical evidence
Petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberikan bukti atas kualitas jasa.
8. Harga price Pengeluaran uang dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan
mengkonsumsi jasa.
2.6 Analisis SWOT
Setiap strategi pemasaran mempunyai kekuatan-kekuatan dan kelemahan- kelemahan. Strategi pemasaran tersebut dapat ditentukan oleh kombinasi faktor
internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Menurut Damanik 2006 analisis SWOT Strength, Weakness, Opportunities,
Threats adalah suatu analisa lingkungan internal dan eksternal. Sedangakan menurut David 2009 analisis SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang
penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi : strategi SO kekuatan-peluang, strategi WO kelemahan-peluang, strategi ST
kekuatan-ancaman dan strategi WT kelemahan-ancaman. Analisa internal lebih menitikberatkan pada kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki organisasi, sedangkan analisa eksternal digunakan untuk menggali dan mengidentifikasi semua peluang yang ada dan yang akan datang serta ancaman
dari pesaing dan calon pesaing sehingga strategi pemasaran membuat kelebihan- kelebihan tiap komponen tersebut didesain dalam bauran pemasaran Damanik
2006. Sehingga manajemen pemasaran akan memperoleh keuntungan dengan menggabungkan komponen-komponen pemasaran ke dalam suatu strategi terpadu
untuk berkomunikasi dengan para pembeli dan orang lain yang mempengaruhi keputusan-keputusan membeli David 2009.
2.7 Metode
Analytical Hierarchy Process AHP
Proses Hirarki Analitik Analytical Hierarchy Process -AHP merupakan suatu metode yang pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, ahli
matematika dari Universitas Pisburgh, Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan akan diselesaikan dalam suatu
kerangka pemikiran yang terorganisir, sehingga dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut Saaty dalam Marimin
2010. Dalam metode ini, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisa logis eksplisit, yaitu:
1. Penyusunan Hirarki menggambarkan dan menguraikan secara hirarki. Penyusunan hirarki dilakukan dengan cara mengidentifikasi pengetahuan
atau informasi yang sedang diamati. Penyusunan tersebut dimulai dari permasalahan yang kompleks yang diuarikan menjadi elemen pokoknya,
elemen pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hirarki. Jumlah bagian ini berkisar antara lima sampai
Sembilan. Dalam struktur hirarki lengkap, jumlah tingkatan faktor-faktor tergantung pada pemilihan peneliti, secara umum unsur yang digunakan
pada hirarki adalah faktor, aktor, tujuan dan alternatif. 2. Penilaian Setiap Level
Penilaian setiap hirarki dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty dalam Marimin 2010 untuk berbagai persoalan, skala 1
sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Skala 1-9 ditetapkan sebagai pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen
di setiap level hirarki terhadap suatu elemen yang berada diatasnya. Skala dengan Sembilan satuan dapat menggambarkan derajat sampai mana kita
mampu membedakan intensitas tata hubungan antarelemen. Perbandingan berpasangan ini dilakukan dalam sebuah matriks. Matriks merupakan tabel
untuk membandingkan elemen satu dengan elemen lain terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Matriks memberikan kerangka untuk menguji
konsistensi, membuat segala pembandingan yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam
pertimbangan.
3. Penetuan Prioritas Setiap level hirarki, perlu dilakukan perbandingan berpasangan pairwise
comparisons untuk menentukan prioritas. Sepasang elemen dibandingkan berdasarkan kriteria tertentu dan menimbang intensitas preferensi
antarelemen. Hubungan antarelemen dari setiap tingkatan hirarki ditetapkan dengan membandingkan elemen itu dalam pasangan. Hubungan
menggambarkan pengaruh relatif elemen pada tingkat hirarki terhadap setiap elemen pada tingkat yang lebih tinggi. Perbandingan berpasangan
diulangai lagi untuk semua elemen dalam tiap tingkat. Langkah terakhir adalah dengan memberi bobot setiap vektor dengan prioritas sifatnya.
4. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokan secara logis dan diperingatkan secara
konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penilaian yang mempunyai konsisten tinggi sangat diperlukan dalam persoalan
pengambilan keputusan agar hasil keputusannya akurat. Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat diperlukan untuk
memperoleh hasil-hasil yang akurat dalam dunia nyata. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio
konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen atau kurang. Jika lebih dari 10 persen, maka penilaian masih acak dan perlu diperbaiki.
BAB III METODOLOGI