3.5 Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data adalah sebagai berikut:
3.5.1 Observasi Lapang
Observasi lapang yang dilakukan yaitu mengamati dan mencatat secara langsung bentuk-bentuk potensi sumberdaya alam yang dijadikan obyek kawasan
wisata alam, serta mengamati pola kebiasaan pengunjung.
3.5.2 Wawancara
Wawancara yang dilakukan yaitu dengan mencatat semua hasil wawancara terhadap responden dan informan yang terpilih dengan menggunakan daftar
pertanyaan kuisioner yang telah dipersiapkan dan secara langsung wawancara dengan responden tersebut. Hal ini untuk mengetahui aspek pemasaran wisata
yang mempengaruhi responden dalam melakukan kegiatan wisata. Responden yang dipilih adalah pengunjung dan pengelola kawasan wisata alam.
1. Pengunjung Pengambilan contoh dilakukan secara acak dengan jumlah sample
pengunjung yang diambil menggunakan metode slovin Umar 2005. Jumlah kuisioner yang berhasil disebarkan sebanyak 90 orang pada tiga
lokasi wisata, dengan proporsi masing-masing setiap tempat wisata adalah sebanyak 30 kuisioner.
2. Pengelola Metode yang digunakan dalam melakukan wawancara adalah metode
sampling bertujuan atau Purposive sampling sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Responden yang digunakan adalah key
informan pengelola yaitu pengelola wisata alam Karang Taraje, pengelola wisata alam Pulau Manuk, pengelola wisata alam Sawarna, pengelola
Perum Perhutani BKPH Bayah dan bagian pemasaran dari Disporabudpar serta pihak yang terkait langsung dan memiliki andil pada wisata alam
Kecamatan Bayah.
3.5.3 Studi PustakaStudi Literatur
Studi literatur yang dilakukan yaitu dengan mencatat dan mempelajari studi yang telah dilakukan dan berhubungan erat dengan penelitian. Data yang
dikumpulkan seperti data jumlah pengunjung dan informasi lain yang dibutuhkan yang berhubungan dengan penelitian.
3.6 Analisis Data
Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif
digunakan untuk mengetahui sikap pengunjung terhadap atribut wisata alam di Kecamatan Bayah, untuk mengetahui lingkungan internal dan eksternal untuk
mendukung analisa kuantitatif yang menggunakan analisis IE dan AHP. Proses perumusan strategi dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap
pertama dengan menggunakan analisis Fishbein, tahap kedua yaitu analisis lingkungan internal dan eksternal, tahap ketiga yaitu tahap pencocokan
menggunakan matriks SWOT, IE dan tahap keempat yaitu pengambilan keputusan dengan menggunakan alat AHP untuk menentukan strategi alternatif
mana yang paling baik untuk dipilih. Penjelasan metode-metode tersebut diuraikan dibawah ini:
3.6.1 Analisis Fishbein
Analisis ini digunakan untuk menjelaskan sikap terhadap obyek wisata. Metode ini menyatakan bahwa sikap konsumen terhadap suatu obyek akan
dibentuk oleh sikapnya terhadap berbagai atribut yang dimiliki oleh obyek tersebut. Metode ini menggambarkan bahwa sikap konsumen terhadap suatu
produk atau merek ditentukan oleh evaluasi pentingnya atribut dari produk tersebut komponen dan kepercayaan terhadap atribut yang dimiliki produk
atau merek komponen . Kepentingan evaluasi menggambarkan pentingnya suatu atribut atau
karakteristik bagi pengunjung. Pengunjung akan mengidentifikasi atribut atau karakteristik yang dimiliki oleh suatu objek yang akan dievaluasi. Pengunjung
menganggap tiap atribut memiliki tingkat kepentingan berbeda, kemudian pengunjung mengevaluasi tingkat kepentingan atribut tersebut. Kepercayaan
merupakan kekuatan kepercayaan bahwa suatu obyek memiliki atribut atau karakteristik objek wisata. Pengunjung akan mengungkapkan kepercayaan
terhadap berbagai atribut atau karakteristik yang dimiliki oleh suatu objek wisata
yang dievaluasinya Engel 1994.
Keterangan: = sikap terhadap obyek
= kekuatan kepercayaan bahwa obyek memiliki atribut i = evaluasi mengenai atribut i
n = jumlah atribut yang menonjol
3.6.2 Analisis Faktor Internal dan Eksternal IFE - EFE
Analisis digunakan untuk menentukan strategi yang tepat bagi kawasan wisata alam dengan menganalisis faktor-faktor internal kekuatan dan kelemahan
dan eksternal peluang dan ancaman obyek wisata alam di Kecamatan Bayah. Data internal dapat diperoleh di dalam kawasan wisata itu sendiri, seperti analisis
manajemen produksi dan operasional, analisis manajemen sumberdaya manusia, analisis manajemen keuangan dan analisis manajemen pemasaran. Sedangkan
untuk data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar kawasan wisata, seperti analisis pasar, analisis kompetitor, analisis komunitas dan analisis
pemerintah. a. Matrik faktor strategi eksternal
Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal. Berikut ini adalah cara-cara
penentuan faktor strategi eksternal: 1. Buatlah daftar faktor-faktor eksternal utama, dan susunlah dalam
kolom. Pada kolom 1 masukan 1 sampai 10 faktor, termaksuk peluang dan ancaman.
2. Berilah pada kolom 2 setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 tidak penting sampai 1,0 sangat penting. Bobot itu
mengindikasikan signifikansi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan kawasan wisata.
3. Berilah peringkat pada kolom 3 antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal utama untuk menunjukan seberapa efektif strategi kawasan
wisata saat ini dalam merespons faktor tersebut, untuk peluang bobot
yang diberikan adalah di mana 4= responsnya sangat bagus, 3= responsnya di atas rata-rata, 2= responsnya rata-rata, dan 1=
responsnya di bawah rata-rata. Peringkat didasarkan pada keefektifan strategi kawasan wisata. Sementara bobot dilangkah nomor 2 untuk
ancaman adalah sebaliknya, di mana 1= responsnya sangat bagus, 2= responsnya di atas rata-rata, 3= responsnya rata-rata, dan 4=
responsnya di bawah rata-rata. 4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan
skor bobot pada kolom 4. 5. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel guna menentukan skor
bobot total untuk organisasi. Tabel 5 EFE
Faktor-faktor strategis eksternal
Bobot Rating
Bobot x Rating 1. Peluang
a. b.
2. Ancaman a.
b. Total
b. Matrik faktor strategi internal Sebelum membuat matrik faktor strategi internal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu faktor strategi internal. Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategi internal:
1. Buatlah daftar faktor-faktor internal utama, dan susunlah dalam kolom. Pada kolom 1 masukan 1 sampai 10 faktor, termaksuk kekuatan dan
kelemahan. 2. Berilah pada kolom 2 setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari
0,0 tidak penting sampai 1,0 semua penting. Bobot yang diberikan pada suatu faktor tertentu menandakan signifikansi relatif faktor
tersebut bagi keberhasilan industri kawasan wisata. 3. Berilah peringkat pada kolom 3 antara 1 sampai 4 pada setiap faktor
untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut sangat lemah peringkat 1, lemah peringkat 2, kuat peringkat 3, atau sangat kuat peringkat
4. Dengan memperhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2.
4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot bagi masing-masing variabel pada kolom 4.
5. Jumlahkan skor bobot masing-masing variabel untuk memperoleh skor bobot total organisasi.
Tabel 6 IFE
Faktor-faktor strategis internal
Bobot Rating
Bobot x Rating 1. Kekuatan
a. b.
2. Kelemahan a.
b. Total
c. Penentuan bobot Berdasarkan pendapat responden melalui kuisioner dan wawancara
terhadap faktor-faktor strategis terpilih, dibuat tabulasi data sebagai berikut:
Tabel 7 Penentuan bobot faktor strategis dalam analisis SWOT
Faktor- faktor
strategis Bobot Menurut Pendapat Responden
Bobot Rata- rata
Bobot pada matrik
EFASIFAS Responden
1 Responden
2 Responden
3 Faktor 1
X11 Bf1
Bm1 Faktor 2
X21 Bf2
Bm2 Faktor 3
Xy1 Xyi
Bfy Bmy
Total rata-rata bobot BF Bf
Bobot pada kolom 2 matrik EFE dan IFE ditentukan sebagai berikut: 1. Bobot rata-rata dihitung dengan persamaan sebagai berikut
Bfy = Bfy : bobot rata-rata faktor strategis y
Xyi : bobot faktor strategis y menurut responden i i
: jumlah responden
2. Bobot pada matriks EFE IFE dihitung sebagai berikut Bmy =
Bmy : bobot faktor strategis y pada matriks EFE IFE Bf
: total rata-rata bobot d. Penentuan rating
Penentuan rating pada matriks EFE IFE dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan bobot. Berdasarkan pendapat responden melalui
kuisioner dan wawancara terhadap faktor-faktor strategis terpilih dibuat tabulasi data sebagai berikut
Tabel 8 Rating faktor strategis dalam analisis SWOT
Faktor-faktor strategis
Rating menurut pendapat responden Rating rata-
rata Responden 1
Responden 2 Responden
3 Faktor 1
X11 Rm1
Faktor 2 X21
Rm2 Faktor 3
Xy1 Xyi
Rmy
Rating pada kolom 3 matriks EFE IFE ditentukan sebagai berikut
Rmy = Rmy
: rating rata-rata faktor strategis y Xyi
: rating faktor strategis y menurut responden i i
: jumlah responden
3.6.3 Analisis Matriks Internal
– Eksternal IE
Matriks ini memposisikan berbagai divisi dalam Sembilan sel. Mariks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu skor bobot IFE total pada sumbu x dan
skor bobot EFE total pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukan posisi internal yang lemah, skor 2,0 sampai
2,99 dianggap sedang, dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah tinggi. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang membuat
implikasi strategi berbeda-beda. Pertama, ketentuan untuk divisi-divisi yang masuk dalam sel I, II, IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun.
Kedua, divisi-divisi yang masuk dalam sel III, V atau VII dapat ditangani melalui strategi menjaga dan mempertahankan hold and maintain. Ketiga ketentuan
umum untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII atau IX adalah panen atau divestasi.
I II
III
IV V
VI
VII VIII
IX
Gambar 3 Skor Bobot Total IE David, 2009.
3.6.4 Analisis SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis kawasan wisata adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi kawasan wisata dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan
empat set kemungkinan alternatif strategis.
Tabel 9 Matriks SWOT
IFE EFE
Strengths S Tentukan faktor kekuatan
internal Weakness W
Tentukan faktor kelemahan internal
Opportunies O Tentukan
faktor peluang
eksternal Strategi SO
Ciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi WO Ciptakan
strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang Threats T
Tentukan faktor
ancaman eksternal
Strategi ST Ciptakan
strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman Strategi WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman
3.6.5
Analisis Bayes
Metode Bayes merupakan teknik yang digunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif. Persamaan
Kuat 3,0-4,0 Sedang 2,0-2,99
Lemah 1,0-1,99
SKOR BOBOT TOTAL EFE
Tinggi 3,0-4,0
Sedang 2,0-2,99
Rendah 1,0-1,99
SKOR BOBOT TOTAL IFE
Bayes yang digunakan untuk menghitung nilai setiap alternatif disederhanakan menjadi:
Keterangan : Total nilai i
:
nilai akhir dari alternatif ke-i Nilai ij
:
nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j Krit j
:
tingkat kepentingan bobot kriteria ke-j i
: 1, 2, 3,…..n; n = jumlah alternatif j
: 1, 2, 3,…..n; n = jumlah kriteria Nilai peluang didapatkan dari suatu informasi awal yang dapat bersifat
subjektif maupun objektif. Nilai peluang ini dapat diperbaiki dengan adanya informasi tambahan yang didapat dari sejumlah percobaan. Informasi awal
tentang nilai peluang ini disebut pionir, sedangkan nilai peluang yang sedang diperbaiki dengan informasi tambahan yang didapat dari sejumlah percobaan.
Informasi awal tentang nilai peluang ini disebut distributor prior, sedangkan nilai peluang yang sedang diperbaiki dengan informasi tambahan disebut peluang
posterior. Pengambilan keputusan merupakan suatu pemilihan aksi a dari
sekelompok aksi yang mungkin A. Pemilihan aksi harus dengan mengetahui akibat dari aksi terpilih, yang biasanya merupakan fungsi dari status situasi state
of nature. Suatu status situasi q menggambarkan situasi atau keadaan nyata yang sebenarnya dimana aksi akan diaplikasikan. Nilai kinerja dari setiap aksi a dan
status situasi q digambarkan dengan menggunakan pay off matrix. Tabel 10 Tabel Pay Off Matrix
a Ө
X X
…… X
X ……
….. …..
….. ……
….. …..
……
Sumber : Marimin 2008
Simbol Ө adalah status situasi yang dapat berupa kondisi, kriteria seleksi atau persyaratan pemilihan, A dapat berupa aksi, strategi atau pemilihan,
sedangkan x adalah nilai dari setiap aksi atau status situasi.
3.6.6 Analisis AHP
Analisis AHP digunakan untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai prioritas program pemasaran mana yang tepat bagi kawasan wisata. Tahapan
pengolahan data selanjutnya yaitu 1. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara
menyeluruh. Pada hirarki Gambar 3, tersusun atas fokus F pada tingkat 1, Dasar pemilihan D pada tingkat 2, Aktor A pada tingkat 3, Tujuan
T pada tingkat 4, serta alternatif strategi pemasaran P pada tingkat 5.
Gambar 4 Struktur Hirarki Pemilihan Strategi Pemasaran. 2. Menyusun Matriks Pembandingan Berpasangan MPB
Matriks Pembandingan Berpasangan MPB dimulai dari puncak hirarki yang merupakan dasar untuk melakukan pembandingan berpasangan antar
elemen yang terkait yang ada di bawahnya. Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada di
puncak hirarki. Analsisi Pemilihan
Strategi Pemasaran F D1
D4
A2 A1
P2 P4
P3 A4
An D2
D3 Dn
A3
T1 T2
T3 T4
Tn
P1 Pn
3. Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil perbandingan yang diperoleh pada langkah 3.
Melakukan pembandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i pada setiap elemen pada baris ke-j, yang berhubungan dengan fokus.
Menurut perjanjian, suatu elemen yang ada di kolom sebelah kiri selalu dibandingkan dengan elemen-elemen yang ada di baris puncak.
Pembandingan berpasangan antar elemen-elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan “seberapa penting elemen beris ke-i mempengaruhi
atau mendominasi fokus permasalahan, dibandingkan dengan kolom ke- j?” Untuk mengisis MPB menggunakan skala banding yang terdapat pada
tabel 11. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.
Tabel 11 Nilai Banding Berpasangan
Nilai Skala Definisis
Penjelasan 1
Kedua elemen
sama pentingnya
Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari lainnya Pengalaman atau pertimbangan sedikit
menyokong satu elemen atas lainnya
5 Elemen yang satu jelas lebih
penting dibanding
elemen lainnya
Pengalaman atau
pertimbangan dengan
kuat disokong
dan dominasinya terlihat dalam praktek
7 Satu elemen sangat jelas lebih
penting disbanding elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih
penting disbanding elemen lainnya
Sokongan elemen yang satu atas yang lainnya terbukti memiliki tingkat
penegasan tertinggi
2,4,6,8 Nilai-nilai
diantara kedua
pertimbangan di atas Kompromi diperlukan diantara dua
pertimbangan Kebalikan
nilai-nilai di atas
Bilai nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antar elemen A dan B, maka nilai-
nilai kebalikan 12, 13, 14,………, 19 digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A
4. Masukan nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan bila F
1
lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat F fokus dibandingkan denga F
2.
Sedangkan F
1
kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi identifikasi masalah dibandingkan dengan F
2,
maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai kebalikannya. Misalnya,
bila elemen F
12
memiliki nilai 8, maka nilai F
21
adalah 18.
5. Melaksanakan langkah 2,3, dan 4 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut.
Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen di setiap tingkat hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen diatasnya. Matriks pembandingan dalam
model AHP dibandingkan menjadi Matriks Pendapat Individu MPI dan Matriks Pendapat Gabungan MPG. MPI adalah matriks hasil
pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan
, yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j Gambar 5.
G A1
A2 A3
…… An
A1 a12
a13 ……
a1n A2
a21 a22
a23 ……
a2n A3
a31 a32
a33 ……
a3n ……
…… …..
….. …..
…… An
an1 an2
an3 ……
ann
Gambar 5 Matriks Pendapat Individu. 6. Mengitung rasio inkonsistensi pada setiap MPI
Perhitungan rasio inkonsistensi pada kedua MPI dilakukan dengan menggunakan software expert choice 2000. Tujuannya adalah untuk
mengetahui MPI mana yang tidak memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi kurang dari atau sama dengan 10 persen.
7. Revisi Revisi pendapat dilakukan jika rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi
yaitu lebih besar dari 10 persen. Nilai yang tinggi ini, menunjukan nilai- nilai perbandingan antar elemen yang tidak logis. Nilai-nilai MPI dapat
diubah-ubah oleh individu yang bersangkutan hingga diperoleh hasil yang memuaskan.
8. Menyusun matriks gabungan MPG adalah susunan matriks baru yang elemennya
berasal dari rata- rata geometriks pendapat-pendapat individu yang memenuhi persyaratan
konsistensi, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI
yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. MPG dapat dilihat pada Gambar 6. Rata-rata geometrik dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus matematika
=
Dimana : = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j
= elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k k
= indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi syarat m
= jumlah MPI yang memenuhi syarat = akar pangkat m
= perkalian dari elemen k=1 sampai k=m
G G1
G2 G3
…… Gn
G1 g12
g13 ……
g1n G2
g21 g22
g23 ……
g2n G3
g31 g32
g33 ……
g3n …… ……
….. …..
….. ……
Gn gn1
gn2 gn3
…… Gnn
Gambar 6 Matriks Pendapat Gabungan. 9. Mensintesisi prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor
prioritas. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu pengolahan
horizontal dan pengolahan vertikal, yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu hitung kalkulator. Pengolahan horizontal dilakukan setelah
matriks pendapat yang akan diolah telah siap dan lengkap dengan elemennya.
a. Pengolahan horizontal. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengelolaan horizontal ini adalah:
1. Jumlah setiap elemen dalam masing-masing kolom MPG yang telah terisi, dan dapatkan vektor baris :
=
2. Jumlah baris MPG atau jumlah kolomnya, dihitung untuk memperoleh eigenvector vektor prioritas.
3. Perhitungan nilai eigen maks
maks
dengan rumus: dengan VP = vektor prioritas ; VA =
dengan VB =
d engan i= 1, 2, 3, ……, n
VA= VB= Vektor antara 4. Perhitungan Indeks Konsistensi CI dengan rumus:
b. Pengolahan vertikal, yaitu menyususn prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau
fokus. Pengolahan vertikal dilakukan setelah pengolahan horizontal selesai dilaksanakan. Hasil akhir dari pengolahan ini merupakan bobot
prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan paling bawah terhadap sasaran utama. Apabila
didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran
utama, maka dapat diformulasikan :
Keterangan: : nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i
: nilai prioritas elemen ke-i pada level ke-j terhadap elemen ke-t pada tingkat diatasnya i-1, yang diperoleh
dari pengolahan horizontal. : nilai prioritas elemen ke-t pada tingkat ke i-1,
terhadap sasaran utama fokus, yang diperoleh dari hasil pengolahan vertikal.
s : jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i-1.
i, j, t : 1, 2, 3, ……, n
10. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki Langkah terakhir adalah mengevalusi inkonsistensi untuk seluruh hirarki
dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas utama kriteria yang menjadi dasar pembandingan, dan menjumlahkan hasil
kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing
matriks. Cara yang sama digunakan, dimana setiap indeks inkonsistensi acak juga dikalikan denga bobot berdasarkan prioritas kriteria yang
menjadi dasar pembandingan, dan hasilnya dijumlahkan. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi hirarki harus bernilai
kurang dari atau sama dengan 10 persen. Hasil dari pengolahan data tersebut akan menunjukan mana yang menjadi
prioritas untuk setiap tingkat hirarki, yang kemudian akan disusun strategi promosi yang sesuai untuk dijalankan. Setelah diperoleh strategi promosi yang
sesuai, diharapkan akan memberikan hasil yang diinginkan oleh kawasan wisata. Pada penilaian jawaban hasil kuisioner dengan menggunakan metode AHP, dapat
diketahui mana hasil jawaban yang konsisten dan yang tidak konsisten. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai rasio inkonsistensinya. Rasio
inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara horizontal dengan software komputer Expert Choice 2000. Apabila berada di batas normal, yaitu antara 0,00
sampai 0,1 berarti kuisioner telah diisi dengan jawaban yang konsisten dan
menunjukan bahwa informasi yang diberikan dapat digunakan untuk penelitian. Namun, apabila berada di luar batas tersebut lebih dari 0,1 maka perlu dilakukan
pengulangan pengisian kuisioner untuk didapatkan hasil yang konsisten. Bila nilai rasio inkonsistennya adalah tepat 0,00, hal itu menunjukan hasil yang konsisten
dan sempurna.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI