Komponen Bioaktif Kerang Pisau Solen spp

sekunder adalah vitamin E, vitamin C, dan β-caroten. Antioksidan tersier bekerja memperbaiki kerusakan biomolekul yang disebabkan radikal bebas. Contoh antioksidan tersier adalah enzim yang memperbaiki DNA dan metionin sulfida reduktase Blois 1959. Keberadaan senyawa antioksidan dalam suatu bahan dapat diketahui melalui uji aktivitas antioksidan. Salah satu metode yang umum digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan adalah menggunakan radikal bebas diphenylpicrylhydrazyl DPPH. Diphenylpicrylhydrazyl merupakan radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara mendelokasi elektron bebas pada suatu molekul, sehingga molekul tersebut tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain. Proses delokalisasi ini ditunjukkan dengan adanya warna ungu violet pekat yang dapat dikarakterisasi pada pita absorbansi dalam pelarut etanol pada panjang gelombang 517 nm. Larutan DPPH berperan sebagai radikal bebas yang bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan berubah menjadi diphenylpicrylhydrazine yang bersifat non radikal Molyneux 2004. Pengukuran aktivitas antioksidan metode DPPH menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 517 nm. Larutan DPPH berwarna ungu tua dalam metanol, ketika ditambahkan senyawa antioksidan maka warna larutan akan berubah menjadi kuning cerah. Penurunan absorbansi yang ditunjukkan dengan berkurangnya warna ungu menunjukkan adanya aktivitas scavenging aktivitas antioksidan Molyneux 2004. Antioksidan akan mendonorkan proton atau hidrogen kepada DPPH dan selanjutnya akan terbentuk radikal baru yang bersifat stabil atau tidak reaktif 1,1-difenil-2- pikrilhidrazin Wikanta et al. 2005. Hal ini dapat digambarkan dalam persamaan berikut: DPPH + AH DPPH-H + A Radikal bebas Antioksidan Netral Radikal bebas baru, stabil, tidak reaktif Warna ungu Warna kuning Struktur DPPH dan DPPH tereduksi hasil reaksi dengan antioksidan dapat dilihat pada Gambar 2. Diphenylpicrylhydrazyl radikal bebas Diphenylpicrylhydrazine non radikal Gambar 2 Struktur DPPH dan DPPH tereduksi hasil reaksi dengan antioksidan Molyneux 2004. Hasil dari metode DPPH umumnya diimplementasikan dalam bentuk nilai IC 50 inhibition concentration yang didefinisikan sebagai konsentrasi dari senyawa antioksidan yang dapat menyebabkan hilangnya 50 aktivitas DPPH Andayani 2008. Semakin kecil nilai IC 50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC 50 kurang dari 0,05 mgmL, kuat untuk IC 50 antara 0,05-0,1 mgmL, sedang jika IC 50 bernilai 0,101-0,150 mgmL, dan lemah jika IC 50 bernilai 0,150-0,200 mgmL Molyneux 2004.

2.4 Minuman Fungsional

Pangan fungsional didefinisikan sebagai pangan, baik makanan maupun minuman, yang dapat dikonsumsi sebagai komponen dalam diet sehari-hari dan mempunyai khasiat menyembuhkan atau mencegah penyakit disamping khasiat zat-zat gizi yang dikandungnya Goldberg 1994. Menurut BPOM 2005 pangan fungsional diartikan sebagai pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan. Saat ini pasar pangan fungsional di Indonesia lebih banyak ditujukan kepada anak-anak, pria, dan wanita usia muda. Asam lemak esensial, contohnya omega 3 dan omega 6, serta kalsium menjadi komponen pangan fungsional utama yang