suatu kriteria yang bermakna. Maka kita perlu balik ke langkah 2, meskipun mungkin hanya bagian-bagian persoalan dan hierarki
itu yang perlu diperbaiki.
2.8.3 Menetapkan Prioritas
Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan adalah dengan membuat
pembandingan berpasangan, yaitu elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Untuk pembandingan
berpasangan ini, matriks merupakan bentuk yang lebih disukai. Matriks merupakan alat yang sederhana dan biasa dipakai, dan
memberi kerangka untuk menguji konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan cara membuat segala pembandingan
yang mungkin, dan menganalisis kepekaan prioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan. Ancangan matriks ini
secara unik mencerminkan dwi segi prioritas: mendominasi dan didominasi.
Tabel 4. Skala banding secara berpasangan
Intensitas Pentingnya
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama
pentingnya Dua elemen menyumbang
sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu
sedikit lebih penting ketimbang yang
lainnya Pengalaman dan
pertimbangan sedikit menyokong satu elemen
atas yang lainnya
5 Elemen yang satu
esensial atau sangat penting ketimbang
elemen yang lainnya Pengalaman dan
pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen
atas elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas
lebih penting dari elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya
telah terlihat dalam praktik
Lanjutan Tabel 4.
Intensitas Pentingnya
Definisi Penjelasan
9 Satu elemen mutlak
lebih penting ketimbang elemen
lainnya Bukti yang menyokong
elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara di
antara dua pertimbangan yang
berdekatan Kompromi diperlukan
antara dua pertimbangan
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka
dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Sumber: Saaty 1991 Marimin 2004, menyatakan bahwa ada tiga langkah dalam
menentukan besarnya bobot yang dimulai dari kasus khusus yang sederhana sampai dengan kasus-kasus umum. Langkah-langkah
penyelesaian secara matematis akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:
1. Langkah 1:
i,j = 1,2,...,n = bobot input dalam baris
= bobot input dalam lajur 2.
Langkah 2: i,j = 1,2,...,n
Bentuk dalam berbagai kasus umum: ∑
= rataan dari 2
1
3
3. Langkah 3:
Bila perkiraan baik akan cenderung untuk dekat dengan nisbah
. Jika n juga berubah, maka dirubah menjadi λ maks sehingga diperoleh:
∑
Pengolahan Horizontal
Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen keputusan pada setiap tingkat hierarki keputusan. Menurut
Saaty 1983, tahapan penyelesaiannya adalah sebagai berikut: 1.
Perkalian baris z dengan rumus: √∏
2. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen:
√∑ ∑
√∏ = adalah elemen vektor prioritas ke-1
3. Perhitungan nilai eigen minimum:
VA = VB =
∑
VA = VB = Vektor antara Vbi untuk i = 1,2,...,n
4. Perhitungan indeks konsistensi:
4
5
6
7
8
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu
apabila CR ≤ 0,1.
Rumus CR adalah:
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory.
Berikut adalah Tabel nilai RI:
Tabel 5. Nilai RI
N 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56
Pengolahan vertikal
Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq didefinisikan
sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka:
∑
Untuk p = 1,2,...,r T = 1,2,...,s
Dimana: NPpq = prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap
sasaran utama. NPHpq = nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q
NPTt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1 9
10
2.9. Penelitian Terdahulu