commit to user 38
usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan baik formal maupun non formal, maka diharapkan pola pikirnya akan semakin rasional.
Tingkat pendidikan menggambarkan tingkat pengetahuan, wawasan, dan pandangan seseorang. Dalam bidang pertanian diartikan
sebagai cara seseorang merespon suatu teknologi. Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan kunci dalam pembangunan pertanian.
Dengan pendidikan yang memadai, maka transfer teknologi mudah terlaksana sehingga dapat memacu pembangunan teknologi di tingkat
petani Kanro, 2002. c. Pendapatan
Menurut Prayitno dan Lincolin 1987, menyatakan bahwa pendapatan yang rendah itu terutama disebabkan oleh produksi yang
rendah. Produksi yang rendah tersebut disebabkan karena lahan usahataninya yang relatif sempit dan dikelola dengan teknologi
sederhana. d. Luas Usahatani
Menurut Soeproyo dalam Mardikanto 1994, salah satu ciri utama dari petani kecil adalah sempitnya luas usahatani yang dimiliki
dan diusahakannya. Kondisi ini terutama disebabkan karena jumlah penduduk yang semakin bertambah dan di lain pihak terjadinya
penyusutan lahan usahatani untuk keperluan non pertanian.
B. Kerangka Berpikir
Negara Indonesia termasuk negara agraris yang masyarakatnya mayoritas berada di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai petani.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemerintah menitikberatkan pada pembangunan pedesaan serta masyarakatnya. Pembangunan pertanian yang
dilaksanakan di Indonesia sampai saat ini masih merupakan prioritas utama dalam rangka menunjang perekonomian masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dan penciptaan lapangan pekerjaan di perdesaan,
adalah dengan mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
commit to user 39
mandiri PNPM-M. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian dilakukan secara terintegrasi
dengan program PNPM-M. Untuk mensukseskan program PUAP diperlukan partisipasi petani, baik
dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pelaporan dan evaluasi serta tahap pemanfatan hasilnya. Menurut Ndraha 1990, menyatakan bahwa
dalam proses pembangunan, partisipasi berfungsi sebagai masukan dan keluaran. Sebagai masukan, partisipasi masyarakat dapat berfungsi dalam
enam fase proses pembangunan, yaitu fase penerimaan informasi, fase pemberian tanggapan terhadap informasi, fase perencanaan pembangunan,
fase pelaksanaan pembangunan, fase penerimaan kembali hasil pembangunan, dan fase penilaian pembangunan. Sedangkan sebagai keluaran, partisipasi
berfungsi untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri.
Besarnya partisipasi yang diberikan petani pada program PUAP dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonominya. Partisipasi petani pada
program PUAP meliputi keikutsertaan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi, serta pemanfatan hasil. Sedangkan kepuasan petani
pada program PUAP juga dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonominya. Kepuasan petani pada program PUAP meliputi sejauh mana petani merasa
puas baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi maupun pemanfaatan hasil. Tingkat kepuasan petani pada program PUAP
meliputi sangat tidak puas, tidak puas, puas, dan sangat puas. Karakteristik sosial ekonomi petani meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non
formal, pendapatan, dan luas usahatani. Oleh sebab itu, karakteristik sosial ekonomi petani merupakan tolok ukur dalam berpartisipasi.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
commit to user 40
Gambar 2.2. Hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan partisipasi dan kepuasan petani pada program PUAP
C. Hipotesis