BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Usaha Kecil dan Menengah merupakan kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia terbanyak ketiga setelah masyarakat di bidang pertanian dan masyarakat nelayan. Jika
Usaha Kecil dan Menengah dapat berkembang maka secara tidak langsung dapat memberdayakan masyarakat dengan membuka lapangan kerja yang lebih luas,
memberdayakan produk lokal dan memberikan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Namun Usaha kecil dan Menengah sangat sulit berkembang dan tidak tumbuh merata
akibat berbagai faktor sehingga diperlukan penerapan sistem yang terintegrasi dan pemberdayaan dari pemerintah yang tepat, karena permasalahan utama saat ini adalah
bagaimana memperluas dan memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia yang cenderung masih menerapkan manajemen tradisional, lemah terhadap akses
permodalan, teknologi cenderung konvensional, miskin inovasi dan jaringan, agar mampu bersama-sama tumbuh dengan perusahaan besar terutama yang berkelas dunia
serta bervisi global Agustaman:2011. Usaha kecil seperti Kebab Turki Baba Raffi, Laundry kiloan Simply Fresh,Tela-
Tela, Magfood Red Crispy dan Bakmi Raos awalnya merupakan usaha kecil dan sangat asing terdengar di masyarakat, namun karena memiliki keunikan, inovatif dan sistem
yang baik, sehingga memenuhi syarat dalam sistem waralaba dan berpotensi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengembangkan usaha secara waralaba. Sekarang Usaha kecil tersebut sudah tidak asing dan popular di masyarakat, ini merupakan usaha UKM yang sangat sukses dengan
cepat dan hampir ada di seluruh Indonesia, ini merupakan usaha UKM yang tergolong kecil dan dapat berkembang pesat pertumbuhannya setelah menerapkan sistem waralaba
dalam perluasan dan pengembangan usaha. Dalam konteks demikian, pendekatan bisnis melalui sistem waralaba merupakan salah satu strategi alternatif bagi pemberdayaan
UKM untuk mengembangkan ekonomi dan UKM di masa mendatang. UKM mampu membesarkan dirinya secara bersinergi dengan pengusaha besar
yang lebih kuat dalam hal manajemen, teknologi produk, akses permodalan, pemasaran dan lain-lain, sekurang-kurangnya pada tahap awal perkembangannya. Melalui proses
kemitraan waralaba franchise yang saling menguntungkan antara UKM selaku penerima waralaba terwaralaba dengan pemberi waralaba pewaralaba yang
umumnya adalah pengusaha besar, begitu juga UKM yang telah memiliki sistem, peralatan, pembukuan, dan pelatihan serta memiliki usaha yang menguntungkan
profitable dan dapat diaplikasikan maka usaha tersebut dapat dikembangkan melalui sistem waralaba. Dalam hal ini UKM sebagai pemberi waralaba pewaralaba sehingga
diharapkan dapat membuat UKM menjadi lebih mandiri dan tumbuh mejadi bisnis yang besar Herustiati dan Simanungkalit : 2010
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut ketua Asosiasi Franchise Indonesia AFI, Sukandar 2009, perkembangan bisnis waralaba di Indonesia memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi,
sekitar 65 pembeli lisensi waralaba mampu mengembangkan usahanya dengan pesat. Berikut dapat dilihat perkembangan waralaba di Indonesia dalam Tabel 1.2 berikut :
Tabel 1.2 Perkembangan
FranchiseWaralaba di Indonesia
Tahun Jumlah Franchise
Asing Jumlah Franchise
Lokal Total
2000 212
39 251
2001 230
42 272
2002 255
45 300
2003 239
49 288
2004 270
62 332
2008 308
74 382
Sumber data : International Business Strategy Majalah Duit, 2011
Berdasarkan tabel 1.2 perkembangan waralaba di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan baik waralaba asing dan waralaba lokal. Hingga saat ini berdasarkan
data pada tabel 1.2, waralaba lokal berkembang hingga 74 merek produk, hal ini dikarenakan waralaba lokal mempunyai cita rasa lokal yang diyakini mempunyai nilai
jual yang sangat tinggi baik di Indonesia. Mengapa waralaba yang menjadi alternatif pilihan, karena melalui sistem
waralababisnis waralaba UKM akan mendapatkan : 1 transfer manajemen, 2 kepastian pasar, 3 promosi, 4 pasokan bahan baku, 5 pengawasan mutu, 6
pengenalan dan pengetahuan tentang lokasi bisnis, 7 pengembangan kemampuan sumber daya manusia. Dan yang paling terpenting adalah resiko dalam bisnis waralaba
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sangat kecil, data empiris menunjukkan bahwa resiko bisnis waralaba kurang dari 8. Herustiati dan Simanungkalit:2010
Masalah yang sering dihadapi oleh UKM adalah akses permodalan yang sulit di dapat sehingga menghambat UKM untuk berkembang dalam bisnis, disinilah sistem
waralaba hadir sebagai alternatif bagi UKM yang telah memiliki kualitas tapi terhambat modal untuk ekspansi usahapasar yang lebih luas. Ini suatu bentuk pengembangan
usaha yang melibatkan pemberian izin atau hak untuk memanfaatkan, menggunakan ataupun melaksanakan Hak atas Kekayaan Intelektual milik pemberi lisensi UKM
sebagai terwaralaba. Dalam bentuk yang paling sederhana, lisensi diberikan dalam bentuk hak untuk menjual produk barang dan atau jasa dengan mempergunakan merek
dagang atau merek jasa yang dilindungi. Ini sesungguhnya juga merupakan bentuk pengembangan lebih lanjut dari ekspor impor dengan hak keagenan atau distribusi.
Dengan kemampuan teknologi dan pengetahuan yang unik, dan biasanya sedikit lebih maju atau inovatif, UKM dapat menawarkan kelebihan kemampuannya tersebut
kepada pihak lain untuk menjalankan usahanya, sehingga pengembangan usaha UKM dapat berkembang secara cepat. Bagi pengembangan usaha waralaba tentu harus ada
peranan antara pewaralaba dan terwaralaba, pewaralaba harus memberikan bantuan kepada terwaralaba dalam hal transfer manajemen, kepastian pasar, promosi, pasokan
bahan baku, pengawasan mutu, pelatihan dan bimbingan. Kerjasama ini untuk pengembangan usaha waralaba antara pewaralaba dan terwaralaba, sehingga
menciptakan sistem waralaba yang baik sebagai alternatif pengembangan usaha.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sistem waralaba sebagai alternatif pengembangan usaha, khususnya yang dilakukan secara internasional dan “world wide”. Sebagaimana halnya pemberian lisensi, sistem
waralaba juga mengandalkan pada kemampuan mitra usaha dalam mengembangkan dan menjalankan kegiatan usaha waralaba melalui tata cara, proses serta suatu “code of
conduct” dan sistem yang telah ditentukan oleh pengusaha pemberi waralaba pewaralaba. Kegiatan operasional dari UKM sebagai pemberi waralaba pewaralaba,
baik dalam bentuk penggunaan merek dagang, merek jasa, hak cipta atas logo, desain industri, paten berupa teknologi, maupun rahasia dagang. Dapat kita lihat bahwa
ternyata waralaba juga dipakai sebagai sarana pengembangan usaha secara tanpa batas dan lebih luas khususnya pada UKM.
Es Dawet Cah Mbanjar awalnya merupakan usaha kecil yang menjual minuman es dawet seperti umumnya, namun seiring waktu inovasi-inovasi yang dilakukan pemilik
usaha Hafiz Khairul Rijal dalam pengembangan produk, diferensiasi produk dan membangun sistem yang baik dalam menjalankan usaha membuat usaha Es Dawet Cah
Mbanjar dapat berkembang dan dikenal masyarakat. sehingga memenuhi syarat dalam sistem waralaba dan berpotensi mengembangkan usaha secara waralaba. pada tahun
2006 Es Dawet Cah Mbanjar memperluas ekspansi usaha dengan sistem waralaba dan sekarang menjadi salah satu pewaralaba lokal yang sangat terkenal dan sukses di kota
Medan. Sehingga ada kaitan positif antara penerapan sistem waralaba pada pengembangan suatu usaha dan menjadi cara alternatif untuk pengembangan usaha
dengan sistem waralaba.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Penerapan Sistem Waralaba Pada Pengembangan Usaha Es Dawet Cah Mbanjar”.
1.2 Perumusan Masalah