mengalihkan secara tidak langsung sumber-sumber manajemen pewaralaba dan kewajiban-kewajibannya yang vital menjadi tidak tampak.
3. Struktur waralaba yang di buat secara buruk. Ini biasanya merupakan bagian dari akibat
dan uji coba yang tidak memadai, atau ketidakmampuan pewaralaba untuk mengantipasi masalah yang muncul selama pemberian waralaba. Permasalahan
struktural dapat membawa kesulitan operasional, yang pada akhirnya dapat menjadi permasalahan finansial.
4. Pewaralaba kekurangan modal. Beberapa pewaralaba gagal untuk mengenali bahwa
waralaba biasanya memerlukan waktu tiga sampai enam tahun untuk sampai pada tingkat yang menghasilkan keuntungan. Kurangnya modal merupakan hambatan yang
buruk apabila pewaralaba ikut mensuplai produk. Waralaba bukan solusi untuk perusahaan yang mengalami kesulitan finasial dan merupakan hal yang bodoh jika
seorang terwaralaba ikut serta dengan bisnis pewaralaba yang seperti itu. 5.
Pewaralaba menjalankan bisnisnya dengan buruk. Fakta menunjukkan bahwa seseorang terwaralaba tidaklah bisa bebas dari kesalahan bisnis, meskipun waralabanya telah
didasarkan pada struktur yang mantap.
2.1.4 Variabel-Variabel Sistem Waralaba
1. Variabel Merek Dagang Menurut Tanan 2000, syarat pertama penciptaan usaha baru dengan cara duplikasi
embrio Franchise adalah adanya merek produkjasa yang unggul dan popular. Produk atau jasa yang unggul mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Permintaan terhadapnya tinggi over demand b. Harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan produk atau jasa yang sejenis.
c. Populer; terdapat kesetiaan konsumen yang tinggi dan rekomendasi dari mulut ke mulut, merek berada dalam top of mind konsumen.
Dalam Franchise Opportunity Guide edisi Fall Winter 2001:45, merek dagang trademark issues termaksud salah satu hal penting key legal questions yang harus
ditanyakan oleh calon terwaralaba kepada pewaralaba. Mengenai variabel merek dagang, Undang-Undang RI No.15 Tahun 2001 Tentang
Merek menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa Bab I, Pasal 1, Ayat 1. Sedangkan Merek Dagang adalah Merek yang
digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis
lainnya Bab I, Pasal 1, Ayat 2. Menurut Queen 1993, suatu merek dagang yang dikenal baik dan penerimaan pasar
yang positif menghasilkan penjualan lebih tinggi daripada yang dapat diwujudkan oleh suatu organisasi yang tidak terkenal. Kesadaran pasar dan penerimaan tanda dagang
tulisan atau logo yang dapat diindentifikasikanoleh masyarakat atau nama barang nama sebenarnya dengan mana organisasi itu dikenal adalah komoditas yang bernilai.
Hal ini akan segera menghasilkan volume perdagangan dalam jumlah yang cukup besar. Dukungan pelanggan barangkali merupakan aset yang paling bernilai yang dijual oleh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pewaralaba dan nilai ini harus dilindungi dengan cara pendaftaran merek dagang dan hak paten.
2. Variabel Keuangan Variabel keuangan dapat ditinjau dari sudut pandang pewaralaba maupun
terwaralaba, karena keduanya membutuhkan aspek keuangan dalam menjual membeli sistem waralaba. Mendelsohn 2000 mengemukakan pertimbangan-pertimbangan
keuangan yang harus dilakukan oleh pewaralaba, yaitu: a. Menentukan biaya-biaya, yang terdiri dari:
i. Biaya awal untuk membuat dan menjalankan operasi percobaan.
ii. Biaya pembentukan struktur organisasi untuk memberikan beragam pelayanan
seperti perekrutan, pelatihan dan jasa-jasa lain bagi terwaralaba. iii.
Biaya pembuatan logo perusahaan, desain toko-toko, tata ruang, dan sebagainya. iv.
Biaya penyiapan petunjuk operasional dan percetakannya. v.
Biaya membuat fasilitas pelatihan. vi.
Biaya mempekerjakan staf-staf. vii.
Professional fee termasuk jasa akutansi, jasa hukum, dan pendaftaran hak milik intelektual dan industry serta penyiapan dokumen-dokumen hukum.
viii. Ongkos konsultasi bila ada
ix. Biaya perekrutan dan seleksi terwaralaba.
x. Biaya-biaya lain yang umum dikeluarkan dalam bisnis pewaralaba.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. BiayaHarga Waralaba Franchise Fee Penting bagi pewaralaba untuk mendapatkan sejumlah haknya dan mementukan
biaya-biaya pada suatu tingkat yang akan memberikan kepadanya untuk jangka waktu menengah dan lama, penghasilan yang diharapkan dari bisnisnya. Untuk jangka pendek,
biayaharga waralaba tidak bisa diharapkan untuk menutupi biaya tambahan pewaralaba, dan hal itu akan tetap demikian sampai terdapat sejumlah terwaralaba.
i. Biaya Waralaba Awal
Biaya ini dibebankan kepada pewaralaba untuk semua jasa awal yang disediakan pewaralaba. Biasanya pewaralaba tidak akan mengambil keuntungan dari uang ini,
meskipun tidak ada salahnya kalau dilakukan. Ada yang memisahkan antara biaya untuk bergabung dengan sistem dengan uang franchise awal, tetapi ada juga yang
menggabungkannya. Beberapa pewaralaba pada tahap awal memberikan paket jasa, barang-barang dan peralatan yang lainnya memberikan turn key operation yaitu mereka
yang melengkapi toko-toko dengan perabotannya serta suku cadang dan siap untuk membuka bisnisnya. Meskipun tidak mungkin untuk menentukan jumlah yang pasti,
namun dari kajian terhadap tingkat uang waralaba awal yang dilakukan oleh pewaralaba menunjukkan elemen uang waralaba rata-rata antara 5 hingga 10 dari total biaya
pendirian sistem waralaba. Biaya ini merupakan pengeluaran modal dilihat dari sisi terwaralaba. Biaya ini merupakan pengeluaran modal dilihat dari sisi terwaralaba.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii. Biaya Waralaba Terus Menerus Continuing Franchise Fee
Biaya sering disebut dengan istilah royalti, meskipun kurang tepat karena karakternya berbeda dengan pembayaran royalti. Uang franchise ini merupakan
pembayaran atas jasa terus menerus yang diberikan oleh pewaralaba. Biasanya dihitung dalam bentuk persentase dari pendapatan kotor terwaralaba. Dalam perhitungannya,
harus diperhatikan proyeksi biaya yang akan dikeluarkan pewaralaba untuk menjalankan kewajiban-kewajibannya dan harus realistis dalam menentukannya,
khususnya pada bulan-bulan dan tahun-tahun pertama. Permulaan yang lambat dan sabar merupakan cara terbaik bagi kesehatan jaringan usaha di masa depan. Tingkat
uang waralaba mencerminkan sejumlah faktor, yaitu; kebutuhan pewaralaba untuk menerima imbalan yang layak atas jasa yang diberikannya, kebutuhan terwaralaba
untuk mendapatkan jasa dari uang yang dibayarkan kepada pewaralaba, dan kemampuan bisnis terwaralaba untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang cukup
sehingga bisa mendapatkan penghasilan yang memadai, dapat membayar upah karyawannya dan membayar uang waralaba. Periode pembayaran yang terbaik adalah
setiap minggu, kecuali jika sifat bisnis yang dijalankannya tidak memungkinkan. Alasannya, arus kas lebih baik bagi pewaralaba dan lebih mudah diatur oleh
terwaralaba, terwaralaba menjadi disiplin dalam menyiapkan laporannya, dan terwaralaba akan mendapat peringatan lebih awal mengenai arus kas terwaralaba jika
pembayaran tidak dilakukakan. Biaya ini dipengaruhi oleh penjualan atau penawaran produk dan jasa yang diwaralabakan kepada konsumen bila ditinjau dari sisi
terwaralaba.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii. Kenaikan Harga Produk
Apabila pewaralaba juga merupakan pemasok bagi terwaralaba, dia akan berharap untuk menaikkan harga produk yang mungkin digabungkan atau dipisahkan
dengan uang waralaba. Ada dua faktor yang penting yang harus dipertimbangkan. Pertama, terwaralaba mengharapkan untuk mendapatkan keuntungan dari daya beli
yang besar dari jejaring network. Bila pewaralaba mencari pendapatan dari sumber itu, maka ia harus mengkompensasikan dengan memberikan uang waralaba yang lebih
rendah. Kedua, jangan pernah menyembunyikan sumber-sumber pendapatan dari pewaralaba, karena dapat menghilangkan kepercayaan terwaralaba kepada pewaralaba.
c. Sumber-sumber Finansial Ada masa saat pemilik waralaba akan kesulitan mencari sumber uang. Namun
pendanaanpinjaman dari bank bisa menjadi alternatif yang baik. Alasan mengapa bank- bank tertarik untuk membiayai usaha waralaba adalah karena sistem waralaba
merupakan cara yang lebih aman untuk mendirikan suatu bisnis baru. Lagi pula, dengan adanya konsep yang terjamin dan “paying” dari organisasi pewaralaba, kemampuan
bisnis untuk menghasilkan keuntungan yang cukup untuk memungkinkan terwaralaba membayar kembali obligasinya adalah lebih mudah terlihat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Akunting Pewaralaba harus dapat merancang dan mengembangkan sistem akunting yang
sederhana bagi terwaralaba dan mampu memberikan nasihat finasial pada terwaralaba yang berkaitan dengan operasi sistem akunting. Sejak awal, melalui pelatihan,
terwaralaba perlu memahami apa yang diperlukan yang berkaitan dengan bidang finansial ini. Informasi yang diberikan mempunyai dua tujuan:
i. Memungkinkan pemilik waralaba untuk memonitor kinerja pembeli waralaba dan
memberikan dasar pengkalkulasian uang waralaba yang harus dibayarkan. ii.
Memungkinkan pembeli waralaba untuk membandingkan kinerjanya sendiri dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Ada tiga kategori yang diperlukan: i.
Pendapatan kotor ii.
Laporan laba rugi iii.
Pengeluaran modal 3. Variabel Standar
Menurut Keup 2000, sebuah sistem waralaba yang dikembangkan dengan baik membutuhkan suatu manual pedoman operasional yang efektif, dimana didalamnya
terkandung fungsi-fungsi bisnis waralaba secara tertulis, kronologis, bertahap, langkah demi langkah sehingga dapat diikuti dengan mudah oleh terwaralaba setelah mereka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengikuti program pelatihan. Lebih lanjut dikatakan dalam “Franchise Bible”, setiap manual pedoman operasional bersifat unik, karena setiap pewaralaba memiliki ciri
khusus yang membedakannya dari pada kompetitornya. Pada umumnya pewaralaba mempunyai 2 manual. Yang pertama mengatur tentang pemilihan lokasi, pembukaan
awal, pembukuan, akutansi, periklanan dan prosedur grand opening. Manual yang kedua memuat tentang uraian tugas setiap pegawai, dan tugas-tugas harian seperti prosedur
membuka dan menutup gerai, penerimaan pembayaran, pembuatan laporan harian, penerimaan pegawai baru, penyusunan jadwal kerja, penerimaan dan pengiriman
barang, penyusunan daftar kebutuhan, prosedur inventori, pemantauan keamanan dan prosedur perbankan. Menurut Mendelsohn 1997, Variabel standar meliputi beberapa
hal, yaitu: a. Standar lokasi
Pewaralaba harus menetapkan dimana suatu gerai dapat didirikan dan apa saja kriterianya. Pertimbangan yaitu; tipe jalan, lingkungan, volume lalu lintas pejalan kaki
dan kendaraan, tingkat indentifikasi untuk membuka tempat, serta landmark dan bisnis yang bisa dihasilkan.
b. Standar fasilitas fisik Meliputi desain eksteriorinterior, perijinan, biaya sewa bila ada. Yang
dipertimbangkan adalah ukuran tempat usaha, persyaratan kesehatan dan keselamatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kerja, ketersedian pelayanan kebutuhan masyarakat, biaya premi dan sewa, persyaratan ijin sewa, dan biaya berbagai perijinan.
c. Standar perlengkapan, perabotan dan peralatan Standar ini dapat dibuat bervariasi dan diubah sesuai dengan kemampuan tempat
tertentu. d. Standar Petunjuk Operasional Standard Operating Procedure
Standar ini bermanfaat untuk digunakan dalam pelatihan dan ketika terwaralaba sedang menjalankan bisnis. Pada umumnya berisi panduan rinci mengenai tugas-tugas
yang harus dijalankan staf anggota atau terwaralaba. Pedoman ini merupakan bagian mutlak dari proses alih pengetahuan teknis dari pewaralaba ke terwaralaba.
e. Standar Pengaturan Pemasok Pewaralaba harus menyusun pengaturan bersama dengan pemasok bahan-bahan
dasar atau barang-barang yang dibutuhkan oleh bisnis yang diwaralabakan agar terwaralaba mampu menjual dengan harga yang kompetitif, dengan pemasok tas, kotak,
atau bahan-bahan lain yang digunakan pada tahap penjualan juga dengan pemasok peralatan agar bisa memenuhi perlengkapan dan suku cadang terwaralaba untuk
perbaikan serta pelayanan selanjutnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
f. Standar Sistem Administrasi. Uraian kerja harus dipersiapkan dengan menjelaskan ruang lingkup dan semua
segi aktivitas karyawan agar sesuai dengan keseluruhan skema. g. Standar Pelatihan
Pewaralaba harus menyusun jadwal pelatihan dan mempersiapkan fasilitas pelatihan untuk para terwaralaba dan staf mereka.
h. Standar Keuangan dan Akunting Pewaralaba perlu mempersiapkan dan member pelatihan tentang prosedur
akunting dan sistem bisnis yang sederhana yang harus dioperasikan oleh terwaralaba. Tujuannya pertama untuk menjamin bahwa terwaralaba mendapatkan informasi yang
memungkinkannya mengetahui masalah yang timbul pada operasinya, dan kedua untuk memberikan informasi kepada pewaralaba agar mampu mengontrol bisnis tersebut
sehingga dapat memberikan nasihat bila diperlukan. 4. Variabel Pemasaran
Variabel ini meliputi beberapa aspek, yaitu: a.
Keberadaan dan penerimaan produk jasa oleh konsumen dalam pasar. b.
Kompetitor dan tingkat kompetisi. c.
Wilayah territorial pemasaran bagi setiap franchisee. d.
Riset pasar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e. Strategi dan taktik marketing, promosi dan periklanan baik di tingkat regional
maupun nasional. Keup, 2000 ; Mendelshon, 1997
Seperti yang juga telah disinggung dalam variabel merek dagang, penerimaan pasar menentukan hidup matinya suatu usaha. Oleh karena itu, sebelum membuka suatu
gerai waralaba di suatu lokasi, pewaralaba sebaiknya melakukan studi kelayakan pasar market feasibility study. Di area dimana lokasi gerai tersebut akan berada juga perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap adanya kompetitor yang ada, baik yang dianggap potensial sebagai ancaman ataupun tidak. Selain itu, terwaralaba harus memastikan
bahwa pewaralaba tidak akan memberi hak waralaba yang lain untuk membuka gerai waralaba di area wilayah yang sama. Sebelum menjual bisnis sistem waralaba,
pewaralaba harus menanyakan kepada dirinya sendiri apakah produk atau jasa yang akan dijualnya sudah mempunyai pasar? Apakah produk atau jasa tersebut bersifat
unik? Karena suatu produk atau jasa dapat dijual bila ada kebutuhan need, dan kebutuhan ditentukan oleh kompetisi. Yang tidak kalah penting dengan faktor keunikan
adalah adanya permintaan dari pasar demand. Produk atau jasa yang unik jangan hanya diinginkan oleh mereka yang berminat menjadi terwaralaba, tetapi oleh seluruh
konsumen yang akan membeli dari terwalaba Keup,2000. Mengenai riset pasar yang harus dilakukan oleh pewaralaba, jika produk atau
jasa yang akan diwaralabakan masih relatif baru, maka dia harus menentukan dimana produk atau jasa tersebut akan laku terjual, berdasarkan kebutuhan yang sama dengan
pelanggan yang sudah ada. Misalnya, pakaian penghangat tentu tidak akan laku dijual di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mana saja. Sedangkan bila produk atau jasa tersebut sudah cukup lama ada dipasaran, riset pasar yang dilakukan bertujuan untuk menganalisa tipe-tipe konsumen di berbagai
wilayah area yang berbeda, kebutuhan dan daya beli mereka. Dapat juga dilakukan wawancara terhadap pewaralaba yang sudah eksis existing franchisor dan terwalaba
yang sudah eksis existing franchisee untuk mendapatkan opini mereka tentang sistem waralaba. Informasi tentang demografi dan data-data riset pasar secara umum biasanya
tersedia juga di badan pemerintahan yang berkaitan dengan hal itu. Keup,2000.
5. Variabel Pelatihan, Bantuan Bimbingan Variabel ini mencakup pelatihan awal dan proses pemberian bantuan dan
bimbingan yang terus menerus. Pada pelatihan awal, terwaralaba harus dilatih mengenai metode bisnis yang diperlukan untuk mengelola bisnis, sesuai dengan blue print yang
ditetapkan oleh pewaralaba. Ini bisa menyangkut pelatihan menggunakan peralatan khusus, metode pemasaran, penyiapan produk, dan penerapan proses.
Terwaralaba hendaknya dilatih sehingga ia relatif ahli pada seluruh bidang yang diperlukan untuk menjalankan bisnis yang khusus tersebut. Mendelsohn, 1997.
Pada proses pemberian bantuan dan bimbingan yang terus menerus, pewaralaba akan terus menerus memberikan berbagai jenis layanan berikut ini, yang tentunya
tergantung pada tipe bisnisnya: a.
Kunjungan berkala dari, dan akses ke, staf pendukung lapangan untuk membantu memperbaiki atau mencegah penyimpangan-penyimpangan dari blue print yang
bisa menyebabkan kesulitan dagang bagi terwaralaba.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Menghubungkan antara pewaralaba, terwaralaba dan seluruh terwaralaba yang
lain untuk bertukar pikiran dan pengalaman. c.
Inovasi produk atau konsep, termasuk penelitian mengenai kemungkinan- kemungkinan pasar serta kesesuainnya dengan bisnis.
d. Pelatihan dan fasilitas-fasilitas pelatihan kembali untuk terwalaba dan stafnya.
e. Riset pasar
f. Iklan dan promosi pada tingkat lokal dan nasional
g. Peluang-peluang pembelian secara besar-besaran
h. Nasihat dan jasa manajemen dan akunting
i. Penerbitan News Letter
j. Riset mengenai material, proses dan metode bisnis.
Mendelsohn, 1997
2.2. Kerangka Konseptual