optimal untuk masing-masing komponen aktiva lancar. disamping itu seorang manajer keuangan juga harus menentukan alokasi untuk
setiap komponen aktiva tetap serta umur dari masing-masing komponen tersebut, kapan harus diadakan perbaikan, penggantian dan
sebagainya.
2.1.2 Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah bagian dari struktur aktiva. Aktiva lancar umumnya memiliki umur ataupun tingkat perputaran yang relatif singkat yang biasanya
kurang dari satu tahun. Djarwanto 2004:25, membagi aktiva lancar sebagai berikut:
1. Kas, yaitu berupa uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan.
2. Investasi jangka pendek temporary investment, yaitu berupa obligasi pemerintah, obligasi perusahaan-perusahaan industri dan surat-surat
hutang, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual kembali, dikenal dengan investasi jangka pendek.
3. Wesel tagih notes receivable, yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu promes.
4. Pihutang dagang account receivable, meliputi keseluruhan tagihan atas langganan perseroan yang timbul karena penjualan barang
dagangan atau jasa secara kredit. 5. Penghasilan yang masih akan diterima accrual receivable, yaitu
penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan
telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.
6. Persediaan barang inventories, yaitu barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada di tangan pada saat penyusunan
neraca. 7. Biaya yang dibayar dimuka, yaitu pengeluaran untuk memperoleh jasa
dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode
yang sedang berjalan.
2.1.3 Aktiva Tetap
Menurut defenisinya, aktiva tetap mempunyai masa hidup lebih dari satu tahun, sehingga penanaman modal dalam aktiva tetap adalah investasi jangka
panjang. Bagi perusahaan industi aktiva tetap menyerap sebagian besar dari modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Namun hal ini tidak berlaku mutlak untuk
semua jenis perusahaan. Jumlah aktiva tetap yang ada dalam perusahaan juga dipengaruhi oleh sifat atau jenis dari proses produksi yang dilaksanakan.
Sama halnya dengan investasi dalam aktiva lancar, investasi dalam aktiva tetap juga pada akhirnya mengharapkan tingkat pengembalian yang optimal atas
dana yang sudah diinvestasikan. Bagi perusahaan industri, aktiva tetap merupakan power
untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang optimal. Proporsi aktiva tetap yang lebih besar atas aktiva lancarnya akan berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian. Syamsuddin 2007:409 menjelaskan bahwa, “Aktiva tetap sering
disebut sebagai the earning assets aktiva yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan oleh karena aktiva-aktiva tetap inilah yang
memberikan dasar bagi earning power perusahaan ”.
Perusahaan-perusahaan industri diasumsikan akan memperoleh hasil yang lebih besar dari aktiva tetap dibandingkan aktiva lancar yang dimilikinya,
sehingga dapat dikatakan bahwa aktiva tetap menggambarkan aktiva yang benar- benar dapat memberikan hasil kepada perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat
memperoleh hasil yang lebih besar dari modal yang diinvestasikan dalam aktiva tetap dibandingkan aktiva lancarnya maka sebaiknya perusahaan menjual aktiva-
aktiva tetap yang dimiliki dan dengan hasil penjualan tersebut dipergunakan untuk membeli atau melakukan investasi dalam aktiva lancar.
2.2 Struktur Keuangan 2.2.1 Pengertian Struktur Keuangan