Pengaruh Struktur Aktiva Dan Struktur Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA DAN STRUKTUR KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

SEKTOR ANEKA INDUSTRI DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

ERFIKA ANGELIA NASUTION 080502109

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA DAN STRUKTUR KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

SEKTOR ANEKA INDUSTRI DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva dan struktur keuangan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return on Assets. Hipotesis dalam penelitian ini adalah struktur aktiva dan struktur keuangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Return on Assets) perusahaan sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri yang termasuk dalam sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 40 perusahaan. Sampel yang diambil adalah sebanyak 36 perusahaan. Data yang digunakan dan diolah adalah data laporan keuangan emiten untuk periode pengamatan tahun 2007 – 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel stuktur aktiva dan struktur keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Assets. Secara parsial variabel struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Assets sedangkan variabel struktur keuangan secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Assets.


(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ASSETS STRUCTURE AND FINANCIAL STRUCTURE TO FINANCIAL PERFORMANCE

AT MISCELLANEOUS INDUSTRIAL SECTOR IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to determine the effect of the assets structure and financial structure to financial performance as measured by Return on Assets. The hypothesize of this reserch is the assets structure and the financial structure have a significant effect to the financial performance (Return on Assets) at miscellaneous industrial sector in Indonesian Stock Exchange.

The population used in this research is all industrial companies which are grouped in the miscellaneous industrial sector in IndonesiaN Stock Exchange are as many as 40 companies. The samples taken are as many as 36 companies by the judgement sampling method. The datas used and processed are datas from financial statements for the year observation periods from 2007 – 2011.

The results show that simultaneously the assets structure and the financial structure have a positive and significant effect to the Return on Assets. Partially, assets structure has a positive and significant effect to the Return on Assets, and partially financial structure has a negative and significant effect to the Return on Assets.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Struktur Aktiva dan Struktur Keuangan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini merupakan tugas penelitian akhir dan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu pada Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan wawasan bersama demi membangun daya saing bangsa.

Selama proses penelitian ini, telah banyak bimbingan, masukan, motivasi dan do’a yang peneliti peroleh dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Menyadari hal itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie M.Si., selaku sekretaris Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti.

6. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA., selaku Dosen Pembaca Penilai, yang juga telah memberikan saran dan masukan untuk lebih memperbaiki skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan staf

pegawai yang telah banyak membantu saya selama menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi.


(5)

8. Ayahanda almarhum Erwin Nasution, Ibunda Elvyani dan adinda Nur Khalisa, yang telah menuntunku mencapai cita-cita.

9. Rahmad Hidayat, Amd, seorang yang sangat berarti dalam hidupku, terima kasih atas dukungan dan nasehatnya, semoga akan mendukung dan memberikan nasehatnya selalu.

10. Sahabat karibku, Sri Lestari, terima kasih atas semua bantuannya. teman-teman seperjuangan, Ayu Sofiana, Hani Aritonang, Marisa, Anggi Wigumanti, Darman Nababan, Valentin Hutabarat, Titin, Ema, Naldi, Tasya, semua teman-teman manajemen 2008 dan teman-teman di keuangan, terima kasih buat semuanya.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu peneliti mengharapkan saran dan masukan demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012 Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Aktiva ... 11

2.1.1 Pengertian Struktur Aktiva ... 11

2.1.2 Aktiva Lancar ... 12

2.1.3 Aktiva Tetap ... 13

2.2 Struktur Keuangan ... 14

2.2.1 Pengertian Struktur Keuangan ... 14

2.2.2 Hutang ... 16

2.2.3 Modal Sendiri (Ekuitas) ... 17

2.2.4 Struktur Modal Optimal ... 18

2.3 Kinerja Keuangan ... 20

2.4 Return on Assets (ROA) ... 22

2.4.1 Pengertian Return on Assets (ROA) ... 22

2.4.2 Return on Assetss (ROA) Sebagai Ukuran Kinerja Keuangan ... 24

2.4.3 Keunggulan dan Kelemahan ROA sebagai Ukuran Kinerja Keuangan ... 25

2.5 Pengaruh Sturktur Aktiva dan Struktur Keuangan Terhadap Return on Assets (ROA) ... 26

2.5.1 Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Return on Assetss (ROA) ... 26

2.5.2 Pengaruh Struktur Keuangan Terhadap Return on Assetss (ROA) ... 28

2.6 Penelitian Terdahulu ... 31

2.7 Kerangka Konseptual ... 32


(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.3 Batasan Operasional ... 36

3.4 Defenisi Operasional ... 37

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.5.1 Populasi ... 38

3.5.2 Sampel ... 39

3.6 Jenis Data ... 41

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.8 Teknik Analisis Data ... 41

3.8.1 Deskripsi Variabel ... 41

3.8.2 Penerapan Model Analisis ... 42

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 42

3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 48

4.2 Hasil Penelitian... 66

4.2.1 Deskripsi Data ... 67

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 69

4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 79

4.3 Pembahasan... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Keterbatasan ... 88

5.3 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 ROA Perusahaan Sektor Aneka Industri, Tingkat Inflasi dan

Tingkat Suku Bunga Tahun 2007-2011... 7

3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel ... 39

3.2 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 40

4.1 Deskripsi Statistik ROA ... 67

4.2 Deskripsi Statistik Struktur Aktiva ... 68

4.3 Deskripsi Statistik Struktur Keuangan ... 69

4.4 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov... 72

4.5 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi... 75

4.6 Hasil Uji Multikolinieritas ... 76

4.7 Hasil Uji Autokorelasi – Breusch-Godfrey (BG) ... 77

4.8 Hasil Uji Autokorelasi – Run Test... 77

4.9 Uji Heteroskedastisitas...78

4.10 Uji Determinan (R2)...79

4.11 Uji Simultan (Uji F) ... 80


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Grafik Hubungan Perkembangan ROA dengan Tingkat Inflasi

dan Tingkat Suku Bunga ... 7

2.1 Kerangka Konseptual ... 35

4.1 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 70

4.2 Normal P-P Plot of Regretion Standardized Residual... 71

4.3 Grafik Histogram Uji Normalitas Setelah Transformasi ... 73

4.4 Normal P-P Plot of Regretion Standardized Residual Setelah Transformasi... 74


(10)

ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA DAN STRUKTUR KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

SEKTOR ANEKA INDUSTRI DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva dan struktur keuangan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return on Assets. Hipotesis dalam penelitian ini adalah struktur aktiva dan struktur keuangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Return on Assets) perusahaan sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri yang termasuk dalam sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 40 perusahaan. Sampel yang diambil adalah sebanyak 36 perusahaan. Data yang digunakan dan diolah adalah data laporan keuangan emiten untuk periode pengamatan tahun 2007 – 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel stuktur aktiva dan struktur keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Assets. Secara parsial variabel struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Assets sedangkan variabel struktur keuangan secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Assets.


(11)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ASSETS STRUCTURE AND FINANCIAL STRUCTURE TO FINANCIAL PERFORMANCE

AT MISCELLANEOUS INDUSTRIAL SECTOR IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to determine the effect of the assets structure and financial structure to financial performance as measured by Return on Assets. The hypothesize of this reserch is the assets structure and the financial structure have a significant effect to the financial performance (Return on Assets) at miscellaneous industrial sector in Indonesian Stock Exchange.

The population used in this research is all industrial companies which are grouped in the miscellaneous industrial sector in IndonesiaN Stock Exchange are as many as 40 companies. The samples taken are as many as 36 companies by the judgement sampling method. The datas used and processed are datas from financial statements for the year observation periods from 2007 – 2011.

The results show that simultaneously the assets structure and the financial structure have a positive and significant effect to the Return on Assets. Partially, assets structure has a positive and significant effect to the Return on Assets, and partially financial structure has a negative and significant effect to the Return on Assets.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kedudukan manajemen keuangan dalam perusahaan merupakan pelaksana dari fungsi keuangan perusahaan. Fungsi keuangan yang utama meliputi dua hal yaitu kegiatan menggunakan dana (fungsi investasi) dan kegiatan mencari sumber dana (fungsi pendanaan). Manajemen keuangan adalah alat bagi manajemen dalam membuat perencanaan, tindakan, pengelolaan, dan pengendalian keuangan agar keuangan perusahaan dapat dikelola secara efisien untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah memaksimumkan laba dalam jangka pendek dan meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang (Syamsuddin, 2007). Melalui pelaksanaan fungsi keuangan tersebutlah tujan perusahaan dapat dicapai.

Dalam jangka pendek, perolehan laba merupakan ukuran kinerja serta menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kinerja sering kali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Peningkatan kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun. Oleh karena keberhasilan kinerja jangka pendek perusahaan adalah tingkat perolehan laba, maka fokus utama adalah bagaimana menghasilkan laba maksimum dari pemberdayaan aset-aset perusahaan. Maksimalisasi laba dapat berujung pada upaya memaksimalkan harga saham sehingga meningkatkan nilai perusahaan yang merupakan tujuan jangka panjang perusahaan, hingga pada akhirnya dapat memaksimalkan kekayaan pemegang


(13)

saham, di lain pihak, laba yang tinggi akan memperlancar aliran kas dan membuat perusahaan mempertimbangkan untuk membagikan dividennya.

Keberhasilan manajemen dalam memperoleh laba sangat bergantung pada keputusan-keputusan investasi dan pendanaan yang dalam hal ini mencakup keputusan dalam investasi pada setiap komponen aktiva (struktur aktiva) dan bagaimana komposisi sisi kanan neraca (struktur keuangan) untuk membiayai setiap komponen aktiva tersebut. Sehingga keseimbangan struktur aktiva dan struktur keuangan adalah hal yang penting dalam rangka memperoleh laba maksimum untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang optimal atas investasi dalam aktiva.

Penentuan struktur aktiva yang baik bagi perusahaan bukanlah tugas yang mudah. Manajer harus berhati-hati dan menggunakan perhitungan yang tepat dalam menentukan berapa jumlah investasi dalam aktiva tetap dan berapa jumlah aktiva lancar yang tepat sehingga keduanya seimbang. Riyanto (2008) menjelaskan bahwa struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap, diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang matang dalam hal menentukan proporsi dari kedua jenis aktiva tersebut. Perusahaan yang memiliki jumlah aktiva tetap yang lebih besar umumnya menggunakan modal jangka panjang, sedangkan perusahaan yang lebih banyak menggunakan aktiva lancar umumnya akan menggunakn modal jangka pendek. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, makin besar risikonya. Mengingat perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis suatu aktiva dapat memiliki umur yang relatif


(14)

singkat, meskipun secara teknis masih dapat digunakan.Artinya, dalam keputusan investasi dalam aktiva harus diperhitungkan umur ekonomis, biaya yang dikeluarkan, serta risiko yang mungkin timbul. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya penentuan struktur aktiva dalam perusahaan. Dalam menentukan bagaimana komposisi struktur aktiva yang tepat dibutuhkan kemampuan manajer untuk menganalisis keadaan-keadaan pada masa lalu, serta estimasi-estimasi untuk masa yang akan datang yang dihubungkan dengan tujuan jangka panjang perusahaan.

Demikian juga komposisi pendanaan dalam struktur keuangan, yaitu antara penggunaan hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang serta ekuitas yang dimiliki perusahaan. Dalam sebuah perusahaan, struktur keuangan mengindikasikan bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Untuk itu perusahaan memerlukan dana yang berasal dari modal sendiri dan modal asing atau hutang. “Struktur finansial mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dengan demikian struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur finansial mencerminkan pula perimbangan antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan modal sendiri” (Riyanto, 2008 : 22), dengan demikian, terdapat dua hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan struktur keuangan, yaitu apakah kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dengan modal sendiri (ekuitas) ataukah dipenuhi dengan hutang. Penggunaan hutang yang berlebihan akan membawa perusahaan dalam masalah, tetapi tanpa hutang belum tentu perusahaan mampu mendanai investasinya hanya dengan mengandalkan ekuitas yang


(15)

dimiliki. Penerbitan saham baru juga tidak sepenuhnya baik dalam kondisi tertentu. Dalam hal ini, tujuan manajer keuangan adalah membentuk kombinasi pendanaan yang tepat untuk meminimalisir biaya dan risiko namun dapat meningkatkan keuntungan, dengan demikian manajer keuangan harus cermat dalam memilih sumber-sumber pembiayaan untuk aktiva agar operasinya berjalan lancar dan menghasilkan laba.

Return on Assets merupakan salah satu ukuran kinerja yang memperlihatkan seberapa besar tingkat laba yang diperoleh dari investasi dalam aktiva. Return on Assets adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA juga merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini. “Rasio profitabilitas akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang pada hasil-hasil operasi” (Brigham dan Houston, 2006 : 107), dengan demikian ROA dapat digunakan sebagai ukuran kinerja untuk dihubungkan dengan pelaksanaan fungsi keuangan yang tercermin dalam struktur aktiva dan struktur keuangan perusahaan.

Selanjutnya dalam penelitian ini, peneliti memilih perusahaan pada sektor aneka industri untuk diteliti. Peneliti memilih sektor aneka industri karena sektor aneka industri terdiri dari berbagai industri yang berbeda, dan menghasilkan produk yang berbeda-beda pula, yaitu produk otomotif dan komponennya, produk


(16)

tekstil dan garmen, produk industri alas kaki, kabel dan produk elektronik. Perbedaan produk yang dihasilkan akan menyebabkan tren penjualan yang berbeda, namun terdapat kesamaan bahwa perusahaan yang dikelompokkan dalam sektor aneka industri umumnya tergolong kelompok cyclical industy, dimana cyclical industry sangat terpengaruh oleh kondisi perekonomian, karena produk yang dihasilkan berupa barang yang umur pemakaiannya dapat bertahan lama, misalnya kendaraan, produk tekstil, alas kaki dan produk elektronik. Pada saat kondisi perekonomian bagus, penjualan produk tersebut dapat meningkat beberapa kali lipat. Sedangkan pada masa kesulitan ekonomi, biasanya pelanggan menunda pembeliannya, karena masih dapat menggunakan barang yang lama sebagai pengganti, dengan demikian, tidak selamanya proses produksi dan penjualan pada sektor ini dapat menghasilkan return yang stabil, sehingga dibutuhkan estimasi-estimasi yang tepat dalam keputusan investasi dan pendanaan.

Selanjutnya, berkaitan dengan kinerja keuangan, sektor aneka industri dalam dua tahun terakhir (2010-2011) menunjukkan perkembangan yang baik. Berdasarkan informasi yang diberitakan oleh Indonesian Finace Today melalui situs www.indonesianfinacetoday.com disebutkan bahwa Indeks Sektor Aneka Industri mengalami pertumbuhan 12,34% pada tahun 2011, tertinggi di antara seluruh sektor. Pertumbuhan sektor aneka industri terutama terjadi pada subsektor otomotif dan komponennya dan subsektor tekstil dan garmen. Perkembangan positif industri otomotif pada 2011 ini didukung tingkat inflasi yang terkendali sehingga suku bunga kredit tetap stabil bahkan cenderung turun. Hal ini


(17)

menyebabkan peningkatan pada penjualan kendaraan bermotor di Indonesia, sehingga menguntungkan bagi industri otomotif. Peningkatan kinerja perusahaan sektor aneka industri yang dimotori oleh perkembangan industri otomotif dan komponennya dan industri tekstil dan garmen menunjukkan bahwa kinerja keuangan sektor aneka industri membaik seiring membaiknya kondisi perekonomian, dimana sebelumnya, berdasarkan data yang dikumpulkan dari perkembangan kinerja keuangan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia, terdapat 22 perusahaan dari total 40 perusahaan pernah mengalami tingkat ROA negatif dalam interval waktu 2007 hingga 2011. Tingkat ROA yang negatif ini mengindikasikan bahwa lebih dari 50% dari jumlah perusahaan dalam sektor aneka industri mengalami kerugian. Namun seiring membaiknya kondisi perekonomian, kinerja sektor aneka industri juga menunjukkan peningkatan.

Perlu diingat bahwa produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan sektor aneka industri merupakan produk-produk tertier. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada umumnya daya beli masyarakat terhadap produk-produk ini akan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakan, sementara naik turunnya tingkat pendapatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh tingkat inflasi dan suku bunga. Sehingga ketika tingkat inflasi turun dan daya beli masyarakat meningkat maka terjadi peningkatan penjualan pada produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan sektor aneka industri, dengan demikian dapat dikatakan bahwa, dalam beroperasi, sektor ini terpengaruh oleh naik turunnya tingkat suku bunga dan tingkat inflasi yang merupakan indikator perekonomian. Semakin tinggi tingkat inflasi dan tingkat suku bunga maka terjadi penurunan


(18)

tingkat penjualan. Penjualan yang menurun dapat mengakibatkan penurunan laba sehingga menyebabkan tingkat ROA juga menurun. Berikut ini disajikan hubungan antara tingkat bunga, tingkat inflasi dan kinerja yang ditunjukkan oleh tingkat ROA selama tahun 2007 hingga 2011 pada perusahaan sektor aneka industri.

Tabel 1.1

ROA Perusahaan Sektor Aneka Industri, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Tahun 2007-2011

TAHUN ROA ( % )

Tingkat Inflasi (%) Tingkat Suku Bunga (%) 2007 2008 2009 2010 2011 2,03 -6,82 4,16 2,17 3,50 6,59 11,06 2,78 6,96 3,79 8,00 9,25 6,5 6,5 6,00

Sumber data: ROA - http://www.idx.co.id ; Tingkat Inflasi-http://www.bps.go.id; Tingkat suku bunga - http://www.bi.go.id (data diolah).

Secara grafik berdasarkan Tabel 1.1 dapat digambarkan hubungan perkembangan ROA dengan tingkat inflasi dan tingkat suku bunga dalam lima tahun terakhir terlihat sebagai berikut.

Gambar 1.1 Grafik Hubungan Perkembangan ROA dengan Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga

-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12

2007 2008 2009 2010 2011

P e rs e n t a s e Tahun ROA inflasi suku bunga


(19)

Data tersebut memperlihatkan tingkat pengembalian atas aset (ROA) dari perusahaan-perusahaan pada sektor Aneka Industri. Secara umum terlihat bahwa terjadi fluktuasi pada perkembangan ROA. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2008. Hal ini tidak mengherankan, karena pada tahun 2008 terjadi resesi ekonomi yang mempengaruhi tingkat inflasi dan suku bunga di Indonesia sehingga daya beli masyarakan menurun. Sehingga yang terlihat adalah tingkat ROA pada tahun 2008 turun sangat tajam. Kemudian di tahun-tahun berikutnya tingkat ROA bergerak naik-turun bertolak belakang dengan naik turunnya tingkat inflasi dan tingkat suku bunga. Pada saat tingkat inflasi dan suku bunga naik, tingkat ROA turun dan sebaliknya pada saat tingkat inflasi dan suku bunga turun, tingkat ROA mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ROA sangat rentan terhadap pergerakan inflasi dan tingkat suku bunga.

Mengingat rentannya kondisi keuangan perusahaan sektor aneka industri terhadap tingkat inflasi dan tingkat suku bunga, maka pihak manajemen harus benar-benar memperhitungkan setiap investasi dan pendanaan yang dilakukan, karena berkaitan dengan risiko yang dapat ditimbulkan oleh pergerakan inflasi dan suku bunga. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian yang mengaitkan struktur aktiva dan struktur keuangan yang merupakan cerminan dari keputusan investasi dan pendanaan dengan tingkat ROA yang diperoleh perusahaan sektor aneka industri, sehingga penelitian ini berjudul “Pengaruh Struktur Aktiva dan Struktur Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia”.


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Apakah struktur aktiva dan struktur keuangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Return on Assets) perusahaan sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh struktur aktiva dan struktur keuangan terhadap kinerja keuangan (Return on Assets) perusahaan sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang baik adalah penelitian yang memberikan manfaat. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti; penelitian ini memberikan pemahaman sehubungan dengan kajian yang dilakukan tentang pengaruh struktur aktiva dan struktur keuangan terhadap kinerja keuangan perusahaan.


(21)

2. Bagi perusahaan; memberikan masukan tentang perlunya menganalisis pengaruh keputusan investasi dalam aktiva dan pasiva untuk mengoptimalkan tingkat pengembalian bagi perusahaan.

3. Bagi investor; sebagai bahan masukan dalam membuat penilaian dan keputusan investasi.

4. Bagi peneliti selanjutnya; dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian tentang pengaruh struktur aktiva dan struktur keuangan terhadap kinerja keuangan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Aktiva

2.1.1 Pengertian Struktur Aktiva

Aktiva atau aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya memiliki dua jenis aktiva yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Kedua unsur aktiva ini akan membentuk struktur aktiva. Struktur aktiva suatu perusahaan akan tampak dalam sisi sebelah kiri neraca. Struktur aktiva juga disebut struktur aset atau struktur kekayaan. Struktur aktiva atau struktur kekayaan adalah “Perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap” (Riyanto, 2008 : 22). Selanjutnya yang dimaksud dengan artian absolut adalah perbandingan dalam bentuk nominal, sedangkan yang dimaksud dengan artian relatif adalah perbandingan dalam bentuk persentase.

Sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan berapa besar alokasi untuk masing-masing aktiva serta bentuk-bentuk aktiva yang harus dimiliki. Karena hal ini menyangkut seberapa besar dana yang dibutuhkan yang berkaitan langsung dengan tujuan jangka panjang perusahaan. Syamsuddin (2007:9), menjelaskan bahwa:

Alokasi untuk masing-masing komponen aktiva mempunyai pengertian “berapa jumlah rupiah” yang harus dialokasikan untuk masing-masing komponen aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Sesudah menentukan alokasi untuk kedua macam aktiva tersebut maka biasanya seorang manajer harus menentukan alokasi


(23)

optimal untuk masing-masing komponen aktiva lancar. disamping itu seorang manajer keuangan juga harus menentukan alokasi untuk setiap komponen aktiva tetap serta umur dari masing-masing komponen tersebut, kapan harus diadakan perbaikan, penggantian dan sebagainya.

2.1.2 Aktiva Lancar

Aktiva lancar adalah bagian dari struktur aktiva. Aktiva lancar umumnya memiliki umur ataupun tingkat perputaran yang relatif singkat yang biasanya kurang dari satu tahun. Djarwanto (2004:25), membagi aktiva lancar sebagai berikut:

1. Kas, yaitu berupa uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan.

2. Investasi jangka pendek (temporary investment), yaitu berupa obligasi pemerintah, obligasi perusahaan-perusahaan industri dan surat-surat hutang, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual kembali, dikenal dengan investasi jangka pendek.

3. Wesel tagih (notes receivable), yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu promes.

4. Pihutang dagang (account receivable), meliputi keseluruhan tagihan atas langganan perseroan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.

5. Penghasilan yang masih akan diterima (accrual receivable), yaitu penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan


(24)

telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.

6. Persediaan barang (inventories), yaitu barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada di tangan pada saat penyusunan neraca.

7. Biaya yang dibayar dimuka, yaitu pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan.

2.1.3 Aktiva Tetap

Menurut defenisinya, aktiva tetap mempunyai masa hidup lebih dari satu tahun, sehingga penanaman modal dalam aktiva tetap adalah investasi jangka panjang. Bagi perusahaan industi aktiva tetap menyerap sebagian besar dari modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Namun hal ini tidak berlaku mutlak untuk semua jenis perusahaan. Jumlah aktiva tetap yang ada dalam perusahaan juga dipengaruhi oleh sifat atau jenis dari proses produksi yang dilaksanakan.

Sama halnya dengan investasi dalam aktiva lancar, investasi dalam aktiva tetap juga pada akhirnya mengharapkan tingkat pengembalian yang optimal atas dana yang sudah diinvestasikan. Bagi perusahaan industri, aktiva tetap merupakan power untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang optimal. Proporsi aktiva tetap yang lebih besar atas aktiva lancarnya akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian. Syamsuddin (2007:409) menjelaskan bahwa, “Aktiva tetap sering


(25)

disebut sebagai the earning assets (aktiva yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan) oleh karena aktiva-aktiva tetap inilah yang memberikan dasar bagi earning power perusahaan”.

Perusahaan-perusahaan industri diasumsikan akan memperoleh hasil yang lebih besar dari aktiva tetap dibandingkan aktiva lancar yang dimilikinya, sehingga dapat dikatakan bahwa aktiva tetap menggambarkan aktiva yang benar-benar dapat memberikan hasil kepada perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat memperoleh hasil yang lebih besar dari modal yang diinvestasikan dalam aktiva tetap dibandingkan aktiva lancarnya maka sebaiknya perusahaan menjual aktiva-aktiva tetap yang dimiliki dan dengan hasil penjualan tersebut dipergunakan untuk membeli atau melakukan investasi dalam aktiva lancar.

2.2 Struktur Keuangan

2.2.1 Pengertian Struktur Keuangan

Struktur keuangan atau struktur finansial tercermin dalam keseluruhan pasiva pada sisi kanan neraca. Riyanto (2008:22) menjelaskan, “Struktur finansiil mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dengan demikian struktur finansiil tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur finansiil mencerminkan pula perimbangan baik dalam artian absolut maupun relatif antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri”. Weston dan Copeland (1999:3) juga memberikan penjelasan tentang struktur keuangan sebagaimana disebutkan


(26)

bahwa, “Struktur keuangan adalah bagaimana cara perusahaan mendanai aktivanya. Aktiva perusahaan didanai oleh hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham sehingga seluruh sisi kanan dari neraca (pasiva) memperlihatkan struktur keuangan”.

Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas terdapat pengertian bahwa struktur keuangan berkenaan dengan fungsi pendanaan, dimana pendanaan harus dilakukan secara efisien, yang artinya setiap rupiah yang tertanam dalam aktiva harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk mendapatkan tingkat keuntungan investasi yang optimal. Penentuan struktur keuangan merupakan masalah yang menyangkut komposisi pendanaan yang akan digunakan oleh perusahaan yaitu menentukan berapa besar hutang yang digunakan untuk membantu ekuitas mendanai investasi dalam aktiva. Jumlah hutang didalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.

Berkaitan dengan struktur keuangan sebagai fungsi pendanaan, Syamsuddin (2007:9) juga mengemukakan:

Dua hal yang dilakukan sehubungan dengan struktur finansial perusahaan yaitu :

1. Penentuan alokasi yang terbaik antara hutang lancar dan modal jangka panjang. Penentuan ini sangat penting karena besarnya komposisi (mix) untuk masing-masing hutang lancar dan modal jangka panjang akan dapat mempengaruhi profitabilitas dan likuiditas perusahaan.

2. Hal yang sama pentingnya dengan butir 1 adalah penentuan jenis hutang lancar dan modal jangaka panjang yang paling menguntungkan bagi perusahaan.


(27)

Hal ini semakin memperjelas bahwa struktur keuangan tidak lain adalah bagaimana menyusun suatu strategi pendanaan atau investasi dalam aktiva untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang optimal atas investasi, sehingga penentuan proporsi pada setiap komponen dalam struktur keuangan adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan.

2.2.2 Hutang

Adapun komponen dalam struktur keuangan pada umumnya yaitu hutang (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) dan ekuitas (modal sendiri). Hutang atau sering disebut modal asing “adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang, yang pada saatnya harus dibayar kembali” (Riyanto, 2008 : 227). Hutang dibedakan atas tiga (Riyanto, 2008 : 227) yaitu:

1. Hutang Jangka Pendek, adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Adapun jenis-jenis modal asing jangka pendek yang utama adalah kredit rekening koran, kredit dari penjual, kredit dari pembeli, dan kredit wesel.

2. Hutang Jangka Menengah, adalah hutang yang jangka waktu atau umurnya adalah lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan membelanjai usaha dengan kredit ini adalah karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan kredit jangka pendek di satu pihak dan juga sulit untuk dipenuhi dengan kredit jangka panjang di lain pihak. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah adalah term loan dan leasing.

3. Hutang Jangka Panjang, adalah hutang yang jangka waktunya panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan. Bentuk-bentuk utama dari hutang jangka panjang antara lain obligasi dan pinjaman hipotik.


(28)

2.2.3 Modal Sendiri (Ekuitas)

Komponen berikutnya dari struktur keuangan adalah modal sendiri atau yang biasa disebut ekuitas. Ekuitas adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang lama. Ekuitas dapat berasal dari saham, baik saham biasa maupun saham preferen dan laba ditahan. Menurut Riyanto (2008:240), modal sendiri dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), terdiri dari modal saham, cadangan, keuntungan.

1. Modal saham, yaitu tanda bukti penyertaan modal serta tanda bukti pengambilan bagian dalam suatu perusahaan. Saham terdiri atas saham biasa dan saham preferen. Saham biasa dapat berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan modal permanen, penentu pembagian laba, serta sebagai alat untuk menguasai perusahaan. Sementara saham preferen juga berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan modal permanen, namun saham preferen memiliki keistimewaan yaitu pembagian dividen kepada pemegang saham preferen dilakukan secara rutin, dan apabila perusahaan dilikuidasi pemegang saham preferen lebih didahulukan dari pemegang saham biasa dalam hal pembagian kekayaan.

2. Cadangan. Cadangan adalah “cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lalu atau dari tahun berjalan”. Selanjutnya, cadangan yang termasuk dalam ekuitas adalah cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs dan cadangan umum.


(29)

3. Laba ditahan, adalah bagian dari laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. Kebanyakan perusahaan menyatukan cadangan dan laba ditahan dalam pos laba ditahan pada neraca. Adanya keuntungan akan memperbesar pos laba ditahan yang artinya meningkatkan jumlah ekuitas.

2.2.4 Struktur Modal Optimal

Struktur modal adalah pembelanjaan yang mencerminkan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, kedua unsur tersebut merupakan dana jangka panjang, dengan demikian struktur modal hanya merupakan sebagian dari struktur keuangan. Setiap perusahaan berusaha untuk mencapai struktur modal yang optimal untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Struktur modal yang merupakan bagian dari struktur keuangan memfokuskan pada bauran pendanaan dengan menggunakan hutang dan modal sendiri (ekuitas). Tujuan dari manajemen struktur modal ini adalah untuk memadukan sumber dana permanen yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk menentukan bagaimana struktur modal yang optimal bagi suatu perusahaan, Brigham dan Houston (2001:5) menerangkan bahwa “suatu perusahaan harus menganalisis beberapa faktor dan menetapkan struktur modal yang ditargetkan (target capital structure). Namun target tersebut sesungguhnya dapat berubah sewaktu-waktu, oleh sebab itu manajemen harus memiliki gambaran mengenai target struktur modal yang spesifik stiap saat, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan.


(30)

Brigham dan Houston (2001:5) selanjutnya menerangkan bahwa “Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan (trade off) antara risiko dan tingkat pengembalian : Menggunakan lebih banyak hutang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham; Menggunakan lebih banyak hutang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan”. Sementara teori trade-off yang disebutkan dalam Brealey at al. (2007:32) menyebutkan bahwa “manajer keuangan seharusnya meningkatkan hutang sampai pada satu titik di mana nilai perlindungan pajak bunga tambahan hanya terimbangi oleh tambahan biaya masalah keuangan yang mungkin timbul”. Selanjutnya dijelaskan bahwa “perusahaan dengan aset yang berwujud dan aman serta penghasilan kena pajak yang besar seharusnya beroperasi pada tingkat hutang yang tinggi. Perusahaan yang kurang menguntungkan, atau perusahaan dengan aset tidak berwujud dan berisiko, harus meminjam lebih sedikit”.

Brigham dan Houston (2001:6) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal yaitu :

1) Risiko bisnis, yaitu tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila tidak menggunakan hutang, dimana makin besar risiko bisnis suatu perusahaan, makin rendah rasio hutang yang optimalnya.

2) Posisi pajak perusahaan. Alasan utama menggunakan hutang adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehngga menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya.


(31)

3) Fleksibilitas keuangan, yaitu kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang buruk.

4) Konservatisme atau agresivitas manajemen. Bagi perusahaan yang memiliki kebijakan yang bersifat agresif umumnya akan menggunakan hutang untuk meningkatkan laba.

Jelaslah bahwa penentuan struktur modal yang optimal bergantung pada kondisi dan kebutuhan perusahaan, risiko yang dihadapi dan agresivitas manajemen.

2.3 Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bergantung pada sudut pandang yang diambil dan tujuan analisis, untuk itu, manajemen perusahaan perlu menyesuaikan kondisi perusahaan dengan alat ukur penilaian kinerja serta tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan itu sendiri. Adapun tujuan umum penilaian kinerja perusahaan adalah untuk mengevaluasi perubahan-perubahan atas sumber daya yang dimiliki perusahaan. Selain itu, adapun kriteria yang digunakan perusahaan dalam menilai kinerja sebaiknya dipahami dan disepakati dengan baik oleh seluruh anggota organisasi yang terlibat.

Kinerja Keuangan sebagai salah satu aspek penting dalam perusahaan memiliki sejumlah elemen yang harus mendapat penilaian dan perhatian khusus. Menurut Munawir (2002:31) tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah :


(32)

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajibannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut berada dalam likuid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan unlikuid. Perusahaan dikatakan dapat memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan mempunyai aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancarnya.

2. Mengetahui tingkat solvabilitas

Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas

Rentabilitas atau sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam satu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.


(33)

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja keuangan memberikan penilaian atas pengelolaan aset dan dana yang diinvestasikan dalam aset tersebut. Oleh sebab itu manajemen perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi atas kinerja keuangannya serta melakukan tindakan perbaikan atas kinerja perusahaan yang tidak sehat untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.

2.4 Return on Assetss (ROA)

2.4.1 Pengertian Return on Assetss (ROA)

Return on Assetss adalah bagian dari rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas sendiri merupakan alat evaluasi untuk pengukuran kinerja keuangan yaitu sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Keown et al. (2000) juga menjelaskan bahwa ROA sebagai bagian dari rasio profitabilitas merupakan alat dalam evaluasi kinerja keuangan. “Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan” (Brigham dan Houston, 2006 : 107). Sementara Van Horne dan Wachowics (2005:222) menjelaskan rasio profitabilitas adalah, “rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan dan investasi pada perusaahaan“.


(34)

Jadi, jika beberapa pendapat tersebut dihubungkan maka ada hubungan antara kebijakan, keputusan, investasi dan laba sebagai hasil akhir.

Selanjutnya, ROA sebagai bagian dari rasio profitabilitas mengukur tingkat laba atas investasi dalam aktiva. Brigham dan Houston (2006 : 109) menyatakan bahwa “Rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva (return on assets-ROA) setelah beban bunga dan pajak. Kemudian menurut Harahap (2008:305), “Return on Assets merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan”. Menurut teori, semakin besar tingkat perputaran aktiva akan semakin baik yang artinya aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Sejalan dengan itu, dalam persamaan Du Pont, ROA dipecah menjadi komponen yang menunjukkan adanya hubungan tingkat penjualan terhadap laba, persamaannya terlihat sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2006 : 114) :

� �= � × �

� �= � ℎ

� × � �

Persamaan di atas menunjukkan bahwa ROA adalah margin laba dikali perputaran total aktiva. Margin laba adalah rasio antara laba bersih dengan penjualan, sedangkan perputaran total aktiva merupakan rasio dari penjualan terhadap total aktiva, sehingga terlihat bahwa penjualan merupakan indikator utama untuk menilai aktivitas perusahaan, terutama menilai tingkat pengembalian atas aktiva. Sehubungan dengan itu, Sartono (2000 : 65) juga menjelaskkan “Return on Assets adalah rasio antara laba setelah pajak (EAT) dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total. Rasio yang


(35)

lebih rendah dapat disebabkan karena net profit margin yang rendah atau karena perputaran total aktiva yang rendah atau keduanya”, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ROA dapat menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan atas investasi yaitu seberapa besar tingkat perolehan laba atas aset yang dimiliki.

2.4.2 Return on Assetss (ROA) Sebagai Ukuran Kinerja Keuangan

Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Menurut Weygandt et al. (1996) dalam Adyani (2011) “Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan”. Rasio profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena rasio profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang


(36)

dimiliki untuk menghasilkan laba. Oleh karena ROA adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak (laba) terhadap tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan bernilai negatif atau rugi, hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba, demikian juga sebaliknya, ROA yang positif disebabkan laba perusahaan bernilai positif, artinya investasi dalam aset telah mampu menghasilkan laba atau keuntungan.

2.4.3 Keunggulan dan Kelemahan ROA sebagai Ukuran Kinerja Keuangan 1. Keunggulan ROA

ROA digunakan oleh manjemen perusahaan dalam mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA memiliki keuntungan yaitu ROA merupakan pengukuran yang menyeluruh dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini. Laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan laba rugi dan neraca. Keunggulan lain yang didapat dari pengukuran kinerja dengan ROA adalah perhitungan ROA sangat mudah dihitung dan dipahami.

2. Kelemahan ROA (Return on Assets)

Pengukuran kinerja keuangan dengan ROA juga memiliki kelemahan, yaitu yang pertama manajemen cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang. Misalnya dalam penilaian sebuah


(37)

proyek yang menggunakan pengukuran kinerja dengan ROA, dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi proyek tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang, yaitu berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan anggaran pemasaran, dan pengguanaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang. Oleh karena itu, manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan proyek-proyek jangka panjang, meskipun pada kenyataannya proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara keseluruhan.

2.5 Pengaruh Sturktur Aktiva dan Struktur Keuangan Terhadap Return on Assets (ROA)

2.5.1 Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Return on Assetss (ROA)

Keseimbangan antara aktiva lancar dan aktiva tetap akan menentukan tingkat pengembalian atas investasi dalam aset-aset tersebut. Apabila perusahaan ingin meningkatkan keuntungan maka peningkatan keuntungan tersebut akan diikuti pula oleh penigkatan risiko, demikian pula sebaliknya, penurunan tingkat risiko akan diikuti oleh penurunan tingkat keuntungan (profitabilitas). Walaupun penelitian ini tidak membahas unsur risiko, namun unsur risiko tetap harus diingat karena keputusan yang diambil perusahaan dalam penentuan struktur aktiva dan struktur keuangannya sudah pasti mempertimbangkan unsur risiko. Seperti keputusan dalam investasi aktiva tetap yang bersifat jangka panjang maupun


(38)

penggunaan hutang jangka panjang dimana keduanya mengandung tingkat risiko tertentu. Syamsuddin (2007:209) mengemukakan pengaruh dari perubahan tingkat aktiva lancar terhadap profitabilitas sebagai berikut:

Pengaruh dari tingkat aktiva lancar atas trade-off antara profitabilitas dan risiko dapat diilustrasikan dengan menggunakan rasio sederhana, yaitu rasio antara aktiva lancar atas total aktiva. persentase yang diperoleh akan menunjukkan berapa bagian dari total aktiva yang tertanam dalam pos-pos yang lancar. Bilamana rasio aktiva lancar atas total aktiva meningkat maka baik profitabilitas maupun risiko yang dihadapi akan menurun. Menurunnya profitabilitas disebabkan karena, aktiva lancar menghasilkan lebih sedikit dibandingkan aktiva tetap. Risiko menurun karena peningkatan jumlah aktiva lancar akan semakin memperbesar net working capital.

Penurunan rasio aktiva lancar atas total aktiva akan mengakibatkan meningkatnya profitabilitas dan risiko. Peningkatan profitabilitas disebabkan karena lebih banyak modal yang diinvestasikan dalam aktiva tetap yang dapat memberikan profitabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar.

Selanjutnya Van Horne dan Wachowicz (2005:309) menegaskan bahwa “Menurunkan tingkat investasi dalam aktiva lancar, akan mengarah pada peningkatan pengembalian atas total aktiva perusahaan”.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu, apabila proporsi aktiva lancar lebih besar maka laba akan menurun. Apabila tingkat laba kecil maka tingkat pengembalian atas aset (ROA) akan kecil sebab ROA adalah perbandingan antara laba dengan total aset. Sebaliknya apabila proporsi aktiva tetap lebih besar maka laba akan meningkat. Apabila tingkat laba tinggi maka tingkat pengembalian atas aset (ROA) akan meningkat. Sehingga dapat dikatakan bahwa apabila rasio struktur aktiva meningkat, maka ROA akan menurun dan apabila rasio struktur aktiva menurun, maka ROA akan meningkat. Pada kesimpulan tersebut aktiva tetaplah yang


(39)

menjadi penghasil laba, namun bukan berarti bahwa aktiva-aktiva lancar dalam perusahaan tidak penting, karena bagaimanapun juga aktiva lancar tersebut sangat diperlukan dalam produksi dan penjualan dari barang jadi yang dihasilkan oleh aktiva tetap, “dengan demkian, pengaturan dari kedua komponen aktiva perusahaan tersebut akan sangat penting sekali untuk meningkatkan return on investment perusahaan secara keseluruhan”. (Syamsuddin, 2007 : 409)

2.5.2 Pengaruh Struktur Keuangan Terhadap Return on Assetss (ROA) Struktur keuangan tidak lain adalah rasio antara hutang dan ekuitas. Penentuan komposisi antara hutang dan ekuitas akan berpengaruh pada tingkat pengembalian atas aset, namun dalam struktur keuangan proporsi hutang yang tepat menjadi hal utama yang harus diperhitungkan dalam penentuan struktur keuangan. Semakin besar penggunaan hutang maka risiko yang dihadapi akan semakin besar. Namun, mengapa beberapa perusahaan memilih menggunakan hutang adalah tergantung dari biaya relatif. Ada kalanya biaya hutang lebih murah dari biaya ekuitas. Sehingga penggunaan hutang yang lebih besar dapat meningkatkan laba. Walsh (2003:123) mengatakan, “dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitasnya”. Husnan dan Pudjiastuti (1996:315) juga menyebutkan “Modigliani dan Miller menunjukkan bahwa sejauh pembayaran bunga bisa dipergunakan untuk mengurangi beban pajak, maka penggunaan hutang memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan”. Pada penjelasan tersebut disebutkan bahwa biaya bunga dapat menjadi pengurang pajak. Dalam Brigham


(40)

dan Houston (2006:102) dijelaskan bahwa terdapat perbedaan laba bersih pada dua perusahaan yang memiliki tingkat penjualan dan pajak yang sama. Pada kondisi normal, ditunjukkan bahwa laba bersih pada perusahaan yang menggunakan hutang lebih besar dibanding perusahaan yang tidak memiliki hutang. Hal ini disebabkan karena pada perusahaan yang memiliki hutang terdapat bunga yang dapat mengurangi pajak. Berdasarkan uraian teori di atas terdapat suatu kesimpulan yaitu apabila penggunaan hutang dapat meningkatkan laba maka akan berpengaruh terhadap peningkatan Return on Assets. Namun, di lain pihak, Brigham dan Houston (2006:109) juga mengemukakan dua hal yang menjadi penyebab turunnya tingkat pengembalian atas aset (ROA) yaitu “(1) kemampuan untuk menghasilkan laba perusahaan yang rendah ditambah (2) biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan hutang yang di atas rata-rata, dimana keduanya telah menyebabkan laba bersihnya menjadi relatif rendah”. Berdasarkan teori yang dikemukakan Brigham dan Houston pada poin (2) tersebut, terdapat pengertian bahwa penggunaan hutang di atas rata-rata dapat menyebabkan tingkat ROA turun. Jika dipahami lebih jauh, penggunaan hutang yang menyebabkan tingkat ROA turun adalah penggunaan hutang yang di atas rata-rata, dengan demikian teori ini dapat sejalan dengan teori yang dikemukakan sebelumnya dimana penggunaan hutang dapat meningkatkan laba. Sejalan juga dengan Modigliani dan Miller dalam Husnan dan Pudjiastuti (1996:315) yaitu “sejauh pembayaran bunga bisa dipergunakan untuk mengurangi beban pajak, maka penggunaan hutang memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan”. Artinya,


(41)

sejauh penggunaan hutang dapat memberikan keuntungan dan meningkatkan laba maka penggunaan hutang dalam struktur keuangan dapat meningkatkan ROA. Namun apabila hutang yang digunakan tidak menghasilkan laba dan peningkatan ROA, berarti terdapat penggunaan hutang di atas rata-rata yang mengakibatkan beban bunga terlalu tinggi yang secara signifikan mengurangi laba bersih sehingga tingkat ROA menjadi rendah. Terlepas dari itu, keputusan pihak manajemen tentang berapa besar porsi penggunaan hutang yang tepat dalam struktur keuangan adalah penentu dasar dalam hal ini. Struktur keuangan hanyalah cermin dari pelaksanaan fungsi keuangan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apabila rasio struktur keuangan meningkat maka Return on Assets akan meningkat dengan asumsi bahwa rasio struktur keuangan kurang dari satu ( < 1 ), apabila rasio struktur keuangan lebih besar dari satu, artinya jumlah hutang lebih besar dari ekuitas, berarti terjadi penggunaan utang di atas rata-rata yang menyebabkan biaya bunga terlalu tinggi sehingga berpengaruh signifikan terhadap penurunan laba yang menyebabkan tingkat ROA juga menurun. Sebaliknya, apabila rasio struktur keuangan menurun Return on Assets juga akan menurun, sebab dalam hal ini hutang merupakan faktor pengungkit (leverage). Apabila hutang diturunkan maka rasio struktur keuangan akan menurun sehingga perolehan laba menurun yang menyebabkan penurunan tingkat ROA.


(42)

2.6 Penelitian Terdahulu

Hermawan (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Strukur Aktiva, Financial Leverage, dan Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Otomotif yang Go Public di BEI (Periode Pengamatan Tahun 2006-2008)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi profitabilitas yang dicerminkan oleh struktur aktiva, financial leverage, dan struktur modal, serta untuk untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan simultan variabel struktur aktiva, financial leverage, dan struktur modal terhadap profitabilitas. Dalam penelitian ini profitabilitas dicerminkan oleh Return on Investment (ROI) atau Return on Assets (ROA). Hasil penelitian ini menunjukkan struktur aktiva secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROI/ROA), sedangkan financial leverage dan struktur modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROI/ROA). Secara simultan struktur aktiva, financial leverage, dan struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (ROI/ROA).

Alia (2011), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Pihutang, Perputaran Persediaan, Return on Equity, Debt to Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Pada penelitian ini debt to equity ratio menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan ekuitas, sehingga rasio ini merupakan indikator pengukuran struktur keuangan. Sedangkan indikator profitabilitas dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui


(43)

pengaruh perputaran modal kerja, perputaran pihutang, perputaran persediaan, return on equity, debt to equity ratio dan debt to asset ratio terhadap profitabilitas (ROA). Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial Debt to Equity (rasio yang menunjukkan struktur keuangan) berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets. Secara simultan perputaran modal kerja, perputaran pihutang, perputaran persediaan, return on equity, debt to equity ratio dan debt to asset ratio juga berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets (ROA).

2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka berfikir adalah “sintesa tentang hubungan variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti” (Sugiyono, 2006 : 49). Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disusun suatu kerangka konseptual tentang bagaimana hubungan antara variabel bebas yaitu struktur aktiva dan struktur keuangan, dengan variabel terikat yaitu Return on Assets, sebagaimana dijelaskan berikut ini.

Efisiensi pelaksanaan fungsi investasi yang tercermin dalam struktur aktiva akan menentukan tingkat perolehan laba. Syamsudin (2007:209) menjelaskan bahwa, “Bilamana rasio aktiva lancar atas total aktiva meningkat maka baik profitabilitas maupun risiko yang dihadapi akan menurun. Menurunnya


(44)

profitabilitas disebabkan karena aktiva lancar menghasilkan lebih sedikit dibandingkan aktiva tetap”. Selanjutnya dijelaskan bahwa, “Penurunan rasio aktiva lancar atas total aktiva akan mengakibatkan meningkatnya profitabilitas dan risiko. Peningkatan profitabilitas disebabkan karena lebih banyak modal yang diinvestasikan dalam aktiva tetap yang dapat memberikan profitabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar”. Van Horne dan Wachowicz (2005:309) mempertegas bahwa “Menurunkan tingkat investasi dalam aktiva lancar akan mengarah pada peningkatan pengembalian atas total aktiva perusahaan”. Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan apabila proporsi aktiva lancar lebih besar maka laba akan menurun. Apabila tingkat laba kecil maka tingkat pengembalian atas aset (ROA) akan kecil. Sebaliknya apabila proporsi aktiva tetap lebih besar maka laba akan meningkat. Apabila tingkat laba tinggi maka tingkat pengembalian atas aset (ROA) akan meningkat, dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa apabila rasio struktur aktiva meningkat, maka ROA akan menurun dan apabila rasio struktur aktiva menurun, maka ROA akan meningkat.

Sementara itu, struktur keuangan merupakan cermin dari pelaksanaan fungsi pendanaan. Perimbangan antara total hutang dengan ekuitas akan menentukan sejauh mana struktur keuangan tersebut dapat mempengaruhi tingkat Return on Assets, apakah akan meningkat atau menurun, dalam hal ini keputusan penggunaan hutang dalam struktur keuangan menjadi hal penting. Berapa besar persentase hutang terhadap ekuitas bergantung kepada keputusan perusahaan. Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, terdapat dua hal yang menunjukkan bagaimana struktur keuangan dapat mempengaruhi ROA. Pertama, yaitu teori


(45)

yang dikemukakan Modigliani dan Miller dalam Husnan dan Pudjiastuti (1996), yang mengatakan bahwa, “Sejauh pembayaran bunga bisa dipergunakan untuk mengurangi beban pajak, maka penggunaan hutang memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan”. Teori kedua yaitu sebagaimana disebutkan Brigham dan Houston (2006 : 102) yang mengatakan, “terdapat dua hal yang menjadi penyebab turunnya tingkat pengembalian atas aset (ROA) yaitu (1) kemampuan untuk menghasilkan laba perusahaan yang rendah ditambah (2) biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan hutang yang di atas rata-rata, dimana keduanya telah menyebabkan laba bersihnya menjadi relatif rendah”. Apabila penggunaan hutang dapat meningkatkan laba melalui pengurangan pajak maka akan berpengaruh terhadap peningkatan Return on Assets, namun apabila terdapat penggunaan hutang di atas rata-rata maka dapat mengakibatkan beban bunga yang terlalu tinggi sehingga akan mengurangi laba dan menyebabkan tingkat ROA turun.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, apabila rasio struktur keuangan meningkat maka Return on Assets akan meningkat, dengan asumsi bahwa hutang tidak lebih besar dari ekuitas. Sebaliknya, apabila rasio struktur keuangan menurun Return on Assets juga akan menurun, sebab dalam hal ini hutang juga merupakan faktor pengungkit (leverage). Apabila hutang diturunkan maka rasio struktur keuangan akan menurun sehingga perolehan laba menurun yang menyebabkan penurunan tingkat ROA.


(46)

Berdasarkan uraian teori yang dikemukakan di atas, maka dapat digambarkan suatu kerangka konseptual dari penelitian ini, yaitu seperti yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Sumber: Van Horne dan Wachowicz (2005), Modigliani dan Miller dalam Husnan dan Pudjiastuti (1996), dan Brigham dan Houston (2006)

2.8 Hipotesis

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul.” (Sugiyono, 2006 : 306). Pada penelitian ini hipotesis yang dikemukakan adalah bahwa “struktur aktiva dan struktur keuangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Return on Assets) perusahaan sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia”.

Struktur Aktiva (X1)

Struktur Keuangan (X2)

Kinerja Keuangan : Return on Assets


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitan ini merupakan jenis penelitian asosiatif, dimana, “Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana satu veriabel mempengaruhi variabel lain” (Umar, 2003 : 30). Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh variabel independen yaitu struktur aktiva dan struktur keuangan terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan yang diukur dengan ROA.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id sebagai situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian dilaksanakan sejak Maret 2012 sampai dengan Juni 2012.

3.3 Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran dan agar dalam menganalisis dan membahas permasalahan lebih terfokus pada satu permasalahan dan satu topik yang diteliti, maka ditetapkan batasan operasional dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.


(48)

1) Variabel independen, yaitu struktur aktiva dan struktur keuangan. 2) Variabel dependen, yaitu kinerja keuangan yang dalam penelitian

ini diukur dengan Return on Assets (ROA).

b. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan perusahaan sampel yang dipublikasikan selama periode 2007-2011.

3.4 Defenisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah variabel independen (bebas) yang terdiri dari struktur aktiva disebut X1 dan struktur keuangan disebut X2. Variabel Y adalah variabel

dependen (terikat) yaitu kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Assets (ROA). Selanjutnya dijelaskan sebagai berikut.

1) Variabel X

a. Struktur Aktiva (X1)

Struktur aktiva adalah susunan sisi kiri neraca pada laporan keuangan perusahaan sektor aneka industri yang merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Maka dalam penelitian ini, struktur aktiva dihitung dengan rumus sebagai berikut (Riyanto, 2008) :

Struktur Aktiva =Aktiva Lancar Aktiva Tetap


(49)

b. Struktur Keuangan (X2)

Struktur keuangan adalah susunan sisi kanan neraca pada laporan keuangan perusahaan sektor aneka industri yang merupakan perbandingan antara total hutang dengan ekuitas. Maka dalam penelitian ini struktur keuangan dihitung dengan rumus sebagai berikut (Riyanto, 2008) :

Struktur Keuangan =Total Hutang Ekuitas

2) Variabel Y (Return on Assets)

Return on Assets (ROA) adalah ukuran kinerja keuangan perusahaan aneka industri yang merupakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak. ROA dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2006) :

ROA =Laba Bersih Total Aktiva

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu” (Sugiyono, 2006 : 72). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam sektor aneka


(50)

industri di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 40 emiten berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia per April 2012.

3.5.2 Sampel

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2006 : 73). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan berdasarkan karakteristik atau kriteria tertentu. Adapun kriteria dari perusahaan yang dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang terus menerus tercatat di Bursa Efek Indonesia selama

periode penelitian.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap selama periode penelitian.

Berdasarkan kriteria di atas maka diperoleh sampel sebanyak 36 perusahaan. Hasil penarikan sampel dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel

No. Kriteria Jumlah

1. Perusahaan yang terus menerus tercatat di Bursa Efek Indonesia

selama periode penelitian 40

2. Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan secara

lengkap selama periode penelitian. (4)

Jumlah Sampel 36

Sumber : http://www.idx.co.id (April 2012, data diolah)

Berdasarkan kriteria penarikan sampel, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 36 perusahaan. Berikut daftar 36 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini.


(51)

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan Kode

1 PT Asta International Tbk. ASII

2 PT Astra Otoparts Tbk. AUTO

3 PT Indo Kordsa Tbk. BRAM

4 PT Goodyear Indonesia Tbk. GDYR

5 PT Gajah Tunggal Tbk. GJTL

6 PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. IMAS

7 PT Indospring Tbk. INDS

8 PTMulti Prima Sejahtera Tbk. LPIN

9 PT Multistrada Arah Sarana Tbk. MASA

10 PT Prima Alloy Steel Tbk. PRAS

11 PT Selamat Sempurna Tbk. SMSM

12 PT Polychem Indonesia Tbk. ADMG

13 PT Argo Pantes Tbk.. ARGO

14 PT Century Textile Industry (CENTEX) Tbk. CNTX

15 PT Eratex Djaja Tbk. ERTX

16 PT Ever Shine Textile Industry Tbk. ESTI

17 PT Panasia Indosyntec Tbk. HDTX

18 PT Indorama Synthetics Tbk. INDR

19 PT Karwell Indonesia Tbk. KARW

20 PT Apac Citra Centertex Tbk. MYTX

21 PT Panasia Filament Inti Tbk. PAFI

22 PT Pan Brothers Tex Tbk. PBRX

23 PT Asia Pacific Fibers Tbk. POLY

24 PT Ricky Putra Globalindo Tbk. RICY 25 PT Tifico Fiber Indonesia Tbk. TFCO 26 PT Nusantara Inti Corpora Tbk. UNIT

27 PT Unitex Tbk. UNTX

28 PT Primarindo Asia Infrastructur Tbk. BIMA

29 PT Surya Intrindo Makmur Tbk SIMM

30 PT Sumi Indo Kabel Tbk. IKBI

31 PT Jembo Cable Company Tbk. JECC

32 PT KMI Wire and Cable Tbk. KBLI

33 PT Kabelindo Murni Tbk. KBLM

34 PT Sucaco Tbk.. SCCO

35 PT Voksel Electric Tbk. VOKS

36 PT Sat Nusapersada Tbk. PTSN


(52)

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder berasal dari publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, laporan keuangan tahunan dan data-data lain yang diperlukan.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung, literatur, jurnal dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan keuangan periode 2007 hingga 2011 yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia.

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Deskripsi Variabel

Pada tahap ini dilakukan perhitungan masing-masing variabel yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen) berdasarkan rumus yang telah dikemukakan sebelumnya. Selanjutnya pada deskripsi variabel akan dijelaskan gambaran umum dari masing-masing variabel untuk mendapatkan gambaran awal permasalahan yang menjadi objek dalam penelitian ini.


(53)

3.8.2 Penerapan Model Analisis

Model analisis yang digunakan dalam penelitan ini adalah Regresi Linier Berganda. Pada tahap ini akan dijelaskan hubungan variabel, yaitu antara variabel terikat dan variabel bebas dengan rumus sebagai berikut, (Supranto, 2005:149):

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Dimana:

Y = Return on Assets a = Konstanta X1 = Struktur Aktiva

X2 = Struktur Keuangan

b1,2 = Koefisien regresi variabel independen

e = Error

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum data dianalisis, model regresi linier berganda harus memenuhi syarat uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda. Uji asumsi klasik terdiri dari :

1) Uji Normalitas

Imam (2006:110) menyataan bahwa “Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut Imam, (2006:112), pada prinsipnya normalitas data dapat diketahui dengan melihat


(54)

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik atau histogram dari residualnya. Data normal dan tidak normal dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya, menunjukkan pola terdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

(2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafk histogramnya, tidak menunjukkan pola terdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Menurut Imam (2006) uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan apabila tidak hati-hati. Secara visual kelihatan normal, tetapi secara statistik tidak demikian. Oleh sebab itu dianjurkan selain menggunakan uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik Kolmogrov-Smirov (K-S). uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

H0 : Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan H0

diterima, sebaliknya bila nilai signifikan < 0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima.

2) Uji Multikolonieritas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Hubungan linier antarvariabel inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Model


(55)

regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel independen. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. “Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah tolerance < 0,1 sedangkan variance inflation factor (VIF) > 5”. (Situmorang dan Lufti, 2011:139).

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan uji Lagrange Multiplier (LM Tests) atau Breusch-Godfrey Test (BG Test). Test ini lebih tepat jika digunakan pada penelitian dengan jumlah observasi yang besar yaitu di atas 100 observasi. Menurut Imam (2006:98) “Uji Autokorelasi dengan LM test terutama digunakan untuk sample besar di atas 100 observasi. Uji ini memang lebih tepat digunakan dibandingkan uji DW, terutama bila sampel yang digunakan relatif besar dan derajat autokorelasi lebih dari satu”. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat nilai koefisien parameter untuk residual dimana probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, maka disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.


(1)

LAMPIRAN 3

STRUKTUR KEUANGAN

DATA HUTANG, EKUITAS DAN RASIO STRUKTUR KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI TAHUN 2007-2008

(Hutang dan ekuitas dalam jutaan rupiah)

No. KODE Nama

2007 2008

hutang ekuitas Rasio Str

Keuangan hutang ekuitas

Rasio Str Keuangan

1 ASII PT Asta International Tbk. 31.511.736 26.962.594 1,169 40.163.000 33.080.000 1,214

2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 1.094.734 2.261.414 0,484 1.190.886 2.652.969 0,449

3 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 462.352 894.006 0,517 480.181 998.025 0,481

4 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 280.137 299.524 1,483 625.601 296.728 2,108

5 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk. 6.068.879 2.385.814 2,544 7.064.134 1.649.425 4,283

6 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. 4.505.913 166.643 27,039 5.098.497 286.813 17,776

7 INDS PT Indospring Tbk. 520.430 78.723 6,611 809.432 108.675 7,448

8 LPIN PTMulti Prima Sejahtera Tbk. 61.413 77.840 0,789 100.287 82.603 1,214

9 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk. 511.231 1.287.942 0,397 1.694.228 1.284.796 1,319

10 PRAS PT Prima Alloy Steel Tbk. 453.393 129.567 3,499 440.568 114.753 3,839

11 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 316.557 482.204 0,656 342.209 546.222 0,627

12 ADMG PT Polychem Indonesia Tbk. 2.841.380 13.197.131 0,215 2.844.075 1.011.162 2,813

13 ARGO PT Argo Pantes Tbk. 1.565.031 300.970 5,200 1.611.772 112.469 14,331


(2)

Lanjutan

15 ERTX PT Eratex Djaja Tbk. 314.444 (22.695) -13,855 303.895 (134.648) -2,257

16 ESTI PT Ever Shine Textile Industry Tbk. 269.621 271.097 0,995 281.170 249.073 1,129

17 HDTX PT Panasia Indosyntec Tbk. 582.099 660.549 0,881 706.415 546.850 1,292

18 INDR PT Indorama Synthetics Tbk. 3.636.004 22.385.698 0,162 4.005.523 2.670.434 1,500

19 KARW PT Karwell Indonesia Tbk. 675.912 (21.386) -31,605 234.068 (81.779) -2,862

20 MYTX PT Apac Citra Centertex Tbk. 1.895.641 146.028 12,981 2.070.737 9.575 216,265

21 PAFI PT Panasia Filament Inti Tbk. 484.382 121.866 3,975 605.840 (23.998) -25,245

22 PBRX PT Pan Brothers Tex Tbk. 690.173 142.370 4,848 854.088 98.242 8,694

23 POLY PT Asia Pacific Fibers Tbk. 12.525.826 (7.077.644) -1,770 14.141.446 (9.228.456) -1,532

24 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk. 238.173 333.460 0,714 321.669 320.877 1,002

25 TFCO PT Tifico Fiber Indonesia Tbk. 2.767.903 (260.309) -10,633 2.787.759 (606.771) -4,594

26 UNIT PT Nusantara Inti Corpora Tbk. 69.354 73.423 0,945 73.075 72.444 1,009

27 UNTX PT Unitex Tbk. 252.372 (101.737) -2,481 57.625 21.809 2,642

28 BIMA PT Primarindo Asia Infrastructur Tbk. 289.812 (192.635) -1,504 321.839 (214.370) -1,501

29 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk. 77.089 39.133 1,970 98.909 (19.147) -5,166

30 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk. 149.273 440.049 0,339 129.272 507.136 0,255

31 JECC PT Jembo Cable Company Tbk. 383.210 87.265 4,391 586.203 87.193 6,723

32 KBLI PT KMI Wire and Cable Tbk. 316.841 182.527 1,736 399.097 208.135 1,917

33 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk. 210.272 217.547 0,967 233.909 221.535 1,056

34 SCCO PT Sucaco Tbk. 938.248 350.955 2,673 766.904 356.007 2,154

35 VOKS PT Voksel Electric Tbk. 496.171 308.822 1,607 849.783 315.075 2,697


(3)

DATA HUTANG, EKUITAS DAN RASIO STRUKTUR KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI TAHUN 2009-2010

(Hutang dan ekuitas dalam jutaan rupiah)

No. KODE Nama 2009 2010

hutang ekuitas Rasio Str Keuangan

hutang ekuitas Rasio Str Keuangan 1 ASII PT Asta International Tbk. 40.000.000 39.894.000 1,003 54.168.000 49.310.000 1,099

2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 1.262.292 3.208.778 0,393 1.482.705 3.860.827 0,384

3 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 224.873 981.988 0,229 283.850 1.208.877 0,235

4 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 712.276 415.354 0,960 731.359 414.998 1,762

5 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk. 6.206.486 2.670.660 2,324 6.844.970 3.526.597 1,941

6 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. 4. .314 437.332 10,158 6.377.971 1.277.322 4,993

7 INDS PT Indospring Tbk. 455.454 165.566 2,751 543.189 227.300 2,390

8 LPIN PTMulti Prima Sejahtera Tbk. 45.096 92.814 0,486 44.001 106.936 0,411

9 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk. 1.076.388 1.459.657 0,737 1.409.277 1.629.135 0,865

10 PRAS PT Prima Alloy Steel Tbk. 342.177 78.537 4,357 317.889 136.709 2,325

11 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 398.256 497.822 0,800 499.425 519.375 0,962

12 ADMG PT Polychem Indonesia Tbk. 2.629.538 1.089.679 2,413 2.516.788 1.249.299 2,015

13 ARGO PT Argo Pantes Tbk. 1.424.333 36.723 38,786 1.216.330 211.904 5,740

14 CNTX PT Century Textile Industry Tbk. 316.891 30.775 10,297 295.040 19.819 14,887

15 ERTX PT Eratex Djaja Tbk. 256.112 (158.345) -1,617 321.754 (206.427) -1,559

16 ESTI PT Ever Shine Textile Industry Tbk. 262.060 256.793 1,021 327.067 256.181 1,277

17 HDTX PT Panasia Indosyntec Tbk. 54.303 547.411 0,099 465.702 548.601 0,849

18 INDR PT Indorama Synthetics Tbk. 2.733.478 240.771 11,353 2.487.750 2.561.815 0,971

19 KARW PT Karwell Indonesia Tbk. 190.633 (88.728) -2,149 172.448 (98.828) -1,745


(4)

21 PAFI PT Panasia Filament Inti Tbk. 501.226 (37.654) -13,311 480.991 (128.620) -3,740

22 PBRX PT Pan Brothers Tex Tbk. 687.508 131.524 5,227 719.716 167.568 4,295

23 POLY PT Asia Pacific Fibers Tbk. 12.449.682 (7.880.058) -1,580 11.900.693 (7.912.251) -1,504

24 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk. 272.408 324.449 0,840 275.342 335.267 0,821

25 TFCO PT Tifico Fiber Indonesia Tbk. 1.909.024 (157.276) -12,138 939.096 843.063 1,114

26 UNIT PT Nusantara Inti Corpora Tbk. 66.623 68.926 0,967 70.306 67.120 1,047

27 UNTX PT Unitex Tbk. 67.047 18.728 3,580 64.945 16.398 3,961

28 BIMA PT Primarindo Asia Infrastructur Tbk. 296.912 (202.031) -1,470 280.153 (192.878) -1,452

29 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk. 87.065 (27.400) -3,178 88.812 (32.090) -2,768

30 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk. 69.844 492.104 0,142 108.391 492.429 0,220

31 JECC PT Jembo Cable Company Tbk. 484.844 102.510 4,730 463.285 98.679 4,695

32 KBLI PT KMI Wire and Cable Tbk. 261.087 229.634 1,137 303.891 290.673 1,045

33 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk. 131.065 223.230 0,587 175.594 227.151 0,773

34 SCCO PT Sucaco Tbk. 663.803 375.075 1,770 729.085 423.502 1,722

35 VOKS PT Voksel Electric Tbk. 862.195 375.454 2,296 740.456 385.520 1,921


(5)

DATA HUTANG, EKUITAS DAN RASIO STRUKTUR KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI TAHUN 2011

(Hutang dan ekuitas dalam jutaan rupiah)

No KODE Nama

2011

LABA TOTAL AKTIVA ROA

1 ASII PT Asta International Tbk. 21.077.000 153.521.000 0,137 2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 1.006.716 6.779.108 0,149 3 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 71.040 1.660.119 0,043 4 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 2.156.464 130.802.310 0,016 5 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk. 683.629 11.554.143 0,059 6 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. 760.588 10.760.351 0,071 7 INDS PT Indospring Tbk. 120.415 1.139.715 0,106 8 LPIN PTMulti Prima Sejahtera Tbk. 11.319 157.371 0,072 9 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk. 142.739 4.736.349 0,030 10 PRAS PT Prima Alloy Steel Tbk. 1.465 481.911 0,003 11 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 200.865 1.136.858 0,177 12 ADMG PT Polychem Indonesia Tbk. 288.963 5.247.203 0,055 13 ARGO PT Argo Pantes Tbk. -108.482 1.452.871 -0,075 14 CNTX PT Century Textile Industry Tbk. 3.691 36.525 0,101 15 ERTX PT Eratex Djaja Tbk. 84.616 171.890 0,492 16 ESTI PT Ever Shine Textile Industry Tbk. 3.271 636.930 0,005 17 HDTX PT Panasia Indosyntec Tbk. 2.168 1.013.575 0,002 18 INDR PT Indorama Synthetics Tbk. 12.762 673.491 0,019 19 KARW PT Karwell Indonesia Tbk. 45.780 13.173.000 0,003 20 MYTX PT Apac Citra Centertex Tbk. -46.906 1.848.395 -0,025


(6)

22 PBRX PT Pan Brothers Tex Tbk. 71.877 1.515.038 0,047 23 POLY PT Asia Pacific Fibers Tbk. 610.313 3.683.206 0,166 24 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk. 12.423 642.095 0,019 25 TFCO PT Tifico Fiber Indonesia Tbk. 32.958 387.098 0,085 26 UNIT PT Nusantara Inti Corpora Tbk. 1.211 310.738 0,004

27 UNTX PT Unitex Tbk. -8.180 160.640 -0,051

28 BIMA PT Primarindo Asia Infrastructur Tbk. 2.437 91.526 0,027 29 SIMM PT Surya Intrindo Makmur Tbk. -7.028 42.729 -0,164 30 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk. -1.257 598.621 -0,002 31 JECC PT Jembo Cable Company Tbk. 29.702 627.038 0,047 32 KBLI PT KMI Wire and Cable Tbk. 63.704 1.083.524 0,059 33 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk. 18.984 642.954 0,030 34 SCCO PT Sucaco Tbk. 109.571 1.455.621 0,075 35 VOKS PT Voksel Electric Tbk. 110.547 1.573.039 0,070 36 PTSN PT Sat Nusapersada Tbk. -7.383 756.920 -0,010


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendanaan Modal Kerja Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 103 77

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 114 120

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Aktiva 2.1.1 Pengertian Struktur Aktiva - Pengaruh Struktur Aktiva Dan Struktur Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri Di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Struktur Aktiva Dan Struktur Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

SKRIPSI PENGARUH STRUKTUR AKTIVA DAN STRUKTUR KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 9