1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Apakah struktur aktiva dan struktur keuangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan Return on Assets perusahaan sektor aneka industri di Bursa
Efek Indonesia?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh struktur aktiva dan struktur keuangan terhadap kinerja
keuangan Return on Assets perusahaan sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang baik adalah penelitian yang memberikan manfaat. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti; penelitian ini memberikan pemahaman sehubungan dengan kajian yang dilakukan tentang pengaruh struktur aktiva dan struktur keuangan
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
2. Bagi perusahaan; memberikan masukan tentang perlunya menganalisis pengaruh keputusan investasi dalam aktiva dan pasiva untuk mengoptimalkan
tingkat pengembalian bagi perusahaan. 3. Bagi investor; sebagai bahan masukan dalam membuat penilaian dan
keputusan investasi. 4. Bagi peneliti selanjutnya; dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
penelitian-penelitian tentang pengaruh struktur aktiva dan struktur keuangan terhadap kinerja keuangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktur Aktiva 2.1.1 Pengertian Struktur Aktiva
Aktiva atau aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya
memiliki dua jenis aktiva yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Kedua unsur aktiva ini akan membentuk struktur aktiva. Struktur aktiva suatu perusahaan akan
tampak dalam sisi sebelah kiri neraca. Struktur aktiva juga disebut struktur aset atau struktur kekayaan. Struktur aktiva atau struktur kekayaan adalah
“Perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara akti
va lancar dengan aktiva tetap” Riyanto, 2008 : 22. Selanjutnya yang dimaksud dengan artian absolut adalah perbandingan dalam bentuk nominal,
sedangkan yang dimaksud dengan artian relatif adalah perbandingan dalam bentuk persentase.
Sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan berapa besar alokasi untuk masing-masing aktiva serta bentuk-bentuk aktiva yang harus dimiliki.
Karena hal ini menyangkut seberapa besar dana yang dibutuhkan yang berkaitan langsung dengan tujuan jangka panjang perusahaan. Syamsuddin 2007:9,
menjelaskan bahwa: Alokasi untuk masing-masing komponen aktiva mempunyai
pengertian “berapa jumlah rupiah” yang harus dialokasikan untuk
masing-masing komponen aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Sesudah menentukan alokasi untuk kedua macam aktiva
tersebut maka biasanya seorang manajer harus menentukan alokasi
optimal untuk masing-masing komponen aktiva lancar. disamping itu seorang manajer keuangan juga harus menentukan alokasi untuk
setiap komponen aktiva tetap serta umur dari masing-masing komponen tersebut, kapan harus diadakan perbaikan, penggantian dan
sebagainya.
2.1.2 Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah bagian dari struktur aktiva. Aktiva lancar umumnya memiliki umur ataupun tingkat perputaran yang relatif singkat yang biasanya
kurang dari satu tahun. Djarwanto 2004:25, membagi aktiva lancar sebagai berikut:
1. Kas, yaitu berupa uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan.
2. Investasi jangka pendek temporary investment, yaitu berupa obligasi pemerintah, obligasi perusahaan-perusahaan industri dan surat-surat
hutang, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual kembali, dikenal dengan investasi jangka pendek.
3. Wesel tagih notes receivable, yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu promes.
4. Pihutang dagang account receivable, meliputi keseluruhan tagihan atas langganan perseroan yang timbul karena penjualan barang
dagangan atau jasa secara kredit. 5. Penghasilan yang masih akan diterima accrual receivable, yaitu
penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan
telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.
6. Persediaan barang inventories, yaitu barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada di tangan pada saat penyusunan
neraca. 7. Biaya yang dibayar dimuka, yaitu pengeluaran untuk memperoleh jasa
dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode
yang sedang berjalan.
2.1.3 Aktiva Tetap
Menurut defenisinya, aktiva tetap mempunyai masa hidup lebih dari satu tahun, sehingga penanaman modal dalam aktiva tetap adalah investasi jangka
panjang. Bagi perusahaan industi aktiva tetap menyerap sebagian besar dari modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Namun hal ini tidak berlaku mutlak untuk
semua jenis perusahaan. Jumlah aktiva tetap yang ada dalam perusahaan juga dipengaruhi oleh sifat atau jenis dari proses produksi yang dilaksanakan.
Sama halnya dengan investasi dalam aktiva lancar, investasi dalam aktiva tetap juga pada akhirnya mengharapkan tingkat pengembalian yang optimal atas
dana yang sudah diinvestasikan. Bagi perusahaan industri, aktiva tetap merupakan power
untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang optimal. Proporsi aktiva tetap yang lebih besar atas aktiva lancarnya akan berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian. Syamsuddin 2007:409 menjelaskan bahwa, “Aktiva tetap sering
disebut sebagai the earning assets aktiva yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan oleh karena aktiva-aktiva tetap inilah yang
memberikan dasar bagi earning power perusahaan ”.
Perusahaan-perusahaan industri diasumsikan akan memperoleh hasil yang lebih besar dari aktiva tetap dibandingkan aktiva lancar yang dimilikinya,
sehingga dapat dikatakan bahwa aktiva tetap menggambarkan aktiva yang benar- benar dapat memberikan hasil kepada perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat
memperoleh hasil yang lebih besar dari modal yang diinvestasikan dalam aktiva tetap dibandingkan aktiva lancarnya maka sebaiknya perusahaan menjual aktiva-
aktiva tetap yang dimiliki dan dengan hasil penjualan tersebut dipergunakan untuk membeli atau melakukan investasi dalam aktiva lancar.
2.2 Struktur Keuangan 2.2.1 Pengertian Struktur Keuangan
Struktur keuangan atau struktur finansial tercermin dalam keseluruhan pasiva pada sisi kanan neraca. Riyanto 2008:22 menjelaskan,
“Struktur finansiil mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dengan
demikian struktur finansiil tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur finansiil mencerminkan pula perimbangan baik dalam artian absolut
maupun relatif antara keseluruhan modal asing baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri”. Weston dan Copeland 1999:3
juga memberikan penjelasan tentang struktur keuangan sebagaimana disebutkan
bahwa, “Struktur keuangan adalah bagaimana cara perusahaan mendanai
aktivanya. Aktiva perusahaan didanai oleh hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham sehingga seluruh sisi kanan dari neraca
pasiva memperlihatkan struktur keuangan”. Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas terdapat pengertian bahwa
struktur keuangan berkenaan dengan fungsi pendanaan, dimana pendanaan harus dilakukan secara efisien, yang artinya setiap rupiah yang tertanam dalam aktiva
harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk mendapatkan tingkat keuntungan investasi yang optimal. Penentuan struktur keuangan merupakan masalah yang
menyangkut komposisi pendanaan yang akan digunakan oleh perusahaan yaitu menentukan berapa besar hutang yang digunakan untuk membantu ekuitas
mendanai investasi dalam aktiva. Jumlah hutang didalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi
perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.
Berkaitan dengan struktur keuangan sebagai fungsi pendanaan, Syamsuddin 2007:9 juga mengemukakan:
Dua hal yang dilakukan sehubungan dengan struktur finansial perusahaan yaitu :
1. Penentuan alokasi yang terbaik antara hutang lancar dan modal
jangka panjang. Penentuan ini sangat penting karena besarnya komposisi mix untuk masing-masing hutang lancar dan modal
jangka panjang akan dapat mempengaruhi profitabilitas dan likuiditas perusahaan.
2. Hal yang sama pentingnya dengan butir 1 adalah penentuan jenis hutang lancar dan modal jangaka panjang yang paling
menguntungkan bagi perusahaan.
Hal ini semakin memperjelas bahwa struktur keuangan tidak lain adalah bagaimana menyusun suatu strategi pendanaan atau investasi dalam aktiva untuk
mendapatkan tingkat pengembalian yang optimal atas investasi, sehingga penentuan proporsi pada setiap komponen dalam struktur keuangan adalah hal
yang sangat penting bagi perusahaan.
2.2.2 Hutang
Adapun komponen dalam struktur keuangan pada umumnya yaitu hutang hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang dan ekuitas modal sendiri.
Hutang atau sering disebut m odal asing “adalah modal yang berasal dari luar
perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang, yang pada
saatnya harus dibayar kembali” Riyanto, 2008 : 227. Hutang dibedakan atas tiga Riyanto, 2008 : 227 yaitu:
1. Hutang Jangka Pendek, adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Adapun jenis-jenis modal asing jangka
pendek yang utama adalah kredit rekening koran, kredit dari penjual, kredit dari pembeli, dan kredit wesel.
2. Hutang Jangka Menengah, adalah hutang yang jangka waktu atau umurnya adalah lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun.
Kebutuhan membelanjai usaha dengan kredit ini adalah karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan kredit jangka pendek di
satu pihak dan juga sulit untuk dipenuhi dengan kredit jangka panjang di lain pihak. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah
adalah term loan dan leasing.
3. Hutang Jangka Panjang, adalah hutang yang jangka waktunya panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang
ini umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan ekspansi atau modernisasi dari perusahaan. Bentuk-bentuk utama
dari hutang jangka panjang antara lain obligasi dan pinjaman hipotik.
2.2.3 Modal Sendiri Ekuitas
Komponen berikutnya dari struktur keuangan adalah modal sendiri atau yang biasa disebut ekuitas. Ekuitas adalah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan dan tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang lama. Ekuitas dapat berasal dari saham, baik saham biasa maupun saham preferen dan laba ditahan.
Menurut Riyanto 2008:240, modal sendiri dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas PT, terdiri dari modal saham, cadangan,
keuntungan. 1. Modal saham, yaitu tanda bukti penyertaan modal serta tanda bukti
pengambilan bagian dalam suatu perusahaan. Saham terdiri atas saham biasa dan saham preferen. Saham biasa dapat berfungsi sebagai pemenuh
kebutuhan modal permanen, penentu pembagian laba, serta sebagai alat untuk menguasai perusahaan. Sementara saham preferen juga berfungsi
sebagai pemenuh kebutuhan modal permanen, namun saham preferen memiliki keistimewaan yaitu pembagian dividen kepada pemegang saham
preferen dilakukan secara rutin, dan apabila perusahaan dilikuidasi pemegang saham preferen lebih didahulukan dari pemegang saham biasa
dalam hal pembagian kekayaan. 2. Cadangan. C
adangan adalah “cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lalu atau
dari tahun berjalan”. Selanjutnya, cadangan yang termasuk dalam ekuitas adalah cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs
dan cadangan umum.
3. Laba ditahan, adalah bagian dari laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. Kebanyakan perusahaan menyatukan cadangan dan laba ditahan
dalam pos laba ditahan pada neraca. Adanya keuntungan akan memperbesar pos laba ditahan yang artinya meningkatkan jumlah ekuitas.
2.2.4 Struktur Modal Optimal
Struktur modal adalah pembelanjaan yang mencerminkan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal tercermin
pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, kedua unsur tersebut merupakan dana jangka panjang, dengan demikian struktur modal hanya
merupakan sebagian dari struktur keuangan. Setiap perusahaan berusaha untuk mencapai struktur modal yang optimal untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Struktur modal yang merupakan bagian dari struktur keuangan memfokuskan pada bauran pendanaan dengan menggunakan hutang dan modal sendiri ekuitas.
Tujuan dari manajemen struktur modal ini adalah untuk memadukan sumber dana permanen yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk menentukan bagaimana struktur modal yang optimal bagi suatu perusahaan, Brigham dan Houston 2001:5 menerangkan
bahwa “suatu perusahaan harus menganalisis beberapa faktor dan menetapkan struktur modal yang ditargetkan target capital structure. Namun target tersebut
sesungguhnya dapat berubah sewaktu-waktu, oleh sebab itu manajemen harus memiliki gambaran mengenai target struktur modal yang spesifik stiap saat, yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan.
Brigham dan Houston 2001:5 selanjutnya menerangkan bahwa “Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan trade off antara risiko dan
tingkat pengembalian : Menggunakan lebih banyak hutang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham; Menggunakan lebih banyak hutang juga
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan”. Sementara teori trade-off yang disebutkan dalam Brealey at al.
2007:32 menyebutkan bahwa “manajer keuangan seharusnya meningkatkan hutang sampai pada satu titik di mana nilai
perlindungan pajak bunga tambahan hanya terimbangi oleh tambahan biaya masalah keuangan yang mungkin timbul”. Selanjutnya dijelaskan bahwa
“perusahaan dengan aset yang berwujud dan aman serta penghasilan kena pajak yang besar seharusnya beroperasi pada tingkat hutang yang tinggi. Perusahaan
yang kurang menguntungkan, atau perusahaan dengan aset tidak berwujud dan berisiko, h
arus meminjam lebih sedikit”. Brigham dan Houston 2001:6 menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan struktur modal yaitu : 1
Risiko bisnis, yaitu tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila tidak menggunakan hutang, dimana makin besar
risiko bisnis suatu perusahaan, makin rendah rasio hutang yang optimalnya.
2 Posisi pajak perusahaan. Alasan utama menggunakan hutang adalah
karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehngga menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya.
3 Fleksibilitas keuangan, yaitu kemampuan untuk menambah modal
dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang buruk. 4
Konservatisme atau agresivitas manajemen. Bagi perusahaan yang memiliki kebijakan yang bersifat agresif umumnya akan
menggunakan hutang untuk meningkatkan laba. Jelaslah bahwa penentuan struktur modal yang optimal bergantung pada kondisi
dan kebutuhan perusahaan, risiko yang dihadapi dan agresivitas manajemen.
2.3 Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bergantung pada sudut pandang yang diambil dan tujuan analisis, untuk itu, manajemen perusahaan perlu
menyesuaikan kondisi perusahaan dengan alat ukur penilaian kinerja serta tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan itu sendiri. Adapun tujuan umum
penilaian kinerja perusahaan adalah untuk mengevaluasi perubahan-perubahan atas sumber daya yang dimiliki perusahaan. Selain itu, adapun kriteria yang
digunakan perusahaan dalam menilai kinerja sebaiknya dipahami dan disepakati dengan baik oleh seluruh anggota organisasi yang terlibat.
Kinerja Keuangan sebagai salah satu aspek penting dalam perusahaan memiliki sejumlah elemen yang harus mendapat penilaian dan perhatian khusus.
Menurut Munawir 2002:31 tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah :
1. Mengetahui tingkat likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajibannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut berada dalam likuid. Sebaliknya apabila
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan unlikuid.
Perusahaan dikatakan dapat memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan mempunyai aktiva lancar lebih besar
daripada hutang lancarnya. 2. Mengetahui tingkat solvabilitas
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas
Rentabilitas atau sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya
secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam
satu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
4. Mengetahui tingkat stabilitas.
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja keuangan memberikan penilaian atas pengelolaan aset dan dana yang
diinvestasikan dalam aset tersebut. Oleh sebab itu manajemen perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi atas kinerja keuangannya serta melakukan tindakan
perbaikan atas kinerja perusahaan yang tidak sehat untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
2.4 Return on Assetss ROA