69
BAB III STATUS HUKUM PEMBERIAN ORANG TUA MELALUI
HAREUTA PEUNULANG DI KABUPATEN ACEH BESAR
Dalam persoalan pemberian harta kekayaan orang tua kepada anak perempuan melalui hareuta peunulang sebenarnya disamping terkandung aspek budaya, juga
terkandung aspek hukumnya. Pemberian orang tua kepada anak perempuan melalui hareuta peunulang terdapat adanya peralihan benda di dalamnya maka hareuta
peunulang juga berdimensi hukum dalam persoalan hareuta peunulang berakibat dituntut adanya keteraturan dan ketertiban dalam proses peralihan hareuta peunulang.
A. Proses dan Syarat-syarat Pemberian Hareuta Peunulang
1. Proses Pemberian Hareuta Peunulang
Berdasarkan hasil penelitian dalam semua kasus pemberian hareuta peunulang yang menjadi objek penelitian pada umumnya sama proses pemberiannya.
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa setelah kawin seorang anak perempuan dan suaminya untuk beberapa waktu tinggal bersama keluarga orang
tuanya. Ketika sampai saatnya untuk dipisahkan guna hidup mandiri, maka orang tua membicarakan hal tersebut dengan anaknya dan anggota keluarga lainnya dan
membuat segala persiapan untuk pemisahan tersebut.
123
Persiapan diperlukan karena peumengkleh pemisahan dilakukan dalam suatu upacara sederhana dengan membuat
123
Wawancara dengan Tgk Bahagia, Tokoh Adat, Aceh Besar, Tanggal 20 November 2013
69
Universitas Sumatera Utara
70
kanduri jamuan makan bagi para undangan, dalam upacara pemisahan inilah hareuta peunulang diberikan kepada anak perempuan yang telah kawin.
124
Penyerahan peunulang biasanya dilakukan melalui sebuah upacara yang diadakan oleh orang tua si istri. Dalam upacara tersebut diundang keuchik
gampong, teungku meunasah dan anggota tuha peut untuk menyaksikan prosesi peunulang. Pada kesempatan itu, orang tua pihak perempuan atau yang mewakili
menyatakan bahawa
ia telah
melepaskan anak
perempuannya dengan
memberikan sejumlah peunulang dan menyebutkannya satu persatu apa-apa yang dijadikan peunulang untuk anaknya tersebut.
125
Dalam acara jamuan makan ini diundang para tetua kampung, yakni keuchiek kepala desa, imam meunasah imam mesjidsurau kampung dan Tuha peut 4
orang kampung yang dituakan, tokoh-tokoh masyarakat dan kaum tetangga dan kerabat dekat dari keluarga. Adapaun diundangnya para undangan ini adalah untuk
menjadi saksi dalam pemberian hareuta peunulang.
126
Khusus bagi tetua kampung disamping untuk menjadi saksi sekaligus akan berfungsi sebagai advisor dalam
pemberian hareuta peunulang.
127
Dan bahkan ada juga yang menjadi penyambung lidah juru bicara orang tua untuk menyampaikan kehendak orang tua kepada anak
perempuannya dan para undangan lainnya. Setelah jamuan makan selesai dilaksanakan maka orang tua dari anak yang
akan dipisahkan menyampaikan maksudnya kepada tetua kampung yaitu kepada keuchiek dan imam meunasah. Namun adakalanya maksud dan tujuan ini telah lebih
124
Abdurrahman, Op. Cit, hal. 36
125
Snouck Hugronje, Op.Cit, hal 408
126
Wawancara dengan Tgk Bahagia, Tokoh Adat, Aceh Besar, Tanggal 20 November 2013
127
Wawancara dengan Abdurrahman, Mantan Ketua PPISB Unsyiah, Banda Aceh, tanggal 22 November 2013
Universitas Sumatera Utara
71
dulu dibicara sebelum persiapan upacara adat tersebut,
128
Hal yang disampaikan adalah, pertama anaknya dengen menyebut anak tersebut dan akan dipeumeungkleh
dipisahkan dari keluarga orang tuanya untuk hidup mandiri dengan suaminya dan secara sosial membentuk keluarga yang baru. Kedua, bersamaan dengan pemisahan
ini, kepada anaknya tersebut diberikan bekal berupa harta dengan menyebut satu persatu harta yang akan diberikan dengan rincian jumlah dan rincian lainnya.
129
Setelah mendengar maksud dari orang tua si anak ini, langkah atau tindakan yang pertama dilakukan oleh kepala desa, imam menasah dan tetua kampung lainnya
adalah memberi advis mengenai besaran hareuta peunulang yang akan diberikan oleh orang tua si anak kepada anak perempuannya dibandingkan dengan keseluruhan harta
yang dimiliki oleh orang tua si anak tersebut.
130
Advis dimaksud adalah mengingatkan orang tua si anak untuk memperhatikan keadilan. Untuk memberikan
secara proporsional antara jumlah harta dengan jumlah anak yang ada terutama menjaga agar jangan sampai pemberian hareuta peunulang melebihi 13 sepertiga
dari harta yang ada. Ini dimaksudkan untuk mencegah pemberian dapat bertentangan denga ketentuan dalam hukum Islam tentang hibah yang membatasi pemberian hibah
maksimal 13 dari harta yang ada, dan ketidak adilan seperti anak yang disayang akan mendapat bagian yang banyak sedangkan anak yang kurang disayang akan mendapat
bagian lebih sedikit.
131
128
Wawancara dengan Tgk Bahagia, Tokoh Adat, Aceh Besar, Tanggal 20 November 2013
129
Abdurrahman, Op.Cit, hal. 37
130
Wawancara dengan Tgk Bahagia, Tokoh Adat, Aceh Besar, Tanggal 20 November 2013
131
Abdurrahman, Op.Cit, hal. 38
Universitas Sumatera Utara
72
Setelah itu dilakukan maka kepala desa menyampaikan kehendak orang tua kepada anak perempuan yang akan menerima hak dan sekaligus disaksikan oleh
semua khalayak yang hadir, dalam penyampaian ini suami dari anak perempuan tadi juga diminta hadir untuk mendengar dan mengetahuinya, kehadiran suami di sini
khusus untuk mendengar dan untuk mengetahui saja tanpa hak untuk mengusulkan atau lainnya. Namun adakalanya orang tua sendiri yang langsung menyampaikan
kehendaknya di hadapan khalayak yang hadir.
132
Kendali upacara dipegang oleh kepala desa atau tetua kampung lainnya, dan pada kesempatan itu orang tua dari anak perempuan tadi menyampaikan kehendaknya
bahwa sejak saat ini anak perempuannya yang bernama … dengan menyebut nama anak perempuannya secara “resmi” dipisahkan dipeumeungkleh kehidupan
berkeluarga dari keluarga orang tuanya untuk hidup mandiri dengan suaminya dan secara social membentuk keluarga baru. Dengan dilakukan pemisahan ini, maka sejak
itu secara sosial tanggung jawab atas keluarga baru, baik nafkah maupun lainnya, beralih kepada suaminya.
133
Setelah diumumkan tentang pemisahan keluarga tersebut diatas, bersamaan dalam upacara itu juga disampaikan bahwa bersamaan dengan pemisahan ini kepada
anak perempuan tersebut diberikan bekal hidup oleh orang tuanya berupa benda- benda yang bermanfaat dengan menyebut satu persatu benda dengan rincian jenis
132
Wawancara dengan Burhanuddin, Tuha Peut, Aceh Besar, Tanggal 22 November 2013
133
Wawancara dengan Tgk Bahagia, Tokoh Adat, Aceh Besar, Tanggal 20 November 2013
Universitas Sumatera Utara
73
dan kuantitasnya. Bekal hidup itu berupa benda-benda yang bermanfaat inilah yang dikenal dengan hareuta peunulang.
134
Adapun lafadz pemeungkleh dan pemberian hareuta peunulang yang dismpaikan oleh orang tua atau yang mewakilinya pada intinya adalah sebagai
berikut: “Nyang jeut uloen tuan tawo’ droneuh, teungku Keuchiek’, teungku, bandum
droneuh yang tuha-tuha, loen tuan ureung syiek dari aneuk kamo keumeung peugah aneuk lon si X, ka lon peumeungkleh, bak thee droneuh yang tuha-
tuha. Yang lon brie keudjih…. Nyan keuh lon keumeung peugah ; ba’ thee dro ka kamoe leungoe”
Saya mengundang tuan-tuan terhormat kemari, teungku keuchiek, teungku dan para sesepuh, saya orang tua dari anak kami ingin menyampaikan bahwa
saya “melepas” putrid saya “X”, harap tuan-tuan ketahui yang saya berikan kepada anak perempuan saya adalah :….
“keuchiek” menjawab “Sudah kami dengar”
135
Arti dari lafadz yang disampaikan diatas adalah kira-kira : Pada malam ini dengan disaksikan oleh para hadirin semua, saya selaku orang tua dari anak kami
yang bernama dengan menyebutkan nama anak perempuannya dengan ini menyatakan memisahkan kehidupan berkeluarga anak perempuan kami ini dari
keluarga kami untuk hidup secara mandiri dengan suaminya. Bersamaan dengan ini dan pada kesempatan ini kami memberikan sedikit benda yang bermanfaat sebagai
bekal hidup mereka kepada anak perempuan kami berupa … dengan menyebut jenis dan kuantitas serta rincian lainnya dari benda yang diberikan.
Setelah orang tua si anak perempuan melafadzkan pemberian hareuta peunulang
tersebut diatas
maka kepala desa dan tetua kampung
lainnya
134
Ibid
135
Abdurrahman, Op. Cit, hal. 39
Universitas Sumatera Utara
74
menyambutnya dengan mengucapkan “ka kamoe leungo” sudah kami dengar. Sambutan kepala desa ini penting sebagai pernyataan sudah disaksikan dan ini secara
hukum adat sangat diperlukan
136
. Setelah lafadz diucapkan segera diikuti penyerahan nyata benda-benda yang
diberikan oleh orang tua kepada anaknya, penyerahan nyata ini dilakukan secara simbolis. Kalau rumah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya maka yang
yang diserahkan adalah kuncinya, kalau ternak yang diberikan maka yang diserahkan adalah talinya dan seterusnya semua secara simbolis, kecuali benda-benda yang
bergerak yang dapat diserahkan langsung maka akan diserahkan langsung tanpa simbolis.
137
Dalam keluarga baru yang telah dipeumeungkleh benda objek peunulang merupakan hak isteri tidak bisa dimiliki oleh si suami, bahkan dalam hal meninggal
dunia dan pemberi orang tuanya masih ada, suami tidak bisa mewarisi harta tersebut, suami hannya mempunyai hak terbatas yaitu hak untuk menikmati,
mengolahmemproduksi dan hak untuk bertindak terbatas.
138
2. Syarat-syarat Pemberian