Sejarah Pemberian Hareuta Peunulang

43

C. Sejarah Pemberian Hareuta Peunulang

Kedudukan rumah dalam lingkungan keluarga pada dasarnya berkolerasi dengan kebiasaan menetap setelah kawin. Pada masyarakat Aceh, khususnya Aceh Besar dan Pidie, berlaku kebiasaan bahwa pasangan suami-istri muda menetap di lingkungan keluarga pihak istri. 74 Kebiasaan menetap secara demikian berlangsung hingga tiba saatnya pasangan muda itu dipisahkan dan membentuk keluarga batih sendiri. Pemisahan itu biasanya dilakukan dengan suatu upacara yang disebut “Peumeukleh” pemisahan. Dengan disaksikan oleh menantu dan tetua kampung serta beberapa anggota kerabat lainnya, orang tua istri memberikan sejumlah harta yang jenis dan nilainya tergantung kepada kemampuannya, kepada anak perempuan yang hendak dipisahkan itu. Pemberian itu disebut “Peunulang” atau pemberian. Hareuta Peunulang pada dasarnya dikenal di seluruh Aceh, tetapi yang masih mempraktekkan kegiatan pemberian orang tua ini hannya di tiga daerah dalam Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Besar dan sebagian wilayah di Kabupaten Aceh Barat. Kegiatan pemberian hareuta peunulang ini dikenal sejak masa-masa kerajaan Aceh Darussalam atas ide atau inisitaif Putro Phang isteri dari Sultan Iskandar Muda, Raja kerajaan Aceh Darussalam dalam rangka menyikapi keadaan dimana para wanita di Aceh yang tinggal cerai oleh suaminya, sehingga banyak wanita yang harus menderita dengan keadaan tersebut, maka ata dasar inilah Putro Phang mengusulkan untuk diadakan suatu lembaga untuk melindungi perempuan di saat musibah yang tidak diharapkan terjadi, seperti perceraian, dan 74 Wawancara dengan Burhanuddin, Tokoh Adat, Aceh Besar, Tanggal 29 November 2013 Universitas Sumatera Utara 44 ditinggal meninggal oleh suami mareka, namun wanita masih punya tempat dan kemampuan untuk menjaga kehormatan dan usaha untuk melanjutkan kehidupan selanjutnya setelah ditingal cerai atau ditinggal meninggal oleh suami mereka. 75 Menurut sejarah, Sulthanah Sri Safiatuddin merupakan salah seorang peletak dasar untuk meningkatkan peranan perempuan dan pengukuhan adat peunulang berlangsung pada masa beliau berkuasa. Pada masa itu, beliau memberlakukan adat agar orang tua memberikan peunulang kepada dari setiap anak perempuan yang sudah menikah. Selain itu, juga menetapkan bahwa harta bersama yang diperoleh dari suami istri yang bercerai mesti dibagi dua atau dibagi sama antara suami-istri 76 . Peunulang tersebut biasanya dalam bentuk rumah, tanah sawah umong, batang kelapa, alat-alat dapur atau ternak. Besar atau banyaknya jenis peunulang tergantung kepada kemampuan orang tua. Pendapat yang lain sejarah lembaga hareuta peunulang dibentuk di masa perjuangan Cut Nyak Dhien salah seorang pejuang perempuan Aceh di mana pada saat perjuangannya banyak pengikutnya yang meninggalkan janda-janda dan mengadu kepadanya bahwa mereka terlantar setelah ditinggal mati suaminya yang ikut dalam perjuangan bersama Cut Nyak Dhien, bahkan ada yang tidak lagi memiliki tempat tinggal setelah ditinggal mati suaminya, menanggapi kondisi ini maka Cut Nyak Dhien sebagai Panglima perang di masanya berinisiatif untuk melindungi kaum 75 Wawancara dengan Abdurrahman, Mantan Ketua Pusat Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya, Unsyiah, di Banda Aceh, tanggal 26 September 2013. 76 Ali Hasyimi, 59 tahun Aceh Merdeka Di bawah Pemerintahan Ratu, Jakarta : Bulan Bintang, 1977, hal. 121-126 Universitas Sumatera Utara 45 wanita yang ditinggal mati oleh suaminya yang ikut berperang, dengan membentuk lembaga hareuta peunulang, di mana beliau berharap nantinya tidak ada lagi janda- janda yang ditinggal mati suami yang ikut berperang mengalami kesulitan dan tidak memiliki tempat tinggal. 77 Pendapat yang lain juga menjelaskan bahwa lembaga hareuta peunulang dibentuk pada zaman Kerajaan Aceh Darussalam atas idea tau inisiatif Putroe Phang isteri dari Sultan Iskandar Muda, Raja Kerajaan Aceh Darussalam, dalam rangka melindungi kaum wanita yang ditinggal cerai oleh suaminya. Ketka itu ditemui banyak kaum wanita yang menderita akibat ditinggalkan oleh suaminya. Atas dasar inilah Putroe Phang mengusulkan diadakan lembaga hareuta peunulang. 78

D. Pengertian Pemberian Hareuta Peunulang