35 Penggunaan obat secara injeksi lebih banyak digunakan karena pasien anak yang
menderita penyakit adalah pasien anak rawat inap yang biasa diberikan sediaan dengan rute intravena, dikarenakan sediaan ini memiliki keuntungan yaitu
efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian per oral, dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif dan tidak sadar, serta sangat
berguna dalam keadaan darurat Surahman, et al., 2008. Dari data diatas dapat dilihat bahwa rute pemberian yang paling banyak
digunakan selain bentuk sediaan injeksi adalah sediaan oral. Pada umumnya penggunaan obat secara oral lebih banyak digunakan dibandingkan dengan
sediaan topikal, karena penggunaan obat melalui oral adalah yang paling menyenangkan, murah, penggunaannya mudah dan paling aman Anief, 2004.
Data tersebut juga menunjukkan sediaan cair per oral juga banyak digunakan, hal ini dikarenakan sediaan cair per oral lebih mudah ditelan, mudah
diberikan kepada bayi dan anak - anak, dosisnya mudah diatur serta rasa dan bau yang tidak enak dapat ditutupi dengan korigensia. Sediaan cair per oral yang lebih
banyak digunakan adalah sirup dikarenakan pasien anak yang datang berobat ke RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dalam periode tersebut kebanyakan anak usia 2
tahun - 12 tahun, dimana anak usia tersebut dianggap lebih mudah menggunakan sirup dari pada drop. Selain itu dikarenakan harga drops lebih mahal karena
wadah sulit dan harus disertai penetes Jas, 2007.
4.2.3 Komposisi dan Rute Pemberian Antibakteri
Distribusi penggunaan antibakteri berdasarkan komposisi dan rute pemberian dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:
Universitas Sumatera Utara
36
Tabel 4.6 Distribusi Penggunaan Antibakteri Pada Pasien Anak Penderita Diare
di Ruang Perawatan Anak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Periode Januari 2015 sd Desember 2015.
Komposisi Nama
Antibakteri Rute
Pemberian Jumlah
Penderita Persentase
Tunggal Amoksisilin
p.o 1
1,25 Ampisilin
i.v 1
1,25 Kotrimoksazol
p.o 6
7,50 Meropenem
i.v 2
2,50 Metronidazol
p.o 11
13,75 Nistatin
P.o 6
7,50 Sefadroksil
p.o 1
1,25 Sefiksim
p.o 12
15,00 Sefotaksim
i.v 10
12,50 Seftriakson
i.v 9
11,25
Kombinasi 2 Antibakteri
Ampisilin + Gentamisin
i.v i.v
2 2,50
Ampisilin + Sefotaksim
i.v i.v
2 2,50
Sefiksim + Nistatin
p.o p.o
1 1,25
Sefotaksim + Gentamisin
i.v i.v
7 8,75
Sefotaksim + Kotrimoksazol
i.v p.o
1 1,26
Seftazidim + Gentamisin
i.v i.v
2 2,50
Seftriakson + Gentamisin
i.v i.v
1 1,25
Seftriakson + Metronidazol
i.v p.o
1 1,25
Metronidazol + Meropenem
p.o i.v
1 1,25
Kombinasi 3 Antibakteri
Ampisilin + Sefotaksim +
Gentamisin i.v
i.v i.v
2 2,50
Sefotaksim + Gentamisin +
Nistatin i.v
i.v p.o
1 1,25
Total 80
100 Keterangan: Tiap penderita dapat menerima lebih dari 1 komposisi antibakteri
i.v : intra vena p.o : per oral
Universitas Sumatera Utara
37 Pada Tabel 4.6, dapat diketahui persentase penggunaan antibakteri tunggal
terbesar yaitu sefiksim p.o yaitu sebanyak 12 penderita 15,00. Penggunaan antibakteri kombinasi terbesar adalah sefotaksim i.v dan gentamisin i.v, yaitu
sebanyak 7 penderita 8,75. Antibakteri metronidazol merupakan drug of choice obat pilihan utama
yang digunakan untuk mengobati disentri amoeba amoebiasis atau giardiasis WHO, 2005. Metronidazol adalah salah satu antiprotozoa berspektrum luas yang
efektif untuk melawan banyak protozoa bahkan juga bakteri patogen anaerob Priyanto, 2009.
Pada penelitian ini, pemberian antibiotik kotrimoksazol juga sudah sesuai dengan acuan sehingga dikatakan tepat indikasi. Menurut Priyanto 2009, obat
pilihan utama untuk diare karena infeksi patogen E. coli adalah sulfametoksazol dan fluoroquinolon. Sulfonamid bersifat bakteriostatik. Trimetoprim dalam
kombinasi dengan sulfametoksazol, mampu menghambat sebagian besar bakteri patogen. Kombinasi ini menghambat S. aureus, bakteri Gram-negatif aerob E.
coli dan Klebsiella sp., Enterobacter, Salmonella, Shigella, Yersinia dan P.carinii Kemenkes, 2011
a
. Untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh polimikroba dapat
digunakan antibakteri kombinasi. Tujuan pemberian antibakteri kombinasi adalah meningkatkan aktivitas antibakteri pada infeksi spesifik efek sinergis dan untuk
memperlambat dan mengurangi risiko timbulnya bakteri resisten Kemenkes, 2011. Antibakteri oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi.
Pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibakteri parenteral Cunha, 2010.
Universitas Sumatera Utara
38
4.3 Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibakteri Pada Pasien Anak