42 Terdapat penggunaan seftriakson 1 R 0,97 dan sefiksim 1 R 0,97
pada pasien terdiagnosis disentri. Untuk memberikan terapi obat yang tepat, disentri amoeba dan disentri basiler shigella harus dibedakan. Pada disentri
amoeba, terdapat darah di tepi feses, feses mengandung neutrofil, dan diare terjadi lebih sering. Sedangkan pada disentri basiler, feses bercampur dengan darah dan
feses mengandung monosit Tambunan, 1994. Drug of choice untuk disentri amoeba adalah metronidazol, sedangkan untuk disentri basiler adalah
Kotrimoxazol. Jika tidak terdapat amoeba vegetatif, maka dapat diberikan pengobatan untuk shigella WHO, 2005. Terdapat juga penggunaan terapi
antibakteri yang berlebih yaitu ampisilin 1 R 0,97 dan juga terdapat penggunaan antibakteri dengan kelas terapi yang tidak sesuai yaitu antibakteri
meropenem 1 R 0,97. Banyak ketidakrasionalan terjadi oleh karena pemilihan obat-obat dengan manfaat dan keamanan yang tidak jelas atau pemilihan obat
yang mahal padahal alternatif yang sama dengan harga lebih murah juga tersedia Wilianti, 2009.
4.3.3 Evaluasi Rasionalitas Berdasarkan Kategori Tepat Dosis
Ketepatan dosis yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari segi dosis dan frekuensi pemberian antibakteri berdasarkan sumber textbook, jurnal serta
pedoman penggunaan antibakteri dari WHO. Neonatus dan anak memerlukan pertimbangan khusus dalam perhitungan dosis obat karena perbedaan usia secara
fisiologis akan merubah farmakokinetika banyak obat. Penghitungan dan pemberian dosis obat disesuaikan dengan berat badan anak.
Ketepatan dosis dibandingkan dengan Pediatric Dosage Handbook, ketepatan dosis akan mempengaruhi hasil akhir terapi dan keberhasilan
Universitas Sumatera Utara
43 pengobatan. Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat.
Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi, maka akan menyebabkan tidak tercapainya efek terapi. Ketepatan dosis untuk ampisilin yaitu
100-200 mgkg tiap 6 jam dengan dosis maksimal 12 ghari. Ketepatan dosis sefotaksim untuk anak usia 1 bulan-12 tahun dengan berat badan 50 kg yaitu
100-200 mgkg tiap 6-8 jam, sedangkan dosis untuk anak usia 12 tahun yaitu 1-2 g tiap 6-8 jam dengan dosis maksimal 12 ghari. Ketepatan dosis seftriakson untuk
anak yaitu 20-50 mgkg, sedangkan untuk dewasa yaitu 1-2 g tiap 12-24 jam tergantung tingkat keparahan infeksi dengan dosis maksimal 4 g hari.
Tabel 4.9
.
Data Evaluasi Penggunaan Antibakteri Pada Pasien Anak Penderita Diare di Ruang Perawatan Anak RSUD Kota Medan Periode Januari
sd Desember 2015 Berdasarkan Kategori Tepat Dosis.
No Antibakteri
Kategori Persentase
Tepat Dosis
Tidak Tepat Dosis
Tepat Dosis
Tidak Tepat Dosis
1 Amoksisilin
1 0,97
0,00 2
Ampisilin 7
6,80 0,00
3 Gentamisin
11 4
10,68 3,88
4 Kotrimoksazol
6 1
5,83 0,97
5 Meropenem
2 1
1,94 0,97
6 Metronidazol
11 1
10,68 0,97
7 Nistatin
5 3
4,85 2,91
8 Sefadroksil
1 0,97
0,00 9
Sefiksim 12
1 11,65
0,97 10 Sefotaksim
20 3
19,42 2,91
11 Seftazidim 2
1,94 0,00
12 Seftriakson 9
2 8,74
1,94 Total
87 16
84,47 15,53
Keterangan: Jumlah n = 103 recipe
Universitas Sumatera Utara
44 Berdasarkan Tabel 4.9, pemberian antibakteri yang tepat dosis sebanyak
87 R 84,47 dari total 103 R. Ketepatan pemberian dosis terapi akan menghasilkan efek terapi yang diinginkan Priyanto, 2009.
Pada penelitian ini, terdapat 16 R 15,53 tidak sesuai dengan dosis standar yaitu terdapat 4 pasien yang mendapatkan dosis berlebih. Pemberian dosis
yang berlebih ditakutkan akan terjadi over dosis. Sedangkan pada 12 R merupakan kasus pasien yang mendapatkan dosis kurang sesuai dengan pedoman
pengobatan dari WHO guideline. Pemberian dosis yang kurang dari dosis standar, dapat menyebabkan tidak tercapainya efek terapi. Dosis yang tidak tepat dapat
menyebabkan kegagalan terapi atau menimbulkan efek berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pada pasien anak-anak, lanjut usia atau pada orang obesitas.
Kekurangan atau kelebihan frekuensi dan dosis, keduanya sangat berbahaya Priyanto, 2009.
Terdapat 10 R 9,71 yang lama penggunaannya tidak tepat. Kriteria tidak tepat diberikan pada penggunaan antibakteri intra vena yang kurang dari 3
hari dikarenakan ada pasien anak yang rewel tidak mau dipasang infus dan tidak diganti dengan penggunaan antibakteri oral. Dan ada juga pasien yang meminta
pulang atas permintaan sendiri baik dalam kondisi sudah membaik maupun belum membaik.
Menurut Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS Indonesia, lama penggunaan antibakteri umumnya 3-5 hari untuk menghindari
terjadinya resistensi. Pada prinsipnya lama penggunaan antibakteri bergantung pada tipe dan keparahan infeksi Depkes RI, 2001.
Universitas Sumatera Utara
45
4.3.4 Evaluasi Rasionalitas Berdasarkan Kategori Tepat Pasien