7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan adalah merupakan salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama
dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
masyarakat atau konsumen. Dimana sanitasi ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit,
mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan atau pemborosan makanan Sumantri, 2010.
Sanitasi makanan adalah untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan
penerapan sanitasi makanan. Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan menyelamatkan makanan agar tetap bersih, sehat dan
aman Mulia, 2005. Menurut Sumantri 2010, sanitasi makanan yang buruk bisa
menyebabkan faktor kimia karena adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat-obat penyemprot
hama, penggunaan wadah bekas obat-obatan pertanian untuk kemasan makanan dan lain-lain. Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
faktor mikrobiologi karena adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit. Akibat buruknya sanitasi makanan dapat timbul gangguan
kesehatan pada orang yang mengkonsumsi makanan tersebut.
2.2 Bahan Tambahan Pangan BTP
Bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam
proses pengolahan, pengemasan dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta
memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan ingredient utama. Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang lazim dikonsumsi
sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi ada yang
tidak Cahyo, 2006. Pengertian Bahan Tambahan Pangan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI
No.772MenkesPerIX88 dan
No.1168MenkesPERX1999 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan
komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud
teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan dan pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.
Penggunaan bahan tambahan pangan BTP dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh
Universitas Sumatera Utara
konsumen. Dampak penggunaan dapat berakibat positif maupun negatif bagi
masyarakat. Penyimpangan
dalam penggunaannya
akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus
pembangun bangsa. Dibidang pangan kita memelurkan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk
dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi, dan lebih mampu bersaing dalam pasar global Cahyadi, 2009. Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan
adalah mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah prepasi
bahan pangan. Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
A. Bahan Tambahan Pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke
dalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa
dan membantu pengolahan sebagai contoh pengawet, pewarna, dan pengeras.
B. Bahan Tambahan Pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu
bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit maupun
cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah. Contoh bahan tambahan pangan dalam
Universitas Sumatera Utara
golongan ini adalah residu pestisida termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dll, dan antibiotik Cahyadi, 2009.
Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang batas yang teah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS
Generally Recognized as Safe, zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula glukosa. Sedangkan jenis lainnya yaitu ADI Acceptable
Daily Intake, jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya dailyintake demi menjaga melindungi kesehatan konsumen Cahyadi,
2006.
2.3 Tujuan Bahan Tambahan Pangan BTP 2.3.1 Tujuan Penambahan Bahan Tambahan Pangan BTP