73
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa kandungan boraks pada lontong serta pengetahuan dan sikap pedagang tentang boraks di Kelurahan Aek Tampang Kota
Padangsidimpuan tahun 2015 maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1
Kelompok usia terbanyak pada kategori usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 7 pedagang 46,7.
2 Pengetahuan pedagang tentang makanan yang mengandung bahan
pengawet seperti boraks berada dalam kategori baik yaitu 60, tetapi masih ada pedagang yang tidak mengetahui bahwa ada peraturan tentang
bahan tambahan pangan yang diizinkan yaitu sebanyak 2 pedagang 13,3. Ada pedagang yang menyatakan bahwa boraks obat lontong
pengenyal lontong adalah pengawet yang paling baik digunakan dalam pemasakan lontong yaitu sebanyak 1 pedagang 6,7.
3 Sikap pedagang tentang makanan yang mengandung bahan pengawet
seperti boraks berada dalam kategori baik yaitu 53,3. 4
Terdapat 1 pedagang 6,7 lontong yang menggunakan boraks sebagai bahan pengawet dan pengenyal untuk lontong yang di jual. Berdasarkan
hasil pemeriksaan di laboratorium diperoleh kadar boraks pada lontong adalah sebesar 1140 ppm didalam 1 kg adonan lontong. Yaitu pada sampel
10M yang berasal dari lokasi I. 5
Sebanyak 15 pedagang yang menjadi responden mayoritas pedagang memiliki ketahanan lontong hanya 1 hari sebanyak 66,7.
Universitas Sumatera Utara
6.2 Saran
1 Kepada produsen sekaligus penjual lontong sebaiknya menggunakan
pengenyal dan pengawet alami pengganti boraks karena aman untuk dikonsumsi masyarakat.
2 Perlu dilakukan penyuluhan tentang bahan tambahan pangan yang
diizinkan dan tidak diizinkan penggunaannya serta dampak penggunaan pengawet boraks dalam pembuatan lontong sebagai bahan tambahan
dalam makanan oleh Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuans kepada para produsen sekaligus penjual lontong sebagai makanan yang selalu
dijajakan kepada masyarakat karena masih ada pedagang yang tidak mengetahui dampak pasti yang ditimbulkan oleh boraks.
3 Perlu dilakukan pengawasan terhadap boraks agar tidak diperjual belikan
secara bebas. 4
Perlu dilakukan pembinaan, pengawasan secara berkala oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan khususnya lontong sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan dalam penggunaan bahan-bahan berbahaya sebagai bahan tambahan dalam makanan.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA