40
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN
KONTRAK PEMBORONGAN
A. Pengertian Perjanjian Pemborongan
Dalam penulisan skripsi ini digunakan secara bersama-sama atau secara berganti-ganti masing-masing istilah “konstruksi” dan “pemborongan”.
Sungguhpun barangkali jika dikaji-kaji ada perbedaan di antara kedua istilah tersebut. Tetapi dalam teori dan praktek hukum, kedua istilah tersebut dianggap
sama, terutama jika dikaitkan dengan istilah “hukumkontrak konstruksi” atau “hukumkontrak pemborongan”. Karena itu, dalam tulisan ini, kedua istilah
tersebut digunakan untuk arti yang sama. Walaupun begitu, sebenarnya istilah “pemborongan” mempunyai cakupan yang lebih luas dengan istilah “konstruksi”.
Sebab, dengan istilah “pemborongan” dapat saja berarti bahwa yang diborong tersebut bukan hanya konstruksinya pembangunannya, melainkan dapat juga
berupa “pengadaan” barang saja procurement.
56
KUH Perdata vide Pasal 1601 b memberi arti pada kontrak pemborongan sebagai suatu perjanjian dengan mana pihak pertama, yaitu kontraktor
mengikatkan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan untuk pihak lain yaitu bouwheer, dengan harga yang telah ditentukan. Dari definisi itu terlihat bahwa
KUH Perdata keliru memandang kontrak konstruksi atau kontrak pemborongan sebagai suatu jenis kontrak unilateral, dimana seolah-olah hanya pihak kontraktor
56
Munir Fuady. Kontrak Pemborongan Mega Proyek. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1998. Hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
yang mengikatkan diri dan harus berprestasi. Padahal dalam perkembangannya saat ini, baik pihak kontraktor maupun pihak bouwheer saling mengikatkan diri,
dengan masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya sendiri-sendiri.
57
KUH Perdata Indonesia tidak banyak mengatur tentang perjanjian pemborongan pekerjaan ini. Yaitu hanya terdapat dalam 14 pasal saja, mulai dari
Pasal 1601b dan Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1617. Namun demikian, sungguhpun singkat dan kelihatan sederhana sekali, tentunya KUH Perdata
tersebut berlaku sebagai hukum positif di lndonesia.
58
Perjanjian pemborongan pada KUH Perdata itu bersifat pelengkap artinya ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan dalam KUHPerdata dapat digunakan
oleh para pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak dalam perjanjian pemborongan dapat membuat sendiri ketentuan-ketentuan perjanjian
pemborongan asal tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
Perlu ditegaskan bahwa ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan didalam KUHPerdata berlaku baik
bagi perjanjian pemborongan pada proyek-proyek swasta maupun pada proyek- proyek pemerintah.
59
Karena ketentuan dalam KUH Perdata yang menyangkut perjanjian melakukan pekerjaan, khususnya mengenai pemborongan bangunan itu hanya
memuat beberapa ketentuan saja mengenai hak-hak dan kewajiban para pihak dalam pemborongan, maka banyak hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan
pemborongan lalu diatur dalam peraturan standar sebagaimana yang tercantum
57
Ibid.
58
Ibid. Hal. 26.
59
Djumialdji 1. Op. Cit. Hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
dalam AV Algemene Voorwaarden voor de uitvoering bij anneming van openbare werkwen in Indonesia tahun 1941 tentang syarat-syarat umum untuk
pelaksanaan pemborongan pekerjaan di Indonesia. Kemudian hal ini diatur pula dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah yang kemudian dicabut dan digantikan
dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah yang kemudian disempurnakan dengan Perpres Nomor 35 Tahun
2011 dan Perpres Nomor 70 Tahun 2012. Lahirnya undang-undang ini sesungguhnya dimaksudkan untuk mengembangkan iklim usaha, yang
mendukung peningkatan daya saing secara optimal dalam rangka tercapainya pembangunan nasional.
Adapun perjanjian pemborongan dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003 dikenal dengan istilah jasa pemborongan. Jasa Pemborongan adalah layanan
pekerjaan pelaksanaan kontruksi atau wujud fisik lainnya yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan
Kuasa Pengguna Anggaran dan proses serta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Sedangkan dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 terjadi
perubahan nama jasa pemborongan menjadi pekerjaan konstruksi. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. Perubahan nama ini dilakukan agar sejalan dengan International Best Practice.
60
Menurut Wikipedia ensiklopedia , konstruksi diartikan sebagai suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur
atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai sebuah bangunan atau satuan infrastrukstur pada sebuah area atau pada beberapa area. Walaupun
kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain
yang berbeda.
61
Kontrak kerja konstruksi atau kontrak pemborongan meliputi tiga bidang pekerjaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pada prinsipnya,
pelaksaaan masing-masing jenis pekerjaan ini harus dilakukan oleh penyedia jasa secara terpisah dalam suatu pekerjaan konstruksipemborongan. Tujuannya adalah
untuk menghindari konflik kepentingan. Dengan demikian tidak dibenarkan adanya perangkapan fungsi, misalnya pelaksana konstruksi merangkap konsultan
pengawas atau konsultan perencana merangkap pengawas. pengecualian terhadap prinsip ini dimungkinkan untuk pekerjaan yang bersifat kompleks, memerlukan
teknologi canggih serta mengandung resiko besar, seperti pembangunan kilang minyak, pembangkit tenaga listrik dan reaktor nuklir.
62
60
Khalid Mustafa. “Matriks Perbedaan Antara Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003, Peraturan Presiden Perpres No. 54 Tahun 2010, Perpres No. 35 Tahun 2011 Perubahan
Pertama”, dan Perpres No. 70 Tahun 2012 Perubahan Kedua, http:lpse.palembang.go.ideproc
index...download31303631323235313b31, diakses pada tanggal 12 Maret 2014.
61
Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana. Kontrak Kerja Konstruksi Dalam Perspektif Tindak Pidana Korupsi. Semarang : Aneka Ilmu, 2010. Hal. 15.
62
Y. Sogar Simamora. Hukum Kontrak Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Indonesia.Surabaya: Kantor Hukum “Wins Partners”. Cetakan kedua. 2013. Hal. 214.
Universitas Sumatera Utara
Pesatnya dinamika pembangunan nasional terutama di bidang fisik, harus pula didukung dengan semakin tumbuh dan berkembangnya usaha jasa konstruksi
nasional yang handal dan profesional, diharapkan dapat menggairahkan iklim usaha yang kompetitif dan berdaya saing sekaligus juga dapat memaksimalkan
penggunaan jasa produksi nasional oleh para pengguna jasa konstruksi. Dengan semakin banyak pengguna jasa konstruksi menggunakan usaha jasa konstruksi
nasional, maka secara tidak langsung telah mendukung upaya peningkatan penerimaan dan penghematan usaha devisa negara, serta memberikan lapangan
usaha dan kesempatan kerja.
63
Didalam UU No. 18 Tahun 1999 terdapat asas-asas pengaturan jasa konstruksi atau pemborongan, yaitu :
64
1. Asas kemitraan, yang mengandung pengertian bahwa sesuatu yang
diharapkan dapat diwujudkan dengan keterkaitan yang makin erat dalam satu kesatuan baik, antara pengguna jasa dengan penyedia jasa ataupun
sebaliknya.
2. Asas kejujuran dan keadilan, yang mengandung pengertian kesadaran akan
fungsinya dalam penyelenggaraan tertib jasa konstruksi serta bertanggung jawab memenuhi berbagai kewajiban guna memperoleh haknya.
3. Asas manfaat, yang mengandung pengertian bahwa segala kegiatan jasa
konstruksi harus dilaksanakan berlandaskan prinsip-prinsip profesionalitas dalam kemampuan dan tanggung jawab, efisiensi dan efektifitas yang
dapat menjamin terwujudnya nilai tambah yang optimal bagi para pihak dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dan bagi kepentingan nasional.
4. Asas keserasian, yang mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan
pekerjaan pemborongan harus berlandaskan pada prinsip yang menjamin terwujudnya keseimbangan antara kemampuan penyedia jasa dan beban
kerjanya. Pengguna jasa dalam menetapkan jasa wajib memenuhi asas ini, untuk menjamin terpilihnya penyedia jasa yang paling sesuai, dan di sisi
lain dapat memberikan peluang pemerataan yang proporsional dalam kesempatan kerja pada penyedia jasa.
5. Asas
kemandirian, yang mengandung pengertian tumbuh dan berkembangnya daya saing jasa konstruksi nasional.
63
Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana. Op. Cit. Hal. 15.
64
Ibid. Hal. 16-17.
Universitas Sumatera Utara
6. Asas keterbukaan, yang mengandung pengertian ketersediaan informasi
yang dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi para pihak, terwujudnya transparansi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang
memungkinkan para pihak dapat melaksanakan kewajibannya secara optimal dan kepastian akan hak dan untuk memperolehnya serta
memungkinkan adanya koreksi sehingga dapat dihindari adanya berbagai kekurangan dan penyimpangan.
7. Asas keamanan dan keselamatan, yang mengandung pengertian
terpenuhinya tertib penyelenggaraan jasa konstruksi, keamanan lingkungan dan keselamatan kerja serta pemanfaatan hasil pekerjaan
konstruksi dengan tetap memperhatikan kepentingan umum.
B. Jenis-jenis perjanjian pemborongan