penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
e. Persentase, yaitu kontrak pelaksanaan jasa konsultasi dibidang
konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase
tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksipemborongan tersebut.
Sedangkan ditinjau dari jangka waktu pelaksanaannya, maka kontrak pengadaan barangjasa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
66
a. Tahun tunggal, yaitu kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana
anggaran untuk masa 1satu tahun anggaran. b.
Tahun jamak, yaitu kontrak pelaksaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1satu tahun anggaran yang dilakukan
atas persetujuan oleh:
- Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN,
- Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Provinsi,
- BupatiWalikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD
KabupatenKota. Ditinjau dari jumlah pengguna barangjasa, maka dapat dibedakan dalam 3
tiga jenis, yaitu :
67
a. Kontrak pengadaan tunggal, yaitu kontrak antara satu unit kerja atau satu
proyek dengan penyedia barangjasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
b. Kontrak pengadaan bersama, yaitu kontrak antara beberapa unit kerja atau
beberapa proyek dengan penyedia barangjasa tertentu untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kegiatan bersama yang jelas dari masing-masing unit kerja dan pendanaan
bersama yang dituangkan dalam kesepakatan bersama.
c. Kontrak Payung Framework Contract, yaitu merupakan kontrak harga
satuan antara pemerintah dengan penyedia barangjasa yang dapat dimanfaatkan oleh KLDI KementerianLembagaSatuan Kerja
Perangkat Daerah Institusi lainnya.
C. Para Pihak dalam Perjanjian Pemborongan
Mariam Darus Badrulzaman mengartikan perjanjian pemborongan bangunan merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang satu kontraktor
66
Ibid. Hal. 114-115.
67
Ibid. Hal. 115.
Universitas Sumatera Utara
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain, yang memborongkan aanbesteder, pemberi tugas dengan menerima suatu harga yang
ditentukan. Dalam pemborongan bangunan, disamping pihak yang memborongkanpemberi tugas bouwheer, principal dan pihak pemborong
kontraktor, aanmener, dapat juga turut serta pihak-pihak lain seperti tenaga ahli arsitek, yaitu perancang, perencana, penaksir biaya, pekerja bangunan, dan
pengawas pekerja bangunan.
68
Berbeda dengan perjanjian-perjanjian khusus lainnya perjanjian pemborongan bangunan mengenal selera para pihak dalam perjanjian, juga
mengenal personaliapeserta perjanjian yang tidak merupakan pihak dalam perjanjian pemborongan namun mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan
perjanjian.
69
Mengenai pihak-pihak yang langsung terkait dalam perjanjian pemborongan itu disebut peserta dalam perjanjian pemborongan yang terdiri dari
unsur-unsur :
70
1. Yang memborongkan bouwheeraanbestederkepala kantorsatuan kerja
pemimpin proyekpemberi tugas. 2.
Pemborong rekanan, aannemer, contractor. 3.
Perencana arsitek. 4.
Pengawas direksi. Ad.1. Yang memborongkan bouwheeraanbestederkepala kantorsatuan
kerjapemimpin proyekpemberi tugas.
68
Ibid. Hal. 104.
69
Sri Soedewi Masjchun Sofwan. Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Pembangunan, Cet.1. Yogyakarta: Liberty, 1982. Hal. 65.
70
Djumialdji 1. Op.Cit. Hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
Pemberi tugas dapat berupa perorangan, badan hukum, instansi pemerintah ataupun swasta. Sipemberi tugaslah yang mempunyai prakarsa memborongkan
bangunan sesuai dengan kontrak dan apa yang tercantum dalam bestek dan syarat- syarat. Dalam pemborongan pekerjaan umum dilakukan oleh instansi pemerintah,
direksi lazim ditunjuk dari instansi yang berwenang, biasanya dari instansi pekerjaan umum atas dasar penugasan ataupun perjanjian kerja.
71
Hubungan hukum antara pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong diatur sebagai berikut :
72
Dalam Pasal 12 Perpres No.54 Tahun 2010, disebutkan bahwa pihak yang memborongkan pengguna jasa dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen harus
memenuhi persyaratan yakni : a. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pemerintah,
maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan. b. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan pemborongnya
pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja SPK, Surat
Perjanjian KerjaKontrak.
c. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat
berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja SPK, Surat Perjanjian Pemborongan Kontrak.
73
71
Sri Soedewi Masjchun Sofwan. Op. Cit. Hal. 68.
72
Djumialdji 1. Op. Cit. Hal. 29.
73
Pasal 12 Perpres No. 54 Tahun 2010.
a. memiliki integritas; b. memiliki disiplin tinggi;
c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk
melaksanakan tugas; d. mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan
dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN; e. menandatangani Pakta Integritas;
f. tidak menjabat sebagai pengelola keuangan; dan g. memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan BarangJasa.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan yang menjadi tugas pihak yang memborongkan pengguna jasa terdapat dalam Pasal 8 dan Pasal 11 Perpres No.54 Tahun 2010 yakni sebagai
berikut:
74
a. Menyusun perencanaan pengadaan jasa;
b. Mengangkat panitiapejabat pengadaan jasa;
c. Menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai
peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta
kelompok masyarakat;
d. Menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri HPS, jadwal,
tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun panitia pengadaan;
e. Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitiapejabat
pengadaan sesuai kewenangannya; f.
Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia jasa sesuai ketentuan yang berlaku;
g. Menyiapkan dan melaksanakan perjanjiankontrak dengan pihak
penyedia jasa; h.
Melaporkan pelaksanaanpenyelesaian pengadaan jasa kepada pimpinan instansinya;
i. Mengendalikan pelaksanaan perjanjiankontrak;
j. Menyerahkan aset hasil pengadaan jasa dan aset lainnya kepada Menteri,
Panglima TNIKepala Polri, Pimpinan Lembaga, Gubernur, BupatiWalikota, Dewan Gubernur BI, Pemimpin BHMN, Direksi
BUMNBUMD dengan berita acara penyerahan;
k. Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan jasa
dimulai; l.
Pengguna jasa dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran
yang akan mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatanproyek yang dibiayai dari APBNAPBD;
m. Pengguna jasa bertanggung jawab dari segi administrasi, fisik, keuangan
dan fungsional atas pengadaan jasa yang dilaksanakan. Ad. 2. Pemborong rekanan, aannemer, contractor.
Pemborong adalah pihak yang diberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan dengan dokumen-dokumen perencana yang telah disiapkan dalam rencana kerja
dan syarat-syarat yang telah ditentukan dengan menerima imbalan pembayaran
74
Marthen H Toelle. Disharmoni Pengaturan Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah di Indonesia. Salatiga: Griya Media, 2011. Hal. 90.
Universitas Sumatera Utara
menurut jumlah yang telah ditetapkan.
75
Penunjukan sebagai pelaksana bangunan oleh pemberi tugas dapat terjadi karena pemborong menang dalam pelelangan atau memang ditetapkan sebagai
pelaksana oleh pemberi tugas. Dalam perjanjian pemborongan, pemborong dimungkinkan menyerahkan sebagian pekerjaan tersebut kepada pemborong lain
yang merupakan subkontraktor berdasarkan perjanjian khusus. Pemborong dapat berbentuk perorangan
ataupun badan hukum, baik pemerintah maupun swasta.
76
Persyaratan bagi pemborongpenyedia jasa konstruksi untuk ikut serta dalam pengadaan barangjasa pemerintah diatur dalam Pasal 11 Keppres No. 80
Tahun 2003 jo. Pasal 19 Pepres No. 54 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
77
a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan
usahakegiatan sebagai penyedia barangjasa; b.
Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manejerial untuk menyediakan barangjasa;
c. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya
tidak sedang dihentikan, danatau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;
d. Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak;
e. Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun
terakhir, dibuktikan dengan melampirkan footokopi tanda bukti terima penyampaian Surat Pajak Tahunan SPT Pajak Penghasilan PPh tahun
terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak SPP PPh Pasal 29;
f. Dalam kurun waktu 4 empat tahun terakhir pernah memperoleh
pekerjaan menyediakan barangjasa baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia
barangjasa yang baru berdiri kurang dari 3 tiga tahun;
g. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang
diperlukan dalam pengadaan barangjasa;
75
Aldian Harikhman. “Prosedur Pembuatan Perjanjian Pemborongan Dalam Pengadaan BarangJasa Pemerintah Melalui Pengadaan Langsung”, http:aldianharikhman.blogspot.com201
008prosedur-pembuatan-perjanjian.html, diakses pada tanggal 5 Februari 2014.
76
Apit Nurwidijanto. “Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pada PT. Purikencana Mulyapersada Di Semarang”, Program pasca sarjana, Semarang;Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, 2007, eprints.undip.ac.id153711Apit_Nurwidiyanto.pdf , diakses pada
tanggal 5 Februari 2014.
77
Marthen H Toelle. Op. Cit. Hal. 94.
Universitas Sumatera Utara
h. Tidak masuk dalam daftar hitam;
i. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos;
j. Khusus penyedia barangjasa perorangan persyaratan sama dengan di
atas kecuali huruf “f”.
Selain itu terdapat larangan-larangan untuk pihak pemborongkontraktor sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat 8 Keppres No. 80 Tahun 2003, yaitu:
78
a. Pegawai negeri, pegawai BI, pengawas BHMN, BUMN atau BUMD
dilarang menjadi penyedia jasa pemborong kecuali yang bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan negara, BI, BHMN, BUMN atau
BUMD.
b. Penyedia jasa yang keikutsertaannya menimbulkan pertentangan
kepentingan dilarang menjadi penyedia jasa. c.
Terpenuhinya persyaratan penyedia jasa dinilai melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi oleh panitiapejabat pengadaan.
Ad. 3. Perencana arsitek. Tugas perencanaan dalam pemborongan bangunan dilakukan oleh orang
yang ahli yaitu arsitek atau insinyur engineer. Arsitek adalah seseorang yang ahli dalam membuat rancangan bangunan dan yang memimpin konstruksinya.
79
78
Ibid. Hal. 96.
79
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 4,Jakarta: Balai Pustaka,1995.
Meskipun perencana tidak merupakan pihak dalam perjanjian pemborongan namun mempunyai peranan yang penting dalam perjanjian ini. Perencana dapat
dari pihak pemerintah ataupun swasta konsultan perencana. Perencana merupakan peserta namun bukan merupakan pihak dalam perjanjian. Perencana
hanya mempunyai hubungan hukum dengan si pemberi kerja yang ditentukan atas dasar perjanjian tersendiri, diluar perjanjian pemborongan. Hubungan kerja antara
perencana dengan pemberi kerja pada pokoknya adalah bahwa perencana
Universitas Sumatera Utara
bertindak sebagai penasehat dan sebagai wakil boowheer dan melakukan pengawasan mengenai pelaksanaan pekerjaan.
80
Adapun tugas perencana yaitu :
81
a. Sebagai penasihat
Di sini perencana mempunyai tugas membuat rencana biaya dan gambar bangunan sesuai dengan pesanan pemberi tugas. Hubungan pemberi tugas
dengan perencana sebagai penasihat dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal. Dalam praktek perjanjian melakukan jasa-
jasa tunggal disebut dengan istilah seperti perjanjian perencana, perjanjian pekerjaan perencana.
b. Sebagai wakil
Di sini perencana bertindak sebagai pengawas, dengan tugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Hubungan antara pemberi tugas dengan perencana
sebagai wakil dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa Pasal 1792- 1819 KUH Perdata.
Sebagai wakil atau si kuasa, perencana dapat diberhentikan sewaktu-waktu Pasal 1814 KUH Perdata. Perencana dapat menunjuk orang lain untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikatakan ada substitusi. Tentang substitusi itu dalam pasal 1803 KUH Perdata ditentukan sebagai
berikut: Si kuasa bertanggung jawab untuk orang yang telah ditunjuk olehnya
sebagai penggantinya dalam melaksanakan kuasanya. 1
Jika ia tidak diberikan hak untuk menunjuk orang lain sebagai penggantinya.
2 Jika hak itu telah diberikan kepadanya tanpa pengikatan seseorang
tertentu, sedangkan orang yang dipilihnya itu ternyata seseorang yang tak cakap atau tak mampu.
Ad.4 Pengawas direksi. Direksi bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemborong. Di
sini pengawas dengan keahliannya bertugas mengawasi seluruh kegiatan pekerjaan konstruksi mulai dari penyiapan, penggunaan dan mutu bahan,
pelaksanaan pekerjaan serta pelaksana akhir atas hasil pekerjaan sebelum
80
J. A Mukumoko. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, Jakarta: CV. Gaya Media Pratama, 1986, Hal. 2.
81
Djumialdji 2 . Op. Cit. Hal. 11-12.
Universitas Sumatera Utara
penyerahan.
82
Selain itu, pada waktu pelelangan pekerjaan dilangsungkan, Pengawas direksi bertugas sebagai panitia pelelangan. Adapun tugas dari panitia
pelelangan yaitu :
83
- Mengadakan pengumuman pelelangan yang akan dilaksanakan;
- Memberi penjelasan mengenai RKS Rencana Kerja dan Syarat-syarat
untuk pemborongan-pemboronganpembelian dan untuk membuat berita acara penjelasan;
- Melaksanakan pembukuan surat penawaran dan membuat berita acara
pembukuan surat penawaran; -
Mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang serta membuat berita acara hasil pelelangan dan sebagainya.
Hubungan hukum antara direksi dengan pihak yang memborongkan dituangkan dalam perjanjian pemberi kuasa Pasal 1792-1819 KUH Perdata,
yang diatur sebagai berikut :
84
1. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak
pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan. 2.
Apabila direksi pihak swasta sedangkan yang memborongkan pihak pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian
kuasa, dimana yang memberi kuasa pihak yang memborongkan pemerintah sedangkan yang diberi kuasa adalah pihak direksi swasta.
3. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak swasta
maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa.
D. Prosedur Perjanjian Pemborongan