Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap aplicable yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Efektif atau tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan ditentukan oleh seberapa besar perencanaan yang telah kita susun dan disempurnakan dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan komponen satuan pelajaran yang akan disampaikan, agar pada prosesnya pencapaian tujuan tersebut lebih terarah. Maka dari itu secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen sebagai berikut: 1. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar. 2. Tujuan pembelajaran. 3. Materi pembelajaran. 4. Pendekatan dan metode pembelajaran. 5. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. 6. Alat dan sumber belajar. 7. Evaluasi pembelajran. 4 Namun, perencanaan pembelajaran ini kadang-kadang membuat guru malas, mereka menganggap silabus dan RPP terlalu konseptual, tidak terlalu relevan dengan kenyataan dalam mengajar. Hal inilah yang sempat peneliti temukan di MA Jam ’iyyah Islamiyyah, khususnya di bidang PAI yang menyebabkan pembelajaran kelas seperti tidak mempunyai arah dan tujuan, oleh karena itu peneliti tertarik untuk menulis sebuah penelitian ilmiah dengan judul “EFEKTIFITAS PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAI DI MA JAM ’IYYAH ISLAMIYYAH JURANG MANGU TIMUR”. 4 Masnur Muslich, Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, h. 53

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya perencanaan yang baik yang tidak dibarengi dengan kegiatan pembelajaran yang kreatif, efektif dan inovatif akan mengakibatkan pencapaian tujuan pembelajaran yang tidak maksimal. 2. Minimnya akses informasi dan pengetahuan guru tentang penerapan kurikulum yang terbaru saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang menyebabkan kesulitan bagi guru untuk lebih kreatif dalam mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan yang diharapkan. 3. Aktifitas guru di luar sekolah yang mempengaruhi proses penyusunan dan pembuatan rencana pembelajaran tidak efektif. 4. Keseriusan yang kurang dan tidak didasari oleh dorongan kesadaran pribadi, sehingga proses pembuatan perencaaan tersebut kurang maksimal dan terkesan apa adanya. Sehingga pencapaian tujuan pembelajaran tidak menjadi perhatian serius. 5. Kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran masih kurang.

C. Rumusan Masalah

Selanjutnya berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti dapat menformulasi rumusan masalah sebagai berikut: 1. Usaha apa saja yang dilakukan oleh guru PAI dalam rangka membuat RPP? 2. Kendala apa saja yang ditemui oleh Guru PAI dalam membuat RPP? 3. Bagaimana efektifitas RPP tersebut dalam menunjang pembelajaran, yang dalam hal ini pelajaran PAI?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, dapat digambarkan tujuan-tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh guru PAI dalam membuat RPP. 2. Mengetahui kendala-kendala yang ditemui oleh guru PAI dalam membuat RPP. 3. Mengetahui efektifitas RPP dalam menunjang pembelajaran PAI.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain: 1. Secara Teoritis hasil penelitian ini diharapkan membantu memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang perencanaan pembelajaran di Sekolah. 2. Secara Praktis hasil penelitian ini menjadi rekomendasi-rekomendasi berdasarkan kendala dan potensi yang ada diharapkan bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi para praktisi pendidikan, dalam memahai permasalahan kegiatan pembelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kegiatan Belajar Mengajar

1. Pengertian Belajar Mengajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan pada diri orang yang belajar apakah itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. 1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar berarti aktifitas manusia di mana semua potensi manusia dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya kepada tingkatan mental intelektual, tetapi juga melihatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antisipasi, adalah dimensi-dimensi emosional yang turut terlibat dalam propesi belajar tersebut. 2 1 Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikaa, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009, h. 155. 2 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1990, h. 219. Belajar dalam pandangan Aliran Behaviourisme adalah mengubah perilaku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan, dan guru pemberi hadiah atau hukuman pada siswa, yakni hadiah diberikan kepada siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan bermakna. Oleh Karen itu aliran Behaviourisme meletakkan proses reinforcement dalam posisi amat penting bagi siswa untuk mencapai perubahan yang diinginkan. 3 Adapun aliran psikologi kognitif memandang bahwa belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh berbagai informasi, siswa harus aktif untuk menemukan berbagai informasi, dan guru hanya menjadi partner siswa dalam penemuan berbagai informasi dan makna-makna informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang mereka bahas dan kaji bersama. Aliran psikologi kogtif atau yang disebut dengan aliran Constructivisme menekankan teorinya bahwa siswa amat berperan dalam menemukan ilmu dan pengetahuan baru. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang utama. Ini berarti berhasi tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik. Baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga.

b. Pengertian Mengajar

Mengajar secara umum adalah menyampaikan informasi dan pemindahan pengetahuan dari pengajar guru kepada pelajar siswa. di dalamnya ada sebuah proses agar siswa yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti, dan yang tidak paham menjadi paham. 3 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007, h. 94.