Putusan Mahkamah Agung Nomor 547BPKPJK2013

tanggal 11 Juli 2008 tersebut. Oleh karena itu, PT. MONAGRO KIMIA mengajukan keberatan ke KPP PMA I pada tanggal 3 September 2008 melalui surat permohonan Nomor: MK Sep-08 57 tertanggal 3 September 2008 yang diterima oleh KPP PMA I pada hari yang sama. Sebagaimana tanggapan atas surat keberatan tersebut, Terbanding menerbitkan Keputusan Terbanding Nomor: KEP-695 PJ.07 2009 tanggal 1 September 2009 tentang keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 Nomor: 00042 201 06 052 08 tanggal 11 Juli 2008, yang menolak keberatan Pemohon Banding. Berikut ini perincian tersebut : Tabel 1.4 Keputusan Terbanding Nomor: KEP-695PJ.072009 tanggal 1 September 2009 tentang keberatan atas Surat Keterngan Pajak Kurang Bayar PPh Pasal 21 Nomor: 000422010605208 tanggal 11 Juli 2008 Perlu diketahui bahwa selama proses keberatan, Peneliti Fiskus telah mengirimkan undangan untuk diskusi dengan surat Nomor: S-3621 PJ.0711 2009 tanggal 21 April 2009 yang Pemohon Banding terima pada tanggal 29 April 2009. Namun, dikarenakan keterlambatan pengiriman undangan tersebut, Pemohon Banding tidak dapat menghadiri diskusi dengan Peneliti. Hal tersebut pun telah Pemohon Banding sampaikan kepada Peneliti. selanjutnya, Peneliti kembali mengirimkan undangan dengan surat Nomor: S-4575 PJ.0711 2009 tanggal 5 Juni 2009, yang Pemohon Banding terima pada tanggal 23 Juni 2009 dan Pemohon Banding dapat menghadiri undangan Peneliti Fiskus tersebut. Namun undangan tersebut ternyata tidak untuk mendiskusikan materi keberatan Pemohon Banding dan Pemohon Banding diminta untuk menandatangani Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan tanpa adanya diskusi terlebih dahulu; Dasar Hukum yang sesuai dengan Pasal 27 Undang-Undang “UU” Nomor: 9 Tahun 1994 stdd. UU Nomor: 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan dan UU Nomor: 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Pemohon Banding mengajukan banding atas keputusan Terbanding Nomor: KEP-695 PJ.07 2009 tanggal 1 September 2009 tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Pasal 21 Nomor: 00042 201 06 052 08 tanggal 11 Juli 2008 Tahun Pajak 2006. Dimana PT. MONAGRO KIMIA mengajukan banding atas koreksi pada Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 “DPP PPh Pasal 21” sebesar Rp. 2,159,779,821 sebagaimana tercantum di SKPKB PPh Pasal 21 Nomor: 00042 201 06 052 08 tanggal 11 Juli 2008 Tahun Pajak 2006. Sebelumnya Pemohon Banding tidak dapat membuktikan sebagaimana rincian biaya yang bukan merupakan obyek PPh Pasal 21 Tahun 2006, menurut Pemohon Banding sebesar Rp. 3,715,337,532 adalah obyek PPh Pasal 21 yang dikoreksi oleh Pemeriksa; Pihak PT. MONAGRO KIMIA mengajukan banding atas koreksi pada DPP PPh Pasal 21 sebesar Rp. 2,159,779,821 dengan alasan SPHP, total koreksi Terbanding atas DPP PPh Pasal 21 adalah sebesar Rp. 3,497,139,472 yang dialokasikan ke masing-masing tempat kedudukan KPP di mana perusahaan Pemohon Banding terdaftar yaitu KPP PMA I, KPP Madya Tangerang dan KPP Tebing Tinggi. Terbanding mengalokasikan besarnya DPP PPh Pasal 21 menurut Terbanding berdasarkan persentase DPP PPh Pasal 21 sebagaimana tercantum pada SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang Pemohon Banding laporkan ke masing-masing KPP 052 08 tanggal 11 Juli 2008. Tabel 1.5 Keterngan Pajak Kurang Bayar PPh Pasal 21 Nomor: 000422010605208 tanggal 11 Juli 2008. Alasan koreksi PT. MONAGRO KIMIA Terbanding berdasarkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan “SPHP” Nomor: PHP-PSL-418 WPJ.07 WPJ.07 KP.0205 2008 tanggal 30 Juni 2008. Berdasarkan hasil perhitungan equalisasi, terdapat obyek pajak yang belum dilaporkan sebesar Rp.3,497,139,472. Argumentasi Pemohon Banding akan Pemohon Banding lakukan berdasarkan pendekatan nilai total DPP PPh Pasal 21. Berikut ini equalisasi PPh Pasal 21 yang Pemohon Banding buat dengan menggunakan pendekatan nilai total tersebut: Gambar 1.3 Argumentasi Pembelaan Objek Pajak PT. Monagro Kimia \ 1. Pembayaran ke PT Adikarindo Pemberi Jasa Outsourcing pembayaran ke PT Adikarindo sebesar Rp.2,952,510,717 Rp.2,717,850,181 + Rp. 234,660,536 merupakan pembayaran atas jasa penyalur tenaga kerja outsourcing dan Pemohon Banding telah memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran tersebut. Dikarenakan tenaga kerja yang disalurkan merupakan karyawan PT Adikarindo sehingga Pemohon Banding tidak mempunyai kewajiban untuk memotong PPh Pasal 21 atas pembayaran gaji dan THR tersebut. 2. Housing subsidy Bahwa Pemohon Banding telah membuat koreksi fiskal di SPT Tahunan PPh Badan atas biaya housing subsidy sehingga biaya tersebut harus dikeluarkan dari rekonsiliasi PPh Pasal 21. 3. Salaries allocated bahwa salaries allocated merupakan biaya penyesuaian atas total pembayaran gaji yang Pemohon Banding lakukan sehingga harus diperhitungkan di rekonsiliasi PPh Pasal 21. 4. Jamsostek JKM dan JKK Bahwa Terbanding seharusnya memperhitungkan pembayaran Jamsostek untuk JKM dan JKK sebesar Rp. 67,552,848 Rp. 58,600,812 + Rp. 8,952,036 di rekonsiliasi PPh Pasal 21 sehingga Pemohon Banding menambahkannya ke dalam rekonsiliasi PPh Pasal 21 dari penjelasan Pemohon Banding di atas, maka koreksi pada DPP PPh Pasal 21 sebesar Rp. 2,159,779,821 harus dibatalkan. Hasil dari kesimpulan tersebut berdasarkan hasil uji bukti materi dipersidangan diketahui sebagai berikut : Dari Objek PPh Pasal 21 cfm yang di periksa oleh pemeriksa sebesar Rp.18.008.082.387 Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding menunjukkan Ledger terkait Direct Labour sebesar Rp.4.798.499.621 Salary Wages Selling sebesar Rp.5.979.392.945 Salary Wages Gen Adm. sebesar Rp.2.779.138.965 yang didalamnya terdapat beberapa akun Salary Third Party Contract sebesar Rp.2.717.850.181. Dari databuktidokumen yang disampaikan Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding PT. MONAGRO KIMIA tersebut, sehingga akun-akun yang terkait sebesar Rp.2.717.850.181 merupakan pembayaran atas outsourcing penyediaan tenaga kerja kepada pihak ketiga, yaitu PT. Multi Global Adikarindo, yang menurut Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Bandingsudah dipotong PPh Pasal 23 baik di KPP PMA Satu maupun KPP Madya Tangerang. Didalam proses uji bukti dipersidangan tersebut, Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding PT. MONAGRO KIMIA tidak dapat menunjukkan asli kontrakperjanjian outsourcing dengan PT. Multi Global Adikarindo beserta buktidokumen pembayarannya, Secara material, terdapat perbedaan rincian biaya yang bukan objek PPh Pasal 21 menurut Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding dengan koreksi Objek PPh Pasal 21 menurut Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding termasuk jumlah nominalnya. Setelah dinyatakan Pembuktian Termohon Peninjauan Kembali tidak dapat menunjukkan asli kontrakperjanjian outsourcing dengan PT. Multi Global Adikar indo beserta buktidokumen pembayarannya, dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata; Buku ke Empat Tentang Pembuktian Dan Daluwarsa; Bab II tentang Pembuktian Dengan Tulisan; Pasal 1888, menyatakan “Kekuatan pembuktian suatu bukti tulisan adalah pada akta aslinya.” Apabila akta yang asli itu ada, maka salinan-salinan serta ikhtisar-ikhtisar hanyalah dapat dipercaya, sekadar salinan-salinan serta ikhtisar-ikhtisar itu sesuai dengan aslinya, yang mana senantiasa dapat diperintahkan mempertunjukkannya. Berdasarkan fakta-fakta hukum fundamentum petendi tersebut di atas secara keseluruhan telah membuktikan secara jelas dan nyata-nyata bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak telah memutus perkara a quoterkait sengketa koreksi DPP PPh Pasal 21 sebesar Rp1.774.878.360 tidak berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak berdasarkan hasil penilaian pembuktian, sehingga pertimbangan dan amar putusan Majelis Hakim pada PT. MONAGRO KIMIA sengketa banding di Pengadilan Pajak nyata-nyata telah salah dan keliru serta tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku contra legem, khususnya dalam bidang perpajakan. Oleh karena itu maka Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put. 38985PPM.IV102012 tanggal 28 Juni 2012 menyangkut sengketa koreksi DPP PPh Pasal 21 sebesar Rp1.774.878.360 Hakim Menyatakan bahwa, terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut, Mahkamah Agung berpendapat bahwasanya, alasan-alasan dari peninjauan kembali tersebut tidak dapat dibenarkan karena pertimbangan hukum dan putusan Pengadilan Pajak yang mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-695PJ.072009 tanggal 1 September 2009 tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun Pajak 2006. Nomor: 000422010605208 tanggal 11 Juli 2008, atas nama Pemohon Banding sekarang Termohon Peninjauan Kembali PT. MONAGRO KIMIA, sehingga jumlah PPh yang masih harus dibayar dihitung kembali menjadi Rp. 818.534.430 adalah sudah tepat dan benar. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali : Direktur Jenderal Pajak tersebut adalah tidak beralasan, sehingga harus ditolak. Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon Peninjauan Kembali dipihak yang kalah, maka harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam peninjauan kembali yang besarnya sebagaimana tersebut dalam putusan ini. Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 dan Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali DIREKTUR JENDERAL PAJAK tersebut. 59

BAB IV ANALISA KASUS SENGKETA PAJAK PT. MONAGRO KIMIA PUTUSAN

MA Nomor. 574BPJK2013

A. Kewajiban Pembayar PPh 21 Pegawai Outsorcing PT. MONAGRO

KIMIA Dalam Kasus Sengketa Pajak Pekerja PT. MONAGRO KIMIA dalam kasus pajak Putusan Mahakamah Agung Nomor. 574BPKPJK2013 alasan PT. MONAGRO KIMIA menggunakan pekerja outsourcing. Outsourcing terbagi atas dua suku kata out dan sourcing. Sourcing berarti mengalihkan kerja, tanggung jawab dan keputusan kepada orang lain. Outsourcing dalam bahasa Indonesia berarti alih daya. Dalam dunia bisnis, outsourcing atau alih daya dapat diartikan sebagai penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya non-core atau penunjang oleh suatu perusahaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerjaburuh. Dasar hukum outsourcing adalah Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 64 dengan isi “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa PekerjaBuruh yang dibuat secara tertulis. Berdasarkan ketentuan pasal di atas, outsourcing dibagi menjadi dua jenis: 1. Pemborongan pekerjaan Yaitu pengalihan suatu pekerjaan kepada vendor outsourcing, dimana vendor bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan yang dialihkan beserta hal-hal yang bersifat teknis pengaturan oerasional maupun hal-hal yang bersifat non-teknis administrasi kepegawaian. Pekerjaan yang dialihkan adalah pekerjaan yang bisa diukur volumenya, dan fee yang dikenakan oleh vendor adalah rupiah per satuan kerja Rpm2, Rpkg, dsb.. Contoh: pemborongan pekerjaan cleaning service, jasa pembasmian hama, jasa katering, dsb. 2. Penyediaan jasa PekerjaBuruh Yaitu pengalihan suatu posisi kepada vendor outsourcing, dimana vendor menempatkan karyawannya untuk mengisi posisi tersebut. Vendor hanya bertanggung jawab terhadap manajemen karyawan tersebut serta hal-hal yang bersifat non-teknis lainnya, sedangkan hal-hal teknis menjadi tanggung jawab perusahaan selaku pengguna dari karyawan vendor. Jadi kegiatan outsourcing adalah kegiatan penyediaan jasa pekerja buruh, dimana pekerja buruh dikontrak oleh perusahaan penyedia jasa dan ditempatkan pada perusahaan pengguna jasa. Karyawan outsourcing merupakan karyawan perusahaan penyedia jasa bukan karyawan perusahaan pengguna jasa, dan perusahaan penyedia jasa melakukan pembayaran secara langsung gaji, upah, honorarium, tunjangan dan sejenisnya kepada karyawan outsourcing-nya. Sesuai peraturan perundangan, karyawan outsourcing setidaknya memiliki hak sebagai berikut: 1. Upah minimum Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: PER-01MEN1999 Tentang Upah Minimum. 2. Upah kerja lembur Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KEP-102MENVI2004 Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur. 3. Tunjangan Hari Raya THR Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: PER-04MEN1994 Tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan. 4. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: KEP-150MEN1999 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Oleh karena itu, sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-05 PJ.53 2003, outsourcing tidak masuk kedalam jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN, sehingga wajib membayar PPN. Dasar pengenaan pajak adalah sebesar seluruh tagihan yang diminta oleh vendor outsourcing kepada perusahaan termasuk tagihan atas upah dan perjanjian dari sistem keuangan yang di perjanjikan sebelumnya management fee. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 2 huruf k Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 244PMK.032008, jasa penyedia tenaga kerja outsourcing services termasuk jasa lain yang dipotong Pajak Penghasilan sebesar 2 dua persen dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Lebih lanjut dalam Surat Edaran Nomor: SE-53PJ2009 yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah jumlah seluruh penghasilan tidak termasuk pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa. 1 Pembayaran tersebut harus dapat dibuktikan dengan kontrak kerja dan daftar pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan sebagaimana dimaksud. Berdasarkan peraturan diatas, maka jumlah bruto yang dimaksud adalah jasa manajemen management fee dalam perusahaan penyedia jasa outsourcing tidak termasuk gaji karyawan. Contoh : Misalnya dalam kontrak yang diterbitkan oleh perusahaan penyedia jasa tenaga kerja outsourcing services, menyebutkan upah karyawan Rp 10.000 dan manajemen fee Rp 1.000 maka penghitungan pajaknya sebagai berikut: Upah Karyawan : Rp 10.000 Manajemen Fee : Rp 1.000 Jumlah tagihan : Rp 11.000 PPN 10 dari tagihan : Rp 11.000 x 10 = Rp 1.100 1 M.Nur Rianto Al Arif, dkk, Teori Mikroekonomi Suatu Perbandingan Ekonimi Islam dan Ekonomi Konvensional, Cetakan Pertama, Jakarta : Kencana, 2010, h. 26.

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

KESAKSIAN DE AUDITU DALAM HUKUM ACARA PIDANA DI INDONESIA DAN HUKUM ACARA PIDANA ISLAM ( AnalisisPutusanMahkamahAgungNo. 193 PK/Pid.Sus/2010)

0 35 81

Rehabilitas Dalam Putusan Bebas Pada Kasus Pembunuhan Asrori Jombang Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 89 PK/PID/2008)

0 5 101