12. S1
: Em.. ini.. dia, em.. suku banyaknya ini sambil menunjuk soal: −
+ +
− +
− . Terus jawabannya dua kali kuadrat sisa pembagian.
13. P
: Jawabannya itu berarti kalau di suku banyak itu apanya? 14.
S1 :
S… Eh, H.
C. Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti selanjutnya dianalisis agar dapat menjawab pertanyaan penelitian. Peneliti mengetahui deskripsi
keterampilan-keterampilan metakognitif dari setiap subjek melalui analisis hasil pekerjaan siswa pada tes tertulis dan hasil wawancara.
Keterangan: P
: Peneliti S1
: Subjek dengan tingkat pemahaman matematika rendah S3
: Subjek dengan tingkat pemahaman matematika sedang S2
: Subjek dengan tingkat pemahaman matematika tinggi
1. Prediksi
Keterampilan prediksi
dilakukan sebelum
seseorang menyelesaikan masalah. Pada masing-masing subjek, keterampilan
prediksi dapat dilihat pada kutipan wawancara di bawah ini:
a. Subjek dengan Tingkat Pemahaman Matematika Rendah
Keterampilan prediksi pada subjek dengan tingkat pemahaman matematika rendah dapat dilihat pada kutipan
wawancara di bawah ini:
1 Soal Nomor 1
1. P : Nomor pertama, ya? Coba, kamu dari tiga soal ini, pas kamu pertama
dikasih soalnya itu, kamu membaca berapa kali untuk soal yang pertama sampai kamu benar-benar ngerti?
2. S1 : Lebih dari tiga kali.
3. P : Lebih dari tiga kali? Itu baru kamu ngerti maksudnya soalnya?
4. S1 : Iya.
5. P : Oke. Kemudian, kalo yang untuk nomor satu ini menurutmu sulit nggak
soalnya? 6.
S1 : Nggak terlalu. 7.
P : Nggak terlalu? Kenapa kamu bilang nggak terlalu sulit? 8.
S1 : Masih bisa dimengerti. 9.
P : Masih bisa dimengertinya di mana? 10.
S1 : Caranya memperoleh… memperoleh... maksud soalnya.
47. P : Kalo kamu sama soal-soal yang nggak terlalu sulit itu biasanya mengerjakannya lebih lambat atau lebih cepat dari soal-soal yang misalnya
kamu anggap lebih sulit? 48. S1 : Bisa lebih cepet.
49. P : Bisa lebih cepet. Kenapa lebih cepet? 50. S1 : Gampang. Apa, ya. Cepat na
ngkep soalnya itu. Gimana caranya… udah tahu.
51. P : Em, kok kamu bisa tahu soalnya ini, yang nomer satu, itu sulit atau enggak?
52. S1 : Ya, tadi dari mbaca. Gimana caranya. Udah pernah. Apa, maksudnya. Udah pernah dipelajari. Terus udah… apa, ya. Udah nangkep lah. Gampang
nangkepnya. 53. P : Gampang nangkep apanya? Maksud soalnya?
54. S1 : Maksud soalnya.
Analisis: Dari kutipan wawancara di atas, terlihat bahwa S1 membaca soal
nomor 1 sebanyak lebih dari tiga kali. S1 membaca soal nomor 1 beberapa kali untuk memastikan agar benar-benar mengerti maksud dari soal tersebut.
Selanjutnya, S1 berpendapat bahwa soal nomor 1 memiliki tingkat kesulitan yang tidak terlalu sulit karena S1 masih dapat memahami maksud dari soal
nomor 1 dan S1 pernah mempelajari soal serupa. Dari pernyataan tersebut, S1 dapat membedakan masalah yang sulit dan mudah dalam pemecahan
masalah matematika. S1 juga berpendapat bahwa ia dapat menyelesaikan
soal yang mudah dengan waktu lebih singkat dari waktu untuk mengerjakan soal yang sulit. Kedua hal tersebut termasuk ke dalam keterampilan
metakognitif yaitu prediksi.
2 Soal Nomor 2
335. P : Kemudian nomer dua. Em, tadi ketika kamu membaca soal nomer dua ini
berapa kali? 336.
S1 : Tiga kali. 337.
P : Tiga kali. Dari situ kamu mengerti maksud soalnya? 338.
S1 : Sebenarnya ngerti, cuma bingung cara ngerjainnya. 339.
P : Bingung cara mengerjakannya. Kemudian untuk soal nomer dua ini, setelah kamu menerima soal itu, kamu menganggap soal itu mudah, sulit, atau
sedang?
340. S1 : Sebenarnya sedang, namun setelah di, mengerjakan menjadi sulit.
341. P : Mengapa menjadi sulit?
342. S1 : Soalnya dari soalnya ini, pangkatnya tinggi sambil menunjuk
− +
+ . 343.
P : Itu yang membuat bingung. Untuk yang lainnya ada lagi? 344.
S1 : Em, belum diam.
Analisis: S1 selanjutnya membaca soal nomor 2 sebanyak tiga kali.
Keterampilan prediksi tampak ketika S1 melakukan perulangan membaca sebanyak tiga kali sehingga S1 mengerti maksud dari soal tersebut, namun
S1 masih belum mengetahui cara mengerjakan. S1 berpendapat bahwa soal nomor 2 memiliki tingkat kesulitan yang sedang, namun selanjutnya
menjadi sulit setelah S1 mencoba memecahkannya. Dari pernyataan tersebut, S1 dapat membedakan masalah yang sulit dan mudah dalam
pemecahan masalah matematika, tetapi S1 belum menyesuaikan prediksinya dengan rencana pemecahan masalah untuk soal nomor 2.
3 Soal Nomor 3
406. P : Selanjutnya, nomer tiga kamu baca berapa kali?
407. S1 : Empat sampai lima.
408. P : Empat sampai lima kali kamu baru mengerti maksud soalnya?
409. S1 : Iya.
566. P : Ketika kamu mengerjakan soal. Kamu membacanya, e, misalnya nomer
satu ini kamu anggap sulit, kamu tetap menjawab untuk soal yang nomer satu ini atau mencari soal yang mudah?
567. S1 : Mencari soal yang lebih mudah.
568. P : Agar apa?r
569. S1 : Agar cepat.
570. P : Dari ketiga nomer ini, kira-kira ketiganya sulit atau?
571. S1 : Iya.
572. P : Tadi untuk yang nomer satu kamu mengatakan bahwa?
573. S1 : Sedang. Yang nomer dua sulit. Sebenarnya nggak sih, tapi setelah
mencoba mengerjakannya ya agak, begitu.
Analisis: Keterampilan metakognitif S1 pada soal nomor 3 terlihat pada
kutipan wawancara di atas, yaitu ketika S1 membaca soal nomor 3 sebanyak empat hingga lima kali sehingga S1 memahami maksud dari soal tersebut.
S1 mengungkapkan bahwa ia memilih soal yang lebih mudah untuk dikerjakan terlebih dahulu untuk membuat waktu lebih efisien. S1 tidak
mengungkapkan tingkat kesulitan untuk soal nomor 3. Dari pernyataan
tersebut, S1 dapat membedakan masalah yang sulit dan mudah dalam pemecahan masalah matematika.
b. Subjek dengan Tingkat Pemahaman Matematika Sedang
Keterampilan prediksi pada subjek dengan tingkat pemahaman matematika sedang dapat dilihat pada kutipan
wawancara di bawah ini:
1 Soal Nomor 1
1111. P
: Oke Alda, untuk yang nomer satu ini, kamu ketika pertama kali diberi soal ini berapa kali kamu membaca soal sampai kamu benar-benar
mengertimaksud dari soal itu? 1112.
S3 : Kurang lebih sampai tiga kali lah mbak.
1113. P
: Oke, tiga kali. 1114.
S3 :
He’em. 1115.
P : Apa yang membuat kamu sampai tiga kali membaca?
1116. S3
: Soalnya, yang ditanyain kan suku banyaknya. Jadi kan itu kan kalo biasanya yang ditanya hasilnya. Nah, terus njuk malah karena yang
ditanyain suku banyaknya terus aku bingung itu lho caranya pertama gimana. Terus ya akhirnya tak baca lagi. Oh ya, yang ditanyain suku
banyaknya sama derajatnya.
1117. P
: He’em. Oke, itu berarti sampai tiga kali ya?
1118. S3
: He’em.
1119. P
: Kemudian menurutmu, setelah kamu membaca tiga kali, sekilas soal ini sulit atau nggak?
1120. S3
: Sebenernya nggak terlalu. 1121.
P : Nggak terlalu sulit. Apa yang bikin kamu mengatakan kalau soal
ini nggak terlalu sulit? 1122.
S3 : Pertama kan aku nyari apa, em, nulis dulu diketahuinya, suku
banyaknya. Terus, ini dari ini kan ada hasilnya juga sama sisanya itu. 1123.
P : Oke, kamu mengatakan hasil. Hasil itu dari mana?
1124. S3
: Di soal ada ini, ini “diperoleh dari pembagian tersebut adalah”
berarti kan diperoleh dari pembagian tersebut, berarti hasilnya dua kali kuadrat sisa pembagian itu. Sisanya kan ini, berarti hasilnya itu dikuadratin
dari sisanya itu.
1125. P
: Oke, berarti kamu selilas melihat soal ini tidak terlalu sulit ya? 1126.
S3 :
1127. P
: Kemudian, em, kalau untuk soal yang tidak terlalu sulit ini, biasanya kalau kamu mbandingin dengan soal yang sulits-sulit nah itu kamu
mengerjakannya lebih cepat atau lebih lambat? 1128.
S3 : Kalo nggak terlalu sulit berarti ya biasanya lebih cepat.
1129. P
: Kenapa lebih cepet? 1130.
S3 : Kalo misalnya kalo lebih susah kan berarti harus mikir lagi harus
ngitung lagi. Kaya gitu. Jadi kan lebih lama.
Analisis: Berdasarkan kutipan wawancara di atas, S3 melakukan perulangan
membaca soal nomor 1 sebanyak tiga kali. Hal ini disebabkan karena S3 belum pernah menyelesaikan soal dengan tipe berbeda. S3 terlihat berusaha