Pembahasan PELAKSANAAN PENELITIAN, PENYAJIAN DATA,

tingkat pemahaman matematika rendah S1 dan subjek dengan tingkat pemahaman matematika tinggi S2. Keterampilan prediksi tampak pada ketiga subjek ketika memecahkan masalah pada soal nomor 2, namun keterampilan ini tampak optimal pada subjek dengan tingkat pemahaman matematika tinggi S2. S2 membaca soal dan memprediksi tingkat kesulitan soal nomor 2 adalah cukup sulit. Tingkat kesulitan soal tersebut disesuaikan dengan informasi di dalam soal yang memuat pangkat yang besar hingga ribuan. Keterampilan prediksi pada S3 tidak optimal karena S3 membaca soal beberapa kali hingga dirinya memahami masalah, namun S3 tampak menempuh langkah yang tidak tepat. Keterampilan prediksi pada S1 tidak optimal disebabkan oleh prediksi tingkat kesulitan yang dilakukannya tidak sesuai dengan kebenaran langkah yang ditempuhnya untuk memecahkan masalah pada soal nomor 2. Keterampilan perencanaan tampak tidak optimal pada ketiga subjek. S1 tampak menggunakan keterampilan perencanaan ketika menuliskan informasi penting di dalam soal nomor 2, namun S1 menuliskan informasi yang diketahui dengan tidak lengkap sehingga keterampilan tersebut menjadi tidak optimal. Keterampilan perencanaan juga tampak ketika S1 menyebutkan informasi yang ditanyakan dengan benar dan mengetahui tahap perencanaan yang ditempuh dengan benar walaupun tidak digunakan. Selanjutnya, S3 menggunakan keterampilan perencanaan ketika menuliskan informasi yang diketahui dan informasi yang ditanyakan, namun informasi tersebut dijelaskan dan ditulis oleh S3 dengan tidak tepat sehingga keterampilan perencanaan tidak optimal. Selanjutnya, keterampilan ini tampak ketika S3 mencoba mengingat masalah serupa yang pernah diselesaikan olehnya. S2 menggunanakan keterampilan perencanaan ketika menyusun rencana pemecahan masalah, namun cara yang digunakan tidak tepat sehingga keterampilan perencanaan menjadi tidak optimal. Keterampilan pemantauan tidak tampak pada subjek dengan pemahaman matematika rendah S1 karena dirinya tidak menuliskan jawaban dari soal nomor 2 dan tidak mengetahui penyelesaian masalah pada soal nomor 2. Subjek dengan pemahaman matematika sedang S3 tampak menggunakan keterampilan pemantauan ketika S3 mengidentifikasi kesesuaian langkah pengerjaan dengan masalah yang dihadapi. S3 juga menyadari bahwa jawaban yang ditempuhnya salah ketika diwawancarai, sehingga perlu untuk mengulang. Selanjutnya subjek dengan pemahaman matematika tinggi S2 tampak menggunakan keterampilan pemantauan dengan tidak optimal karena dirinya tidak melakukan koreksi secara keseluruhan pada langkah pengerjaan dan perhitungan, namun S2 tetap melihat soal ketika menuliskan tiap langkah pengerjaan. Keterampilan evaluasi tidak tampak pada subjek dengan pemahaman matematika rendah S1 karena dirinya tidak menuliskan jawaban dari soal nomor 2 dan tidak mengetahui penyelesaian masalah pada soal nomor 2. Selanjutnya keterampilan evaluasi pada S3 tampak namun tidak optimal karena S3 tidak melakukan koreksi jawaban nomor 2 secara keseluruhan terkait langkah pengerjaan dan perhitungan. Keterampilan tersebut kembali tampak ketika S3 berusaha memikirkan cara lain untuk memecahkan masalah yaitu dirinya berencana menggunakan teorema sisa dan mensubstitusi akar-akar dari pembagi dalam langkah pengerjaannya, namun dirinya mengalami kebingungan dalam menyusun langkah pengerjaannya. Keterampilan evaluasi pada S2 tampak namun tidak optimal karena dirinya melakukan koreksi keseluruhan pada langkah pengerjaan dan perhitungan pada soal nomor 2. Selain itu, S2 menyatakan bahwa tidak ada cara yang lebih mudah dari cara yang S2 gunakan selain cara yang S2 tuliskan ketika memecahkan masalah pada soal nomor 2, namun langkah tersebut tidak tepat. 3. Soal Nomor 3 Tabel 4. 6 Skor Keterampilan Metakognitif pada Soal Nomor 3 Subjek Prediksi Perencanaan Pemantauan Evaluasi S1 5 5 2 2 S3 5 5 3 4 S2 6 6 6 3 Soal nomor 3 berbentuk soal cerita sehingga menstimulus siswa untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. Keterampilan metakognitif dengan karakteristik soal cerita tampak pada ketiga subjek. Keterampilan metakognitif subjek dengan tingkat pemahaman matematika tinggi S2 tampak mengungguli kedua subjek lainnya, kecuali pada keterampilan evaluasi. Keterampilan prediksi pada S2 tampak optimal ketika memecahkan masalah pada soal nomor 3 karena S2 membaca soal dan mampu menggolongkan tingkat kesulitan soal yang sesuai dengan jawaban yang ditulisnya. Keterampilan prediksi pada kedua subjek lainnya tampak tidak optimal karena S1 dan S3 membaca soal hngga beberapa kali hingga mengerti maksud dari soal nomor 3, namun kedua subjek justru tampak tidak memahami maksud soal tersebut sehingga tidak ada keselarasan antara perulangan membaca soal dan pemahaman S1 dan S3. Keterampilan perencanaan tampak pada ketiga subjek, namun subjek dengan pemahaman matematika tinggi S2 menggunakan keterampilan perencanaan dengan optimal. S2 mampu mengubah informasi yang ada pada soal nomor 3 ke dalam ekspresi matematik dengan benar. Selain itu, S2 mampu menjelaskan dan menuliskan informasi penting pada nomor 3 dengan benar, merencanakan langkah pemecahan masalah dengan benar, dan mampu mengingat soal yang serupa dengan nomor 3. Keterampilan mengaitkan masalah yang dihadapi dengan masalah yang serupa merupakan bagian dari keterampilan perencanaan. Keterampilan perencanaan pada S1 dan S3 tampak ketika kedua subjek mampu menjelaskan dan menuliskan informasi penting yang ada pada soal nomor 3, namun S1 dan S3 tidak dapat mengubah informasi yang ada pada soal nomor 3 ke dalam ekspresi matematik dengan benar sehingga keterampilan tersebut menjadi tidak optimal. Keterampilan pemantauan tampak pada ketiga subjek, namun subjek dengan tingkat pemahaman matematika tinggi S2 menggunakan keterampilan pemantauan dengan optimal. Ini disebabkan karena dua indikator tampak optimal, yaitu: mengidentifikasi kesesuaian langkah pengerjaan dengan masalah yang dihadapi dan S2 mengoreksi keakuratan langkah-langkah. Hal ini selaras dengan langkah pengerjaan yang ditempuh oleh S2 tepat. Selanjutnya, keterampian pemantauan tampak tidak optimal pada S3 karena S3 hanya memenuhi satu indikator yaitu mengidentifikasi kesesuaian langkah pengerjaan dengan masalah yang dihadapi. Selanjutnya, S3 tidak tampak memenuhi indikator mengoreksi keakuratan langkah- langkah pengerjaan karena keterbatasan waktu sehingga peneliti tidak menanyakannya kepada subjek. Sebaliknya, S1 tampak memenuhi indikator mengoreksi keakuratan langkah-langkah pengerjaan namun tidak optimal karena tidak selaras dengan pemahaman S1 yang kurang mendalam terhadap soal nomor 3 dan jawaban S1 yang memuat perhitungan yang salah. Namun, S1 tidak tampak memenuhi indikator lainnya, yaitu mengidentifikasi kesesuaian langkah pengerjaan dengan masalah yang dihadapi. Keterampilan evaluasi pada ketiga subjek tampak ketika memecahkan masalah pada soal nomor 3, namun subjek dengan tingkat pemahaman matematika sedang S3 tampak unggul dalam menggunakan keterampilan evaluasi bila dibandingkan dengan kedua subjek lainnya. Hal ini karena S3 belum menemukan cara lain yang lebih mudah selain cara yang S3 tuliskan ketika memecahkan masalah pada soal nomor 3. S2 tampak menggunakan keterampilan evaluasi dengan tidak optimal karena S2 hanya memenuhi satu indikator yaitu mencari cara yang lebih mudah dari cara yang sudah ditempuh. Selanjutnya, S1 tampak menggunakan keterampilan evaluasi yang paling rendah ketika mengerjakan soal nomor 3 karena dirinya memiliki kemampuan untuk mengukur pemahamannya sendiri. S1 menyatakan bahwa dirinya memahami masalah pada soal nomor 3, namun langkah yang ditempuh olehnya salah. Selain itu, S1 tampak tidak mencoba memikirkan cara lain untuk memecahkan masalah pada soal nomor 3. Berikut merupakan uraian masing-masing keterampilan metakognitif pada ketiga subjek penelitian: 1. Keterampilan Prediksi Keterampilan prediksi tampak pada ketiga subjek ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1, 2, dan 3. Keterampilan ini dapat dilihat ketika S1, S3, dan S2 membaca soal berulang-ulang dan mengidentifikasi tingkat kesulitan masalah. S3 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan prediksi ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. S2 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan prediksi ketika memecahkan masalah pada soal nomor 2 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk melakukan perhitungan yang memuat pangkat hingga ribuan dan soal nomor 3 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. 2. Keterampilan Perencanaan Keterampilan perencanaan tampak pada ketiga subjek ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1, 2, dan 3. Keterampilan ini dapat dilihat ketika S1, S3, dan S2 mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan membuat rencana untuk memecahkan masalah. Proses mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah meliputi: mengidentifikasi informasi yang diketahui, mengidentifikasi informasi yang ditanyakan dari soal, dan menggunakan pengetahuan serta masalah yang sudah dipelajari oleh subjek. Keterampilan perencanaan tampak optimal ketika subjek mampu mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah dengan benar dan mampu membuat rencana untuk memecahkan masalah dengan benar. S3 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan perencanaan ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. S2 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan prediksi ketika memecahkan masalah pada soal nomor 3 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. 3. Keterampilan Pemantauan Keterampilan pemantauan tampak pada S3 dan S2 ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1, 2, dan 3. Keterampilan ini dapat dilihat ketika S3 dan S2 mengidentifikasi kesesuaian langkah pengerjaan dengan masalah yang dihadapi dan mengoreksi keakuratan langkah-langkah. Keterampilan pemantauan tampak optimal ketika subjek mampu mengidentifikasi kesesuaian langkah pengerjaan dengan masalah yang dihadapi dengan benar dan mampu mengoreksi keakuratan langkah-langkah dengan benar. S2 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan pemantauan ketika memecahkan masalah pada soal nomor 3 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. Keterampilan pemantauan tidak tampak pada S1 ketika mengerjakan soal nomor 2 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk melakukan perhitungan yang memuat pangkat hingga ribuan. Hal ini karena S1 tidak dapat menyusun rencana penyelesaian sehingga S1 tidak menuliskan jawabannya. 4. Keterampilan Evaluasi Keterampilan pemantauan tampak pada S3 dan S2 ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1, 2, dan 3. Keterampilan ini dapat dilihat ketika S3 dan S2 melakukan koreksi secara keseluruhan pada langkah pengerjaan dan perhitungan dan memikirkan cara lain untuk memecahkan masalah. Keterampilan evaluasi tampak optimal ketika subjek melakukan koreksi secara keseluruhan pada langkah pengerjaan dan perhitungan dengan benar dan mampu memikirkan cara lain untuk memecahkan masalah dengan benar. S3 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan pemantauan ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. Keterampilan evaluasi tidak tampak pada S1 ketika mengerjakan soal nomor 2 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk melakukan perhitungan yang memuat pangkat hingga ribuan. Hal ini karena S1 tidak dapat menyusun rencana penyelesaian sehingga S1 tidak menuliskan jawabannya. Berdasarkan penjelasan di atas, keterampilan metakognitif tidak tampak optimal pada subjek dengan tingkat pemahaman matematika rendah S1 ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1, 2, dan 3. Masing- masing keterampilan dapat muncul karena keberagaman tingkat pemahaman matematika masing-masing subjek, karakteristik soal yang diberikan, dan pertanyaan-pertanyaan wawancara yang diajukan oleh peneliti. Hal ini sesuai dengan teori dari Garner Hartman, 2002 yang menyatakan bahwa siswa gagal dalam menggunakan keterampilan metakognitifnya karena pengetahuan yang tidak dikembangkan secara memadai dan siswa cenderung memecahkan masalah rutin, sehingga siswa menunjukkan pemantauan kognitif yang buruk.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Wawancara salah satu subjek penelitian tidak dilakukan setelah soal nonrutin dikerjakan. Hal ini disebabkan oleh waktu yang tidak mencukupi untuk melaksanakan wawancara kepada tiga subjek sekaligus. Pelaksanaan wawancara dengan waktu berbeda mempengaruhi daya ingat subjek penelitian terhadap aktivitas yang subjek lakukan ketika menyelesaikan soal nonrutin. Selain itu, waktu pelaksanaan tes soal nonrutin dan wawancara dilaksanakan dua minggu setelah topik suku banyak selesai diajarkan, karena peneliti terkendala validasi instrumen penelitian. Hal ini menyebabkan waktu yang diperlukan subjek untuk mengerjakan soal menjadi lebih lama. 2. Peneliti tidak menanyakan beberapa pertanyaan dalam pedoman wawancara sehingga mempengaruhi kelengkapan hasil analisis. Pertanyaan tersebut yaitu: a. Bagaimana kamu menilai soal itu sulit mudah? b. Bagaimana dengan tingkat kesulitan soal nomor lainnya? c. Mengapa menggunakan cara tersebut? d. Perlukah untuk meralat langkah pengerjaanmu? e. Mengapa kamu merasa sungguh-sungguh paham dan menguasai masalah tersebut mengapa tidak paham dan menguasai masalah tersebut? 186

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, penelitian yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 dapat diidentifikasi adanya empat keterampilan metakognitif pada ketiga siswa: 1. Keterampilan Prediksi Keterampilan prediksi tampak pada ketiga subjek ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1, 2, dan 3. Keterampilan ini dapat dilihat ketika S1, S3, dan S2 membaca soal berulang-ulang dan mengidentifikasi tingkat kesulitan masalah. S3 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan prediksi ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. S2 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan prediksi ketika memecahkan masalah pada soal nomor 2 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk melakukan perhitungan yang memuat pangkat hingga ribuan dan soal nomor 3 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. 2. Keterampilan Perencanaan Keterampilan perencanaan tampak pada ketiga subjek ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1, 2, dan 3. Keterampilan ini dapat dilihat ketika S1, S3, dan S2 mengidentifikasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan membuat rencana untuk memecahkan masalah. S3 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan perencanaan ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. S2 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan prediksi ketika memecahkan masalah pada soal nomor 3 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. 3. Keterampilan Pemantauan Keterampilan pemantauan tampak pada S3 dan S2 ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1, 2, dan 3. Keterampilan ini dapat dilihat ketika S3 dan S2 mengidentifikasi kesesuaian langkah pengerjaan dengan masalah yang dihadapi dan mengoreksi keakuratan langkah-langkah. S2 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan pemantauan ketika memecahkan masalah pada soal nomor 3 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. Keterampilan pemantauan tidak tampak pada S1 ketika mengerjakan soal nomor 2 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk melakukan perhitungan yang memuat pangkat hingga ribuan. Hal ini karena S1 tidak dapat menyusun rencana penyelesaian sehingga S1 tidak menuliskan jawabannya. 4. Keterampilan Evaluasi Keterampilan pemantauan tampak pada S3 dan S2 ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1, 2, dan 3. Keterampilan ini dapat dilihat ketika S3 dan S2 melakukan koreksi secara keseluruhan pada langkah pengerjaan dan perhitungan dan memikirkan cara lain untuk memecahkan masalah. S3 tampak optimal dalam menggunakan keterampilan pemantauan ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk mengubah informasi yang terdapat di dalam soal ke dalam ekspresi matematik. Keterampilan evaluasi tidak tampak pada S1 ketika mengerjakan soal nomor 2 dengan karakteristik soal yang menstimulus subjek untuk melakukan perhitungan yang memuat pangkat hingga ribuan. Hal ini karena S1 tidak dapat menyusun rencana penyelesaian sehingga S1 tidak menuliskan jawabannya. Berdasarkan penjelasan di atas, keterampilan metakognitif tidak optimal pada subjek dengan tingkat pemahaman matematika rendah S1 ketika memecahkan masalah pada soal nomor 1, 2, dan 3. Masing-masing keterampilan dapat muncul karena keberagaman tingkat pemahaman matematika masing-masing subjek, karakteristik soal yang diberikan, dan

Dokumen yang terkait

ANALISIS KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI DIMENSI DUA Analisis Keterampilan Metakognitif Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri Dimensi Dua.

1 7 15

Keterampilan metakognitif siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Santo Yusup Yogyakarta tahun pelajaran 2016/ 2017 dalam menyelesaikan soal nonrutin pada topik suku banyak.

0 1 362

Kemampuan membaca kritis teks opini siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 3 SMA Pangudi Luhur Santo Yusuf Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 2

Analisis Kesalahan Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal- soal pada Materi Pokok Suku Banyak Kelas XI IPA Semester 2 SMA Negeri 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

0 0 3

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SUKU BANYAK BERDASARKAN GENDER PADA SISWA KELAS XI IPA 1 MAN KUNIR BLITAR TAHUN AJARAN 2015/2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 18

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SUKU BANYAK BERDASARKAN GENDER PADA SISWA KELAS XI IPA 1 MAN KUNIR BLITAR TAHUN AJARAN 2015/2016 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 15

ANALISIS KESALAHAN PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA MATERI POKOK SUKU BANYAK KELAS XI IPA 2 MA NU LIMPUNG TAHUN PELAJARAN 20102011

0 3 257

DESKRIPSI KONSEP DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20082009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

0 0 170

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS TULISAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI IPA DAN KELAS XI IPS SMA PANGUDI LUHUR,YOGYAKARTA, TAHUN PELAJARAN 20102011 SKRIPSI

0 1 176

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS TULISAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI IPA DAN KELAS XI IPS SMA PANGUDI LUHUR,YOGYAKARTA, TAHUN PELAJARAN 20102011 SKRIPSI

0 2 176