3 Soal Nomor 3
1537. P
: Yang nomer dua udah. Sekarang coba yang nomer tiga. Untuk yang nomer tiga ini kamu membaca sampai berapa kali? Ini kan soal cerita,
ini kamu baca sampai berapa kali? 1538.
S3 : Tiga kali.
1539. P
: Tiga kali. Itu untuk melihat apa aja? Kok sampai tiga kali. 1540.
S3 : Ini kan ada itunya to. Apa, ada yang ditulis tingginya tiga meter
kurang dari Sembilan kali lebarnya. Itu kalau Cuma dibaca sekali takut nek salah itu lho. Makanya terus dibaca lagi sambil ditulis. Gitu.
1541. P
: Ditulis apa? 1542.
S3 : Ditulis diketahuinya.
1543. P
: Diketahuinya. Oke em, selanjutnya sekilas kamu lihat soal nomer tiga ini sulit atau mudah?
1544. S3
: Em, lumayan. 1545.
P : Lumayan mudah? Lumayan sulit?
1546. S3
: Lumayan em, sedengan. Nggak terlalu sulit. Ya, sedang. 1547.
P : Kenapa sedang?
1548. S3
: Tapi, ini kan ada yang ditanyain kan dua. Persamaan volume sama nyari lebarnya. Kalau lebarnya em, mungkin aku bisa menyelesaikan,
tapi aku juga nggak yakin. Tapi kalau persamaan volumenya itu yang aku nggak tahu.
Analisis: Keterampilan prediksi tampak ketika S3 membaca soal nomor 3
sebanyak tiga kali. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan S3 dalam mengubah kalimat biasa menjadi simbol matematik pada dialog no. 1540.
Selanjutnya, S3 meganggap soal nomor 3 memiliki tingkat kesulitan “sedang”, karena S3 merasa mengetahui pemecahan masalah nomor 3 pada
dialog no. 1547-1548.
c. Subjek dengan Tingkat Pemahaman Matematika Tinggi
Keterampilan prediksi pada subjek dengan tingkat pemahaman matematika tinggi dapat dilihat pada kutipan
wawancara di bawah ini:
1 Soal Nomor 1
589. P
: Deo, tadi di awal ketika kamu menerima soal ini, untuk yang nomer satu ini, em… kamu tadi membaca sekilas atau membaca sampai
berapa kali? 590.
S2 : Beberapa kali, tapi yang bagian sini, dua kali kuadrat sisa
591. P
: Yang mana? Untuk kalimat yang mana? 592.
S2 :
593. P
: Bagian tersebut adalah…
594. S2
: …dua kali kuadrat sisa pembagian
595. P
: Oh itu. Itu kenapa kamu sampai baca berkali-kali? 596.
S2 : Bingung tertawa.
597. P
: Bingung? 598.
S2 : Maksudnya.
599. P
: Oh, maksudnya, ya? Maksud dari soalnya, ya. Berarti, tadi sampai berapa kali bacanya?
600. S2
: Dua kayaknya. 601.
P : Sampai dua kali. Kemudian, em, kamu baca sekilas untuk soal
yang nomer satu ini sulit nggak? 602.
S2 : Nggak juga, sih.
603. P
: Nggak. Jadi tidak terlalu sulit, ya? 604.
S2 :
He’em. 605.
P : Mengapa kamu bisa bilang nggak terlalu sulit?
606. S2
: Em… udah dikasih tahu kuncinya, sih.
607. P
: Kuncinya di? 608.
S2 :
“Dua kali kuadrat sisa pembagian”. 683.
P : Nah, kalo untuk soal-soal yang tidak terlalu sulit atau soal yang
mudah itu biasanya kamu mengerjakannya lebih cepat atau lebih lambat, dari soal-soal yang lebih sulit?
684. S2
: Em, lebih cepat sih. 685.
P : Lebih cepat. Kenapa lebih cepat?
686. S2
: Karena lebih mudah, berarti gimana ya. Kan, kaya kalo lebih mudah, lebih cepet mengertinya gitu. Lebih cepet mengerti soalnya, terus
lebih mudah gitu.
Analisis: Keterampilan prediksi pada S2 tampak ketika S2 membaca soal
nomor 1 beberapa kali, khususnya pada kalimat tertentu di dalam soal yang S3 belum pahami, yaitu pada bagian “dua kali kuadrat sisa pembagian”
pada dialog no. 589-596. S2 tampak memfokuskan pada hal-hal yang
belum dipahaminya dan membacanya sebanyak dua kali. Keterampilan prediksi juga tampak ketika S2 dapat menggolongkan tingkat kesulitan soal
dengan mengatakan bahwa soal nomor 1 tergolong mudah karena S2 memahami informasi “dua kali kuadrat sisa pembagian” sebagai informasi
yang ditanyakan pada soal nomor 1 pada dialog no. 605-608. Selanjutnya, S2 berpendapat bahwa ia dapat mengerjakan soal yang tergolong mudah
dengan waktu yang singkat bila dibandingkan dengan soal yang sulit, karena soal yang tergolong mudah dapat dipahami lebih cepat pada dialog no. 685-
686 sehingga keterampilan prediksi tampak pada S2.
2 Soal Nomor 2
839. P
: Em, kemudian, untuk yang nomer dua. Tadi kamu membaca sampai berapa kali untuk yang nomer dua? Sampai kamu mengerti “oh
masalahnya ini”. 840.
S2 : Dua kayaknya.
841. P
: Dua kali? 842.
S2 :
He’em. 843.
P :
Dua kali, baru kamu mengetahui “oh masalahnya ini”. 844.
S2 : Satu sih.
845. P
: Sekali? Sekali kemudian kamu tidak membaca lagi? 846.
S2 : Sekali, baca lagi buat nyari informasinya.
847. P
: Em, he’em. Berarti, ketika kamu membuka nomer dua ini, kamu
membaca sekali, kemudian? 848.
S2 : Kemudian baca lagi buat cari informasi yang diketahuinya itu
apa aja. 849.
P : Oh, jadi untuk yang kedua kalinya kamu ini ya, mencari hal-hal
pentingnya, ya? 850.
S2 :
He’em. 853.
P : Em, menurutmu soal nomer dua ini sulit atau tidak?
854. S2
: Lumayan. 855.
P : Lumayan? Kenapa kamu mengatakan ini lumayan?
856. S2
: Em, gimana, ya. Karena kan, ini tipe soalnya udah pernah, udah pernah dikerjain. Cuma, angka pertama ini dan kedua ini, pangkat dua-
duanya besar. Jadi, belum pernah dapet pangkat sebesar ini.
857. P
: Kemudian, kalau untuk soal tipe nomer dua ini kamu sudah pernah melihatnya atau mengerjakan? Yang diketahui ini, kemudian ini.
858. S2
: Sudah. 859.
P : Sudah. Akan tetapi pangkatnya yang biasanya kamu kerjakan itu
bagaimana? 860.
S2 : Pangkatnya yang jelas nggak sebesar ini.
861. P
: He’em.
862. S2
: Paling pangkat terbesar empat. 863.
P : Empat?
864. S2
: He’em. Empat.
Analisis: Keterampilan prediksi pada S2 terlihat ketika S2 membaca soal
nomor 2 sebanyak dua kali dengan rincian membaca satu kali digunakan untuk memahami soal dan membaca soal kedua kalinya untuk mencari
informasi penting di dalam soal pada dialog no. 843-846. Kemudian, S2 mengungkapkan bahwa soal nomor 2 memiliki tingkat kesulitan “cukup
sulit”, dengan alasan pernah mengerjakan soal serupa dengan derajat terbanyak 4, namun ia pertama kali mengerjakan soal nomor 2 yang memuat
derajat hingga ribuan. S2 terlihat dapat menggolongkan tingkat kesulitan soal yang termasuk ke dalam keterampilan prediksi.
3 Soal Nomor 3
969. P
: Kamu tadi sempat berapa kali membaca soal nomer tiga? Atau mungkin cukup sekali?
970. S2
: Aku, dua kali. 971.
P : Dua kali?
972. S2
: He’em.
973. P
: Kalau yang sekali berarti kamu sudah, belum terlalu mengerti sehingga kamu ulang, atau bagaimana?
974. S2
: Sekali sudah mulai mengerti, sih. Tapi, dua kali untuk kayak memastikan lagi.
975. P
: Untuk memastikan kembali? 976.
S2 : Iya.
977. P
: Em, menurutmu soal nomer tiga ini sulit atau tidak? 978.
S2 : Em, sulit sih.
979. P
: Sulit. Mengapa sulit? 980.
S2 : Sulitnya yang cari lebarnya, cari lebar kolam renangnya.
981. P
: Mengapa mencari lebar itu sulit? 982.
S2 :
Em, karena
bingung. Bingung
apa ya.
Kayak mengaplikasikannya itu bingung. Kayak dalam perhitungannya itu
mengaplikasikannya yang bingung. Ini harus digimanain, gitu.
Analisis: Keterampilan prediksi tampak pada S2 ketika membaca soal nomor
3 beberapa kali, yaitu sebanyak dua kali pada doalog no. 969-972. Hal ini bertujuan untuk memastikan S2 benar-benar memahami maksud soal nomor
3 pada doalog no. 973-976. S2 seolah memantau cara berpikirnya melalui pemahaman S2 terhadap soal tersebut. Selanjutnya, S2 mengungkapkan
bahwa soal nomor 3 tergolong soal yang sulit, dengan alasan bahwa S2 sudah dapat mengaplikasikan persamaan volume, namun belum dapat
melakukan perhitungan lebih lanjut pada dialog no. 981-982.
2. Perencanaan
Keterampilan perencanaan dilakukan sebelum soal dikerjakan oleh subjek. Untuk lebih jelasnya, keterampilan perencanaan dapat
dilihat pada kutipan wawancara dan hasil pekerjaan siswa di bawah ini:
a. Subjek dengan Tingkat Pemahaman Matematika Rendah
1 Soal Nomor 1
Berikut merupakan
kutipan wawancara
yang menunjukkan bahwa S1 mengidentifikasi informasi yang
diketahui dari soal nomor 1:
11. P : Memang maksud soalnya apa? Coba dilihat dulu.