PENGERTIAN HIDUP BERKOMUNITAS 1. Pengertian Komunitas Menurut Kitab Suci

atas dasar panggilan yang diterima oleh anggota-anggotanya untuk mengikuti Kristus. Ukuran dari suatu komunitas religius bukanlah demi kegunaan atau keuntungannya, melainkan terutama demi kenabian. Dalam Gereja, komunitas persaudaraan religius mengungkapkan tanggung jawab bersama dari semua anggotanya, sebagaimana mereka berbagi dalam organisasi internal dalam pelayanan-pelayanan, yang diemban oleh tarekat untuk mewujudkan misinya. Hidup berkomunitas juga memberi kesaksian terhadap luasnya keanekaragaman anugerah dan karisma, kebutuhan dan panggilan, peranan dan pelayanan. Hal itu menunjukan bahwa tidak ada komunitas Kristiani yang dari dirinya sendiri merupakan sebuah “sel” Gereja. Oleh karena itu, komunitas harus masuk dalam totalitas Gereja dan menimba hidup dari totalitas Gereja. Ini berarti bahwa komunitas religius hidup dalam kebersamaan dengan semua unsur Gereja baik pelayan-pelayan terthabis maupun awam Darminta, 2003:23- 27. Setiap anggota Gereja dipanggil Allah untuk mencapai kesucian hidupnya. Mereka dipanggil Allah bukan berdasarkan perbuatan mereka melainkan karenanya, supaya dengan kesucian tersebut cara hidup di dunia ini menjadi lebih manusiawi Lih. Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, art. 40. Kesucian Gereja tersebut harus tampak dalam buah rahmat yang dihasilkan oleh Roh dalam hidup kaum beriman. Masing-masing anggota Gereja dapat mencapai kekudusankesempurnaan hidup melalui berbagai bentuk pilihan hidup dan karya. Ikatan persaudaraan antar anggota menjadi lebih erat, hendaknya mereka yang disebut para bruder, para rekan sekerja, atau dengan nama lain, melibatkan diri secara lebih erat dengan perihidup serta karya-karya komunitas Konsili Vatikan II, Dekrit tentang Pembaharuan Hidup Religius art. 15. Hidup bersaudara dalam arti hidup bersama dalam cintakasih merupakan lambang yang jelas bagi perekutuan gerejawi. Corak hidup itu dipraktekan secara khas dalam Tarekat-tarekat Religius dan serikat-serikat Apostolis. Di situ hidup komunitas beroleh relevansi khusus. Dimensi persekutuan persaudaraan juga tidak asing bagi institut-institut Sekular, atau bahkan bagi bentuk-bentuk hidup bakti yang dihayati secara perseorangan. Dengan hidup sebagai murid Kristus menurut Injil, mereka semua menyanggupkan diri unt uk melaksanakan “perintah baru” Tuhan, yakni saling mengasihi seperti Ia mengasihi kita bdk. Yoh 13:34. Para anggota hidup bakti, yang menjadi “sehati sejiwa” Kis 4:32 melalui cintakasih yang dicurahkan ke dalam hati mereka oleh Roh Kudus bdk. Rom 5:5, mengalami panggilan batin untuk berbagi bersama segala sesuatu: barang- barang materiil dan pengalaman-pengalaman rohani, bakat-kemampuan dan inspirasi-inspirasi, cita-cita kerasulan dan pelayanan kasih: dalam hidup berkomunitas kuasa Roh Kudus yang berkarya dalam seorang indivudu sekaligus tersalurkan kepada semua anggota. Dengan demikian dalam hidup berkomunitas dalam cara tertentu perlu menjadi jelas, bahwa lebih dari sekedar upaya untuk menunaikan perutusan khusus persekutuan persaudaraan itu ruang yang disinari oleh Allah, untuk mengalami kehadiran tersembunyi Tuhan yang bangkit mulia bdk. Mat 18:20. Berkat cintakasih timbal-balik antara semua anggota komunitas cintakasih yang dipupuk melalui sabda dan Ekaristi, dimurnikan dalam sakramen perdamaian, dan ditopang oleh doa untuk kesatuan, anugerah khusus Roh bagi mereka yang dengan patuh mendengarkan Injil. Roh Kudus sendirilah yang membimbing jiwa untuk mengalami persekutuan dengan Bapa dengan Putera-Nya Yesus Kristus bdk. 1 Yoh 1:3, dan persekutuan itu sumber hidup bersaudara. Rohlah yang membimbing komunitas-komunitas hidup bakti dalam menunaikan misi pelayanan mereka kepada Gereja dan kepada segenap umat manusia, menurut inspirasi asli mereka VC, 62-64. Membangun komunitas adalah sebuah proses untuk membentuk setiap pribadi. Setiap anggota wajib membangun diri dari dalam, saling membangun dalam kerja sama, pembicaraan, dan pergaulan, dan atas dasar itu semua anggota bersama membentuk kesatuan di bawah pembinaan seorang pemimpin. Cinta persaudaraan merupakan inspirasi yang mengatur hidup dan hubungan antara komunitas. Tak jarang mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa harus ada semangat “sehati dan sejiwa”. Maka untuk mencapai itu segala macam hal yang menyebabkan perbedaan harus dihindari, karena perpecahan inilah merupakan hambatan adanya semangat sehati dan sejiwa. Bila ada perbedaan watak, dan karenanya terjadi perbedaan-perbedaan yang mungkin mencekam, hendaknya kesatuan, damai dan cinta dipulihkan kembali dengan mengingat kembali bahwa tiap-tiap religius adalah saudara satu sama lain dan sama-sama anak-anak Bapa yang satu. Dengan demikian adapun kecenderungan-kecenderungan tertentu dalam hidup yang perlu diperhatikan yang kadang menghambat tumbuh dan berkembangnya kesatuan hati dan jiwa. Hubungan-hubungan rohani dan kerja sama timbal-balik penuh persaudaraan antara berbagai Tarekat Hidup Bakti dan Serikat-serikat Hidup Apostolis ditopang dan dimantapkan oleh kesadaran akan persatuan Gerejawi. Mereka dipersatukan oleh komitmen bersama untuk mengikuti Kristus, dan yang diilhami oleh Roh yang sama niscaya akan menampilkan secara kelihatan, ibarat ranting-ranting pada suatu pokok anggur, kepenuhan Injil cinta kasih Darminta dkk, 2008:78. Dunia telah memasuki millenium baru yang dibebani pertentangan- pertentangan dalam kemajuan ekonomi budaya dan teknologi, yang menjanjikan kemungkinan amat luas bagi kelompok kecil yang serba beruntung, sedangkan itu meninggalkan jutaaan rakyat lain bukan sekedar pada pinggiran-pinggiran kemajuan tetapi dalam kondisi hidup yang jauh di bawah minimum menurut tuntutan martabat manusia. Skenario kemelaratan melebar luas tanpa batas, selain bentuk-bentuk tradisionalnya juga pula yang lebih baru sering menyangkut sektor dan kelompok kaya-raya finansial, yang diancam oleh keputusasaan akibat tiadanya makna dalam hidup mereka, akibat kecanduan narkoba, rasa takut ditinggalkan dalam keadaan lanjut usia atau banyak penyakit, akibat marginalisasi dan diskriminasi sosial. Mereka yang mengalami penggusuran secara tidak adil oleh penguasa-penguasa yang memiliki modal, pengangguran, anak-anak jalanan, yang tidak memiliki tempat tinggal NMI, art 50. Untuk menjembatani berbagai persoalan kehidupan menggereja, Gereja menyadari kembali salah satu aspek jati dirinya sebagai persekutuan hidup beriman communio. Hidup pesekutuan ini merupakan tantangan dalam hidup menggereja, yang ditandai ileh berbagai panggilan dan fungsi. Unsur baru hidup persekutuan menggereja untuk dewasa ini ialah persekutuan dengan dunia berbagai dinamika hidupnya sebagaimana ditegaskan di dalam Gaudium et Spes. Persekutuan hidup menggereja maupun persekutuan di dalam masyarakat kiranya tidak cukup hanya dilandasi oleh kesamaan nasib, tetapi dilandasi oleh yang laing hakiki dari jati diri manusia, sebagaimana di wahyukan oleh Allah, ialah bahwa semua manusia adalah citra Allah dan seluruh alam semesta alam merupakan anugerah Allah untuk menjadi sarana membangun hidup dalam kecitraan Allah Darminta, 1993:44-46.

3. Komunitas Religius

Komunitas religius pada dasarnya merupakan komunitas rohaniah. Orang-orang yang ada di dalamnya diikat oleh panggilan Allah. Allah sendirilah yang telah mempertemukan untuk hidup bersama dalam komunitas. Yesus Kristus menjadi saudara sulung, dan Roh Kudus menjadi jiwa komunitas. Komunitas religius disebut komunitas hidup bakti. Di dalam komunitas hidup bakti para anggota membangun persekutuan religius dengan maksud ingin membaktikan seluruh hidupnya kepada Tuhan dan sesama. Setiap komunitas hidup bakti dibangun atas dasar semangat, kharisma dan latar belakang sosial budaya yang berbeda namun disatukan oleh cita-cita atau tujuan yang sama. Komunitas religius muncul dari inisiatif orang-orang yang bermaksud membaktikan diri secara penuh kepada Allah dan sesama VC, art. 72. Komunitas religius merupakan pertemuan hidup, dimana usaha perorangan untuk melaksanakan panggilan seturut kharisma khusus dihadapkan dengan tugas pengabdian sehari-hari yang ditunaikan terhadap sesama. Komunitas religius sebagai kesatuan di tengah-tengah umat Allah dapat menjadi pusat samadi, pusat liturgi atau pusat pemeliharaan dan bimbingan rohani. Komunitas dapat menjadi sumber ilmu kebudayaan dan pendidikan sumber cintakasih dan pengorbanan basis operasi bagi kesatuan gerak cepat dibidang sosial, komunikasi, evangelisasi dan pembangunan. Komunitas dapat juga hidup sebagai kesatuan yang memikirkan, memimpin dan merencanakan serta mengatur kehidupan kongregasi ataupun Gereja. Dalam semuanya itu komunitas religius hanya dapat berfungsi bila ia menempatkan diri pada tingkatan rohani, di mana ia bersatu dengan Kristus, bekerja digerakan oleh Roh Kudus Soenarjo, 1971:8. Komunitas adalah sebuah kehidupan bersama. Kehidupan bersama adalah suatu anugerah dan karunia Allah. Ciri Khas dari satu karunia Allah adalah diberikan, dihadiahkan. Komunitas sebagai karunia berarti bahwa komunitas yang dimiliki, bukanlah hasil jerih payah sendiri Martasudjita, 1999:89. Dalam komunitas biara orang mempunyai kamar sendiri-sendiri, di rumah tidak. Komunitas religius “bukan kelompok teman akrab”, sehingga hubungan dalam komunitas tidak buat-buat. Persahabatan dengan 30 atau 40 orang tidak mungkin terjadi karena hubungan dalam komunitas tidak seperti kawan atau sahabat karib. Komunitas religus bukan “perusahaan”, dimana orang berhubungan hanya untuk bekerja saja, selain itu masing-masing mempunyai tugasnya sendiri-sendiri. Komunitas religius juga bukan “tentara”, yang ditentukan dari atas menurut kebutuhan Negara. Biarpun anggota religius harus taat kepada pimpinan. Namun ketaatan anggota komunitas tidak sama dengan ketaatan tentara Jacobs, 1985: 112-113. Hidup setiap anggota komunitas harus dinyatakan dalam kebersamaan. Komunitas berarti membangun dunia sendiri sambil membangun dunia orang lain Jacobs, 1985 :114. Dalam komunitas, seseorang dipanggil untuk mencintai orang lain sebagaimana adanya, dengan luka-luka, kekurangan, dan kelebihannya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Komunitas berarti saling memberikan kemerdekaan, kepercayaan dan peneguhan. Dalam komunitas juga diharapkan untuk saling menghormati dengan cara saling mendengarkan, dalam semangat saling percaya, dan dengan mati terhadap diri sendiri sehingga orang lain dapat hidup, berkembang, dan menjadi anugerah Nouwen, 1998:25.

C. KONGREGASI SANTO

CAROLUS BORROMEUS MEMBANGUN KOMUNITAS REKONSILIATIF 1. Tantangan Hidup Berkomunitas dalam Kongregasi CB Para suster saat ini menghadapi suatu tantangan besar dalam konteks sekarang ini. Sebagai religius dalam Gereja yang hidup dalam masyarakat global sekarang ini, kehidupan dalam komunitas merupakan tanda iman dan harapan bagi sesama. Bagi para suster CB untuk menjadi pembawa damai bagi orang lain adalah harus mulai dari komunitas sendiri. Apabila pengalaman setiap suster dalam komunitas sungguh autentik, komunitas akan menjadi komunitas yang memberikan kesaksian yang efektif akan Kasih Allah. Langkah pertama ialah memulai dimana berada sejak saat ini Kapitel Umum dan Kapitel Provinsi 2005:35. Membawa damai kepada komunitas dan pelayanan kerasulan seharusnya menjadi identitas religius CB yang diutus di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan kekerasan dan korup. Damai dalam komunitas berarti bahagia dalam menjalani hidup, dalam berkarya dan dalam melakukan peziarahan hidup bersama dalam komunitas dan pelayanan kita sebagai suster-suster CB. Damai yang dimaksud adalah kedamaian spiritual dalam arti ‘compassion’ belarasa, saling mengasihi dan saling memperhatikan. Damai seharusnya menjadi misi dalam pelayanan kerasulan dimanapun para suster CB berada dan apapun bentuk pelayanannya. Para suster CB dipanggil untuk membawa damai melawan roh-roh jahat seperti: suasana antipasti, rasa benci, iri hati dan saling menyalahkan di antara oarng-orang tersebut, dan dalam keadaan seperti itu mereka meninggal satu persatu EG. 112. Bahkan dalam masyarakat, komunitas, keluarga-keluarga dan dalam Gereja pun tidak bebas dari roh- roh jahat semacam itu Kapitel Provinsi 2011:14-15. Kongregasi CB menekankan nilai pentingnya komunitas dalam kehidupan sebagai religius. Dalam keberagaman sifat dan pandangan, Tuhan telah mengumpulkan para suster CB bersama untuk berbagi kehidupan dan misi atau perutusan. Kehadiran Roh Kuduslah yang mengikat dan memungkinkan para suster CB bersatu hati dan pikiran. Komunitas adalah suatu anugerah sekaligus tugas kewajiban. Kesulitan-kesulitan yang muncul dalam menghayati cita- cita persatuan “communio” tidak dapat dihindari. Akan tetapi, justru dalam menghadapi tantangan ini komunitas menjadi ruang istimewa tempat tempat pembinaan nilai-nilai kristiani yang otentik seperti kerendahan hati, cinta dan pelayanan yang tidak berpusat pada diri sendiri, kesabaran dan pengorbanan dapat terlaksana. Tidak perlu dikatakan, dukungan diberikan, saling mendengarkan dan menemani, perubahan hati dan pengampunan yang muncul sesudah saat-saat konflik dan kesalah- pahaman, semua itu memberikan kesempatan bagi perkembangan menuju kematangan dan kekayaan cinta serta iman. Pengalaman “communio” harus meluas sampai kepada banyak orang yang dengan mereka para suster CB dapat berbagi persahabatan dan pelayanan. Oleh karena itu, para suster CB diajak untuk menciptakan suasana “welcome” kesediaan menerima tamu, dirumah-rumah sehingga saudara-saudari dapat merasakan kehadiran Roh Kudus yang memberi inspirasi dan memanggil setiap orang kepada kepenuhan hidup. Sebagai suatu pengejwantahan atas pengalaman spiritualitas, para suster CB terus mencari cara-cara untuk mewujudkan kebersamaan yang memberikan kesaksian warta gembira “communio” dalam dunia yang ditandai oleh kemiskinan, ketidaadilan, pengucilan dan kerusakan ekologis; namun yang sesungguhnya merindukan pengalaman mendalam akan kesatuan dan harmoni Kapitel Umum 2011:39 Kesatuan hidup sebagai komunitas dibangun dengan doa, baik bersama maupun pribadi, dan dipupuk dengan Ekaristi Konst. Ps. 36. Bersama-sama membangun dan mengembangkan komunitas sebagai fokus dan lokus. Yesus Kristus yang tersalib menjadi sumber kekuatan dan tujuan pelayanan suster CB. Panggilan kenabian tarekat religius untuk berpartisipasi dalam peranan kenabian Kristus amat ditekankan oleh para Bapa Sinode Bdk. VC. 84. Dimensi kenabian yang menjadi jati diri hidup bakti bersumber pada sifat radikal mengikuti Kristus. Oleh karena itu sebagai pribadi dan komunitas dipanggil dan diutus untuk menghidupi dimensi kenabian yang terwujud dalam ‘komunitas kontras’ sebagai kesaksian mistik dan gerak profetik Kapitel Provinsi 2011:42-43. Membangun hidup berkomunitas dalam communio tidaklah mudah. Perlu suatu komitmen bersama untuk mau menghayati suatu bentuk pertobatan konkret dalam hidup sehari-hari melalui tugas dan pelayanan yang dipercayakan kepada setiap anggota komunitas. Semua anggota diajak untuk berusaha menghayati hidup dalam communio kasih persaudaraan sejati yang diterima dari Allah sendiri. Namun, banyak kesulitan dan tantangan yang dialami oleh setiap pribadi untuk sungguh menghayatinya karena terbentur oleh egoisme dan kepentingan diri sendiri yang justru menghalangi pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota komunitas sebagai seorang pribadi yang dikehendaki Allah Darminta dkk, 2008:35- 36. Hidup bersama bukanlah soal yang gampang. Kadangkala setiap pribadi betul-betul ditantang untuk berkorban demi sesama. Sebagai religius dipanggil untuk hidup bersama dengan pribadi yang sudah direncanakan sebelumnya, atau dengan pribadi-pribadi yang cocok, dan juga sering tidak kenal dengan pribadi yang akan hidup bersama. Setiap orang sering berhadapan dengan pribadi yang berbeda karakter, latar belakang asal, perbedaan watak, perpedaan tingkat pendidikan semuanya itu menjadi masalah dalam hidup bersama Mujiran, 1996:267 Menjadi anggota komunitas menuntut suatu pemahaman yang bebas atas anggota atau pribadi lain dalam komunitas, termasuk pemahaman atas kecenderungan-kecenderungan afektif yang ada dalam dirinya maupun pada diri anggota-anggota lain. Dengan begitu tumbuhlah suatu hubungan pribadi terjalin dengan adanya aksi dan reaksi dalam hubungan afektif satu sama lain, dengan siapa ikatan-ikatan itu dibangun untuk hidup bersama. Taraf kesadaran yang dicapai ialah bahwa orang lain mempunyai nilai bagi dirinya. Dan kesadaran itu dijelmakan dalam sikap, perbuatan, tingkah laku yang mengatur hubungan itu. Dengan begitu kesadaran itu sendiri dapat berkembang dan dapat menumbuhkan sikap yang lebih dalam, tingkah laku dan perbuatan yang tepat, maupun pemahaman yang semakin penuh satu sama lain Darminta, 1981: 23. Realitas hidup bersama sering menimbulkan ketegangan. Mengusahakan kesatuan dan kebersamaan dalam komunitas sering tidak gampang, karena disebabkan oleh kemajemukan para anggota komunitas itu sendiri, dan mungkin disebabkan pula oleh kemajemukan tugas atau bidang pekerjaan. Kemajemukan pribadi-pribadi yang bervariasi dari suku, bahasa, kaum dan bangsa; di tambah lagi dengan perbedaan usia, tingkat perndidikan, bakat-bakat dan lain sebagainya iotu yang jelas sangat membutuhkan saling pengertian dan penerimaan yang tulus ikhlas. Sementara kemajemukan dibidang pekerjaan membutuhkan kebijaksanaan untuk menyeimbangkan kepentingan pribadi dan kebutuhan komunitas Sujoko, 1986:303.

2. Pengarahan dalam menghayati Konstitusi CB

Konstitusi merupakan sarana nyata dan konkret untuk menghayati hidup menurut Injil dan menurut kharisma kongregasi. Dengan menghayati konstitusi, sebagai religius dibantu dan diarahkan dalam menghayati hidup mengikuti Kristus. Konstitusi memberi bentuk dan pegangan konkret untuk menghayati dan mengembangkan spiritualitas Kongregasi. Konstitusi merupakan cara hidup Kongregasi yang memberi warna, wajah dan identitas konkret sebuah Kongergasi. Dengan memahami dan menghayati Konstitusi, kita mendapatkan kekuatan untuk menanggung kelemahan manusiawi dalam menghayati hidup religius Kapitel Provinsi 2011:45. Allah mengundang para suster CB untuk hidup dalam kesatuan religius yang ditandai oleh Kharisma Bunda Elisabeth Gruyters pendiri kongregasi CB Konst. Ps. 29 masing-masing yang terpanggil merupakan anugerah. Bersama-sama membangun komunitas religius dan ini menjadi tanggung jawab bersama yang menuntut setiap orang untuk senantiasa bertobat Konst. Ps. 32. Dengan saling mengampuni, saling membantu dan berunding, serta mengembangkan budaya kesetaraan, setiap orang mencari kehendak Allah melalui penegasan bersama serta dialog sehingga seluruh hidup dan perutusan sebagai suster CB menghadirkan Allah dan Kerajaan- Nya bdk. Konst. Ps. 31-32.

a. Komunitas Rekonsiliatif sebagai Pilihan

Kapitel Umum 2011 menganjurkan untuk menggiatkan hidup berkomunitas agar menjadi komunitas kontras atau yang menampilkan “budaya tandingan”yang memberikan kesaksian kasih, keadilan, dan perdamaian di dunia Kapitel Umum 2011:44.

Dokumen yang terkait

Pelayanan di tengah pergolakan : pelayanan kesehatan Suster-Suster Carolus Borromeus Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di Yogyakarta 1945-1955.

0 11 112

Makna kerendahan hati Santo Visentius A Paulo bagi hidup persaudaraan suster kasih Yesus dan Maria bunda pertolongan baik (KYM).

4 15 158

Peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster yunior Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 1 189

Meningkatkan penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut Beato Francisco Palau dalam hidup berkomunitas suster-suster Carmelite Missionaries melalui katekese.

1 25 212

Makna spiritualitas cinta kasih bagi para suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef Provinsi Indonesia tahun 2011 - USD Repository

0 0 179

Usaha meningkatkan hidup komunitas suster-suster Santo Paulus dari Chartres di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin sesuai pedoman hidup suster-suster Santo Paulus dari Chartres melalui katekese Modelshared Christian Praxis - USD Repository

0 0 182

USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARA SUSTER YUNIOR SUSTER-SUSTER CINTAKASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS RAYON DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM BERKATEKESE UNTUK MENGEMBAN MISI GEREJA DENGAN MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS SKRIPSI

0 0 198

Upaya pengembangan pemahaman dan penghayatan karisma Bunda Elisabeth pada suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus, agar mereka mampu melakukan penanaman nilai dalam pendampingan remaja asrama SMA Stella Duce 1 Supadi, Yogyakarta - USD Repository

0 0 237

Pengampunan dan kerjasama sebagai kekuatan dalam upaya membangun hidup berkomunitas suster-suster Amalkasih Darah Mulia melalui katekese - USD Repository

0 2 176

PERANAN HIDUP DOA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidi

0 3 187