Daftar Singkatan Kitab Suci Singkatan Dokumen Gereja
pribadi EG. 108, 112, 117, 149. Zaman yang semakin penuh dengan kekerasan ini menuntut setiap orang untuk menjadi pengemban rekonsiliasi
dalam dunia yang terluka ini. Hal ini seharusnya menjadi bagian dari suster CB seperti yang sudah diteladankan oleh Yesus dan Bunda Elisabeth untuk
menjadi seorang pengemban rekonsiliatif. Membawa damai kepada pelayanan kerasulan seharusnya menjadi identitas religius CB yang diutus di
tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan kekerasan dan korupsi. Namun karena kelemahan manusiawi maka perutusan Suster CB di tengah
dunia semakin hari nilai pengampunan ini semakin terkikis dalam hidup berkomunitas maupun kehadirannya dalam perutusan karya Kongregasi.
Dalam kehidupan para suster CB, kadang mengabaikan nilai pengampunan ini. Hal ini nampak ketika hidup bersama dengan suster yang lain dalam
hidup berkomunitas atau pun dalam karya perutusan Kongregasi yaitu ketika berhadapan dengan rekan kerja. Bunda Elisabeth pendiri Kongregasi
tersentuh dengan penderitaan manusia, dengan demikian juga bahwa sebagai suster CB diutus di “tengah dunia yang terluka” dipanggil untuk
mengambil bagian dalam perutusan penyelamatan-Nya dalam semangat pendiri yakni menampakkan kasih Kristus yang berbelarasa terutama bagi
yang miskin, lemah, menderita, dan berkesesakan hidup. Jika nilai ini dihayati dan dihidupi oleh Suster CB, maka wajah Allah semakin nampak
dalam hidup para suster CB yang menjadi alat penyalur kasih Tuhan bagi sesama melalui kehadirannya yang membawa harapan dan pendamaian.
Bertolak dari situasi di atas penulis terdorong untuk semakin mendalami makna pengampunan yang dimiliki oleh Bunda Elisabeth dalam
menanggapi panggilan Allah sebagai seorang religius CB. Dengan demikian penulis
mengajukan proposal
skripsi dengan
tema “MAKNA
PENGAMPUNAN DALAM HIDUP BERKOMUNITAS SUSTER- SUSTER CINTAKASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS CB”