keterlibatan baru. Maka sejak awal orientasi pendekatan ini pada “praxis” peserta.
1. Pengertian Shared Christian Praxis
a. Praxis Praxis
artinya“Praktek” lawan dari teori, yang bukan hanya dipraktek saja tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan, praxis mengacu pada
tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup yang meliputi kesatuan antara praktek dan teori. Praxis mempunyai tiga unsur
pembentuk yang saling berkaitan Sumarno, 2013:15. 1 Aktivitas
Aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik bersama yang semuanya
merupakan medan masa kini untuk perwujudan diri manusia Sumarno, 2013:15.
2 Refleksi Kegiatan atau tindakan yang telah dilakukan direfleksikan terhadap pribadi
dan juga kehidupan bersama, serta terhadap Tradisi dan Visi iman Kristiani Sumarno, 2013:15.
3 Kreativitas Merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang menekankan sifat
transenden manusia dalam dinamika menuju masa depan untuk praxis baru Sumarno, 2013: 15.
b. Christian Tradisi dan visi Kristiani dapat ditekankan agar iman umat semakin
mendalam dan diperkaya sehingga situasi umat di zaman sekarang dapat terjangkau.
Tradisi Kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat yang hidup yang merupakan jawaban atas wahyu Allah yang terlaksana dalam kehidupan
manusia. Tradisi Kristiani merupakan sabda yang harus dihayati yang bertujuan untuk memupuk identitas Kristiani dan memberikan inpirasi
seturut nilai-nilai Kristiani. Ada berbagai macam kekayaan iman Kristiani seperti: Kitab Suci, sakramen, liturgi, reflkesi telogis dan spiritualitas
Kristiani. Visi Kristiani menekankan tuntutan dan tanggung jawab perutusan
seorang Kristiani demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dunia. Visi ini menunjukkan proses kehidupan umat Kristiani yang berkesinambungan
dan bersifat dinamis yang mengundang penilaian, penegasan dan keputusan. Visi Kristiani dapat menjadi sarana untuk berkomunikasi dan
menumbuhkan kesatuan hati sebagai jemaat beriman. Dalam komunikasi iman, pengalaman hidup nyata perlu diintagrasikan ke dalam Tradisi dan
visi Kristiani agar dapat memahami dan memaknai hidup menurut nilai-nilai Kristiani Groome, 1997:2-3.
c. Shared Di dalam katekese model SCP adaShared atau sharing atau dialog
yang berarti berbagi pengalaman iman yang dialami. Maka sikap yang dibutuhkan di dalam sharing pengalaman ini adalah mendengarkan,
menghargai, rendah hati, terbuka agar pengalaman yang dibagikan tersebut dapat meneguhkan orang yang mendengar dan juga pengalaman yang
didengar dari orang lain dapat meneguhkan dan menguatkan hati untuk semakin beriman kepada Yesus Kristus. Seperti yang dikatakan oleh Romo
M. Sumarno SJ bahwa Sharing berarti berbagi rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain Sumarno,
2013: 16.
2. Langkah-Langkah Shared Christian Praxis SCP
Thomas H. Groome mengemukakan 5 lima langkah pokok katekese model Shared Christian Praxis yang disadur oleh Romo M. Sumarno SJ Sumarno,
2013: 19-22. Berikut langkah-langkahnya:
a. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta
Kekhasan di dalam langkah pertama ini adalah sharing pengalaman dari peserta katekese. Pengalaman yang sungguh-sungguh dialami
diungkapkan oleh peserta dan peserta yang lain dapat mendengarkan. Hal ini bukan merupakan suatu laporan, oleh karena itu tidak boleh ditanggapi
oleh pemandu katekese. Tetapi pemandu hanya berperan sebagai fasilitator untuk menciptakan suasana pertemuan menjadi hangat dan mendukung
peserta untuk membagikan praxis hidupnya agar pengungkapan pengalaman terarah pada tema dan tujuan katekese. Sikap yang harus disadari oleh
pemandu katekese dalam langkah ini adalah ramah, sabar, hormat, peka pada latar belakang keadaan dan permasalahan peserta; katakan pada peserta
bahwa mereka boleh memilih pertanyaan yang cocok Sumarno, 2013:19.
b. Langkah II: Refleksi Kritis Atas Sharing Pengalaman Hidup Peserta Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
Pengalaman iman yang telah diungkapkan di dalam langkah pertama, direfleksikan di dalam langkah ini, maka peserta diberi dukungan
atau motiasi untuk lebih kritis, analitis dan kreatif untuk merefleksikan pengalaman yang telah dialami tersebut.
Tanggungjawab pemandu katekese adalah yang pertama,
menciptakan suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sumbang saran peserta; kedua, mengundang refleksi kristis
setiap peserta; ketiga, mendorong peserta supaya mengadakan dialog dan penegasan bersama yang bertujuan memperdalam, menguji pemahaman,
kenangan dan imajinasi peserta; keempat, mengajak setiap setiap peserta untuk berbicara tapi tidak memaksa; kelima, menggunakan pertanyaan yang
menggali tidak menginterogasi dan mengganggu harga diri dan apa yang dirahasiakan peserta; keenam, menyadari kondisi peserta, lebih-lebih
mereka yang tidak bisa melakukan refleksi kritis terhadap pengalaman hidupnya Sumarno, 2013:20.
c. Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Terjangkau Menggali Pengalaman Iman Kristiani
Pemandu katekese dapat menyampaikan tafsiran Kitab Suci sesuai dengan tema, tetapi tidak menutup kemungkinan bagi peserta untuk
mengungkapkan pemahamannya tentang ayat-ayat Kitab Suci tesebut. Inti tafsiran Kitab Suci juga harus berkaitan dengan kehidupan peserta yang
konteks dan latar belakang kebudayaan yang berlainan. Peranan pemandu katekese ini perlu: pertama, menghormati Tradisi dan visi Kristiani yang
otentik dan normatif; Kedua, cara dan isi tafsiran bertujuan memberi informasi dan membantu peserta agar nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani
menjadi miliknya; Ketiga, menggunakan metode yang tepat. Pembimbing atau pemandu bisa menggunakan metode diskusi kelompok, memanfaatkan
produk-produk audio-visual atau media murah; Keempat, bersikap tidak mendikte tetapi mengantar peserta ke tingkat kesadaran, tidak mengulang-
ulang rumusan, tidak bersikap sebagai “guru”, adakalanya bersikap sebagai “murid” yang siap belajar; Kelima, tafsiran dari pemandu mengikutsertakan
kesaksian iman, harapan, dan hidupnya sendiri; Keenam, harus membuat