PENGAMPUNAN DAN REKONSILIASI 1. Makna pengampunan dalam hidup berkomunitas Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus.

dan penataan kemanusiaan berdasarkan rasa kemanusiaan terdalam. Tindakan rekonsiliatif serta penuh belas kasih merupakan seruan kembali kepada kemanusiaan, menghidupkan rasa perikemanusiaan dan keadilan. Dengan demikian tujuan tindakan rekonsiliatif dan penuh rasa belas kasih bukanlah mengalahkan atau menghina tetapi untuk pertobatan, menghapus permusuhan bukan musuh Darminta 1993:58.

B. YESUS SANG PENGAMPUN 1.

Ajaran Yesus Dalam Doa Bapa Kami Seperti ini bukanlah satu- satunya dalam ajaran Yesus: “Haruslah kamu sempurna, seperti Bapamu, seperti Bapamu yang ada disurga adalah sempurna” Mat 5:48. “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” Luk 6:36. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu” Yoh 13:34. Tidaklah mungkin mengikuti perintah Tuhan, andaikata itu berarti mengikuti contoh ilahi secara lahiriah. Tetapi disini dimaksudkan satu keikutsertaan yang hidup “keluar dari kedalaman hati”, pada kekudusan, kerahiman dan cinta Allah kita. Hanya Roh, yang dariNya kita “hidup” Gal 5:25, dapat membuat sikap Yesus menjadi sikap “kita”. Kesatuan pengampunan menjadi mungkin, apabila kita saling mengampuni, “sebagaimana Allah didalam Kristus telah mengampuni kamu” Ef 4:32. Dengan demikian kata-kata Tuhan mengenai pengampunan, artinya cinta yang mencintai sampai kesudahnnya, menjadi hidup KGK, 1995:711. “Ampunilah kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami”. Melalui doa Bapa Kami ini mau menyadarkan manusia bahwa sebenarnya hidup tergantung sepenuhnya pada Allah, tetapi setiap kali manusia bertindak seolah-olah berkuasa sendiri atas segala-galanya. Atas dasar kesadaran itu manusia memohon agar Allah membebaskan utang kepada-Nya. Ini adalah rahmat yang amat besar, karena manusia tidak mampu membebaskan dirinya sendiri dari dosa-dosa. Dalam doa ini Yesus secara mendasar menghubungkan kesalahan-kesalahan manusia terhadap sesama. Agar dapat menerima pengampunan dari Allah, manusia dituntut saling mengampuni bdk. Mat 5:7; 6; 14-15; Mrk 11:25. Meskipun demikian pengampunan yang berikan kepada sesama tidak boleh dipandang sebagai syarat atau membuat seseorang mempunyai hak atas pengampunan Allah. Pengampunan kepada sesama, pertama-tama, merupakan tanda ketulusan dan kesungguhan untuk mohon ampun kepada Allah. Pengampunan Allah sendiri adalah rahmat yang diberikan atas dasar kasih dan kesetiaan-Nya bdk. Yes 55:6-7 ; Dan 9:18-19 Iman Katolik, 206-207. Hubungan awal antara manusia dan Allah oleh para Bapa Gereja digambarkan sebagai dalam suasana “berbicara merdeka”. Suatu komunikasi dengan Allah tanpa takut, penuh keakraban, tanpa ada pura- puaraan, tanpa topeng dan permainan. Manusia mampu berkomuniksi murni dan intim dengan Allah. Dengan menyebut Allah Bapa, Yesus menawarkan suatu proses penyembuhan dari segala luka karena berbagai sebab, seperti kurang kasih, kurang kelembutan, kurang persaudaraan, kurang aman dan lain sebagainya. Bapa memberi jawaban atas segala kekurangan yang dimiliki manusia dalam hidup ini. Tetapi hal ini memang tidak mudah, terutama bagi mereka yang tak mengalami figur Bapa yang cukup sehat dan mengesan Mat 23:37. Tetapi yang jelas tantangan pula bagi mereka yang tidak memiliki atau mengalami figur Bapa dan ibu yang baik. Bagaimanapun juga sulitnya, ajakan Yesus menyebut Allah Bapa menjanjikan banyak hal bagi manusia yang terluka, meski untuk itu orang sering harus melalui proses panjang dan menyakitkan. Dengan sebutan ini manusia dikembalikan pula dalam persaudaraan, karena diajak untuk berseru bersama Bapa Kami Darminta, 1992:16-17. Doa Bapa Kami merupakan doa tahun iubileum. Doa yang menuju untuk terealisasinya pemebebasan dari keadaan yang tidak manusiawi, ketidakadilan dan penindasan, hidup dalam zaman rekonsiliasi dan pemulihan martabat hidup manusia. Itulah yang dilakukan oleh Yesus seperti makan bersama dengan orang pendosa, tidak menghukum pelacur, menyembuhkan penyakit, memanggil orang berdosa Darminta, 1992:41.

2. Yesus Sebagai Pengampun dalam Salib-Nya

Dengan cinta kasih-Nya yang tak berkesudahan, Yesus bersabda, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” Yoh 15:13. Penderitaan dan wafat- Nya di kayu salib merupakan wujud cinta kasih-Nya yang tiada batas. Dengan tulus hati Yesus mengorbankan diri-Nya demi keselamatan seluruh umat yang di kasihi-Nya. Cinta sejati tidak mengenal alasan, tidak memiliki ukuran, tidak menciptakan batas-batas, tidak menghitung-hitung, tidak mengingat kesalahan, dan tidak memaksakan aneka, macam persyaratan. Yesus selalu bertindak atas dasar cinta. Dari kediaman Allah Tritunggal, Yesus membawa kepada manusia cinta yang besar dan tidak terbatas, yaitu cinta ilahi yang merangkul segalanya. Cintakasih kasih Yesus mendorong manusia untuk mensyukuri, menanggapi, dan selanjutnya membagikannya kepada orang-orang yang dicintainya. Sebagai murid-murid-Nya manusia sekalian diundang dan sekaligus dimampukan oleh-Nya untuk mengasihi saudara-saudari dengan tulus seperti Yesus. Cinta sejati yang rela berkorban sekaligus merupakan cinta yang tulus, yaitu cinta yang mengalir dari hati yang jujur, bersih dari pamrih-pamrih pribadi. Cinta semacam ini bebas dari rasa senang atau tidak dan bebas dari keinginan untuk memaksakan syarat- syarat tertentu. Cinta yang tulus membuat orang bertobat dari perbuatannya yang jahat. Cinta yang tulus, kecuali membuat orang yang dicintainya bersukacita, juga membuat diri sendiri merasa bahagia. Untuk itu, perlu belajar mencintai dengan tulus, belajar membuka hati, belajar untuk berkorban, dan belajar untuk lebih mencintai dengan tulus seperti Yesus mencintai manusia Heryatno, 2014:21. Yesus memberikan kepenuhan arti baru kepada seluruh umat manusia dengan menjadikan tubuh-Nya yang hancur menjadi jalan penyembuhan, pembebasan, dan kehidupan baru. Dengan demikian seperti halnya Yesus, orang yang memaklumkan pembebasan dipanggil tidak hanya untuk merawat luka-lukanya sendiri dan luka-luka orang lain, akan tetapi menjadikan luka-luka-Nya sendiri sumber kekuatan penyembuhannya Nouwen, 1989:80. Kalau seseorang tidak takut untuk masuk ke dalam diri batin sendiri dan memusatkan perhatian pada gerak jiwa sendiri, orang akan mengetahui bahwa hidup berarti dicintai. Pengalaman ini mengatakan kepada setiap orang bahwa manusia hanya dapat mencintai karena dilahirkan oleh kasih; bahwa orang hanya dapat memberi karena hidup seseorang adalah anugerah; dan bahwa seseorang hanya dapat membuat orang lain bebas karena sudah dibebaskan oleh Dia, yang hati-Nya jauh lebih besar daripada hati manusia Nouwen, 1989: 87. Persahabatan yang kuat terjadi bila saling mengasihi secara tulus, karena percaya bahwa Allah telah mengasihi manusia bdk 1 Yoh 4:10. Mengasihi saudara terutama yang paling hina adalah perintah Allah bdk Yoh15:9; Mat 25:31-46. Perintah Allah bukanlah sekedar himbauan yang dapat ditanggapi secara sukarela. Karena itu, sikap paling tepat sebagai pengikut Kristus adalah menuruti perintah- Nya. “Barang siapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam dalam Allah dan Allah diam didalam Dia” 1 Yoh 3:24; bdk. Yoh 15:9-17. Kasih yang tulus merupakan karunia Allah yang menyelamatkan semua orang bdk. Tit 2:11. Maka terhadap kekerasan yang terjadi dalam hidup bersama hendaknya berjuang untuk menyingkirkannya secara aktif tanpa kekerasan. Dengan kasih yang tulus, seseorang berkehendak memutus lingkaran balas dendam Ardas, 2001- 2005:20. Kedamaian merasuki hati dan jiwa saat cinta Tuhan yang penuh pengampunan, belas kasihan, dan kemurahan hati membersihkan dosa-dosa manusia. Ia selalu mengulurkan tangan-Nya untuk merangkul manusia. Tuhan selalu mengulurkan tangan-Nya untuk menuntun dan membimbing manusia. Tuhan selalu menerima dengan penuh cinta, apa pun dan bagaimana pun keadaan manusia. Tuhan Yesus meyakinkan bahwa Ia akan mengampuni siapa pun yang datang kepada-Nya. Pengampunan-Nya akan mendatangkan kedamaian yang tak dapat diberikan oleh dunia Riyanto, 2004:92-93.

3. Hidup Berkomunitas Menurut Mateus 18:1-20

Para murid diajak untuk membangun komunitas beriman secara benar Mat 18:1-5, tidak saling memberi batu sandungan Mat 18:6-11, bahkan justru mencari dan menemukan yang hilang dan menjauh Mat 18:12-14, memberi sumbangan demi kebaikan sesama Mat 18:15-20. Hal ini yang dikehendaki oleh Yesus dalam membangun komunitas para murid. Dengan demikian para murid juga ditantang oleh Yesus untuk mengenakan kebijaksanaan dan tanggung jawab yaitu seorang yang dekat dengan Allah, karena kedekatan dengan Allah itulah yang memberikan kemerdekaan,

Dokumen yang terkait

Pelayanan di tengah pergolakan : pelayanan kesehatan Suster-Suster Carolus Borromeus Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di Yogyakarta 1945-1955.

0 11 112

Makna kerendahan hati Santo Visentius A Paulo bagi hidup persaudaraan suster kasih Yesus dan Maria bunda pertolongan baik (KYM).

4 15 158

Peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster yunior Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 1 189

Meningkatkan penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut Beato Francisco Palau dalam hidup berkomunitas suster-suster Carmelite Missionaries melalui katekese.

1 25 212

Makna spiritualitas cinta kasih bagi para suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef Provinsi Indonesia tahun 2011 - USD Repository

0 0 179

Usaha meningkatkan hidup komunitas suster-suster Santo Paulus dari Chartres di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin sesuai pedoman hidup suster-suster Santo Paulus dari Chartres melalui katekese Modelshared Christian Praxis - USD Repository

0 0 182

USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARA SUSTER YUNIOR SUSTER-SUSTER CINTAKASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS RAYON DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM BERKATEKESE UNTUK MENGEMBAN MISI GEREJA DENGAN MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS SKRIPSI

0 0 198

Upaya pengembangan pemahaman dan penghayatan karisma Bunda Elisabeth pada suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus, agar mereka mampu melakukan penanaman nilai dalam pendampingan remaja asrama SMA Stella Duce 1 Supadi, Yogyakarta - USD Repository

0 0 237

Pengampunan dan kerjasama sebagai kekuatan dalam upaya membangun hidup berkomunitas suster-suster Amalkasih Darah Mulia melalui katekese - USD Repository

0 2 176

PERANAN HIDUP DOA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidi

0 3 187