23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian  ini  termasuk  jenis  penelitian  eksperimental  murni  dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini antara lain : a.  Variabel bebas :
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis infusa daun M. tanarius yang  dibuat  dalam  tiga  peringkat  dosis.  Dosis  infusa  daun  M.  tanarius  adalah
volume ml  infusa daun  M. tanarius tiap  satuan  kg berat  badan  hewan uji  yang bersangkutan.
b. Variabel tergantung : Variabel  tergantung  pada  penelitian  ini  adalah  kadar  ALT-AST  serum
pada tikus  jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida CCl
4
setelah pemberian infusa daun M. tanarius.
c.  Variabel pengacau terkendali : 1  Kondisi  hewan  uji,  yaitu  menggunakan  tikus  berjenis  kelamin  jantan,
dengan galur Wistar, berat badan 150-250, umur 2-3 bulan
2  Frekuensi  pemberian  infusa  daun  M.  tanarius,  diberikan  1x  selama  6 hari berturut-turut pada waktu pemberian yang sama.
3  Cara  pemberian  senyawa  uji  dilakukan  secara  peroral  dan  pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida diberikan secara intraperitonial.
4  Bahan  uji  yang  digunakan  berupa  daun  M.  tanarius  yang  diambil  di kebun  obat  Universitas  Sanata  Dharma  dan  diambil  pada  bulan  Mei
2012. d. Variabel pengacau tidak terkendali :
Variabel  pengacau  yang  tidak  terkendali  pada  penelitian  ini  adalah kondisi patofisiologis hewan uji.
2. Definisi operasional
a.  Infusa  daun  M.  tanarius,  merupakan  hasil  infudasi  50,0  g  sebuk  kering daun  M.  tanarius  dalam  200,0  ml  air    pada  suhu  90
C  selama  15  menit. Serkai  selagi  panas  dengan  kain  flannel,  kemudian  diuapkan  dengan
waterbath  hingga  bobot  infusa  mencapai  bobot  yang  sama  dengan  bobot serbuk  kering  daun  M.  tanarius  yang  sebelumnya  diinfudasi  sehingga
diperoleh infusa daun M. tanarius 100. b. Efek  hepatoprotektif  infusa  daun  M.  tanarius,  merupakan  kemampuan
infusa daun  M. tanarius  untuk dapat melindungi  hati dari adanya  induksi suatu hepatotoksin.
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
a.  Hewan  uji  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  tikus  jantan  galur Wistar  dengan  range  berat  badan  150-250  g  dan  umur  2-3  bulan  yang
diperoleh  dari  Laboratorium  Imono  Fakultas  Farmasi  Universitas  Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Bahan uji  yang digunakan adalah daun tanaman  M. tanarius  yang diambil dari Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
pada bulan Mei 2012.
2. Bahan kimia
a.  Bahan  hepatotoksin  yang  digunakan  adalah  karbon  tetraklorida  yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma dalam pelarut olive oil Bertolli. b. Pelarut  untuk  sediaan  uji  infusa  adalah  aquadest  yang  diperoleh  dari
Laboratorium  Farmakologi-Toksikologi  Fakultas  Farmasi  Universitas Sanata Dharma.
c.  Reagen  serum  ALT  yang  digunakan  adalah  reagen  serum  ALT  diasys, dengan komposisi sebagai berikut .
Tabel II . Komposisi reagen serum ALT diasys
Komposisi Jumlah
R1
TRIS  pH 7.15 140 mmolL
L-Alanine 700 mmolL
LDH lactate dehydrogenase
2300 UL
R2
2-Oxoglutarate 85 mmolL
NADH 1 mmolL
Pyridoxal-5-phosphate FS :
Good’s buffer pH
9.6 100 mmolL
Pyridoxal-5-phosphate 13 mmolL
d. Reagen  serum  AST  yang  digunakan  adalah  reagen  serum  AST  diasys, dengan komposisi sebagai berikut .
Tabel III . Komposisi reagen serum AST diasys
Komposisi Jumlah
R1
TRIS  pH 7.65 110 mmolL
L-Aspartate 320 mmolL
MDH malate dehydrogenase
800 UL LDH lactate
dehydrogenase 1200 UL
R2
2-Oxoglutarate 65 mmolL
NADH 1 mmolL
Pyridoxal-5-phosphate FS :
Good’s buffer pH
9.6 100 mmolL
Pyridoxal-5-phosphate 13 mmolL
e.  Kontrol  serum  Cobas  PreciControl  ClinChem  Multi  1  RocheHitachi analyzer digunakan sebagai kontrol serum dalam validasi pengujian kadar
ALT-AST serum. f.  Aqua  bidestilata  yang  digunakan  sebagai  blanko  dalam  pengukuran  kadar
ALT-AST serum diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
g. Olive oil Bertolli sebagai kontrol negatif.
D. Alat Penelitian
1. Alat pembuatan serbuk daun M. tanarius
Alat yang digunakan untuk pembuatan serbuk daun M. tanarius meliputi oven, mesin penyerbuk, dan timbangan analitik Mettler Toledo.
2. Alat pembuatan infusa daun M. tanarius
Alat  yang  digunakan  untuk  pembuatan  infusa  M.  tanarius  meliputi seperangkat alat gelas Bekker glass Iwaki Pyrex, gelas ukur Iwaki Pyrex, dan
batang pengaduk, cawan porselin, panci lapis alumunium, penangas air Memert, termometer, timbangan analitik Mettler Toledo, stopwatch, dan kain flanel.
3. Alat pengukuran kadar ALT-AST serum
Alat  yang  digunakan  dalam  pengukuran  meliputi  seperangkat  alat  gelas Bekker glass Iwaki  Pyrex, gelas ukur Iwaki  Pyrex,  tabung reaksi dan  batang
pengaduk,  timbangan  analitik  Mettler  Toledo,  spuit  injeksi  intraperitonial  dan peroral  untuk  tikus  Terumo,  pipa  kapiler,  Eppendrof,  vortex  Genie  Wilten,
sentrifuge Centurium Scientific, stopwatch dan Microlab 200 Merck.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman M. tanarius dilakukan dengan mencocokan ciri-ciri tanaman  M.  tanarius  dengan  buku  acuan  Backer  dan  Bakhuizen,  1963.
Determinasi  dilakukan  oleh  Bapak  Yohanes  Dwiatmaka,  M.Si.,  dosen  Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Pengumpulan bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun M. tanarius yang masih segar dan berwarna  hijau,  dipetik  dari  Kebun  Obat  Fakultas  Farmasi  Universitas  Sanata
Dharma Yogyakarta pada bulan Mei 2012.
3. Pembuatan serbuk
Daun  segar  M.  tanarius  yang  telah  dipetik  dicuci  bersih  dan  dikering anginkan. Setelah kering daun dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 50
o
C, dan disimpan  selama  24  jam.  Setelah  daun  benar-benar  kering  jika  diremas  timbul
bunyi  renyah,  daun  kemudian  diserbuk  dan  diayak  dengan  ayakan  no.40 Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1989 untuk memperkecil luas
permukaan agar mempermudah mengeluarkan kandungan fitokimianya.
4. Penetapan kadar air simplisia serbuk kering daun M. tanarius
Penetapan  kadar  air  dilakukan  termopan,  yaitu  dengan  menguji  susut penguapan dari simplisia serbuk daun  M.tanarius Direktorat Jenderal Pengawas
Obat  dan  Makanan,  1989.  Alat  yang  digunakan  pada  uji  ini  adalah  Moisture Balance
yang  terdapat  di  Laboratorium  Kimia  Analisis,  Fakultas  Farmasi, Universitas  Sanata  Dharma.  Pengujian  dilakukan  dengan  cara  memasukkan
sampel  +  5  g  sampel  dan  menimbang  bobot  simplisia  sebagai  bobot  sebelum pemanasan  bobot  a.  Kemudian  alat  dipanaskan  pada  suhu  110
C  selama  15 menit,  dan  setelah  menimbang  bobot  simplisia  setelah  pemanasan  bobot  b.
Selisih bobot a dan b merupakan kadar air dari simplisia yang diselidiki.
5. Pembuatan infusa daun M. tanarius
Untuk  membuat  infusa  daun  M.  tanarius  dengan  konsentrasi  100 dimulai  dengan  mengambil  50,0  g  serbuk  kering  daun  M.  tanarius  ditambahkan
200,0  ml  air.  Campuran  kemudian  dipanaskan  di  atas  heater  dengan  suhu  90 C
selama 15 menit. Waktu 15 menit dihitung ketika suhu telah mencapai 90 C, lalu
disaring  menggunakan  kain  flanel  untuk  memisahkan  infusa  dan  ampasnya. Kemudian infusa diuapkan di atas waterbath sampai diperoleh bobot infusa sama
dengan  bobot  serbuk  kering  daun  M.  tanarius  yang  digunakan  untuk  membuat infus.
6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida 50
Berdasarkan  penelitian  Janakat  dan  Al-Merie  2002,  larutan  karbon tetraklorida dibuat dalam konsentrasi 50 dalam pelarut olive oil. Larutan karbon
tetraklorida dalam olive oil dibuat dengan cara mencampurkan karbon tetraklorida dan olive oil dengan perbandingan volume 1:1.
7. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis infusa daun M. tanarius
Penetapan  dosis  pemberian  infusa  daun  M.  tanarius  mengacu  pada penelitian Mahendra dan Hendra 2011 yang menyatakan dosis M. tanarius yang
diberikan adalah 2,5; 5; dan 10 gkg.
b. Penetapan dosis hepatotoksin CCl
4
Penetapan    dosis  karbon  tetraklorida  dilakukan  untuk  mengetahui  pada dosis berapa karbon tetraklorida  mampu  menyebabkan kerusakan  hati tikus  yang
ditandai  dengan  peningkatan  aktivitas  ALT  dan  AST-serum  paling  tinggi.  Dosis hepatotoksik  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  mengacu  pada  penelitian
Janakat  dan  Al-Merie  2002,  bahwa  dosis  2  mlkg  BB  pada  konsentrasi  50 telah  terbukti  mampu  meningkatkan  aktivitas  ALT-AST  serum  pada  tikus  bila
diberikan secara intraperitonial i.p. c.
Penetapan waktu cuplikan darah Penelitian  Janakat  dan    Al-Merie  2002  mengenai  optimasi  dosis,  rute
pemberian,  dan  karakteristik  waktu  pemberian  karbon  tetraklorida  sebagai hepatotoksin  menunjukkan  bahwa  aktivitas  ALT-AST  serum  tikus  terinduksi
karbon  tetraklorida  2  mlkgBB  mencapai  maksimal  pada  jam  ke-24  setelah pemberiannya,  kemudian  pada  jam  ke-48  berangsur-angsur  menurun.  Untuk
mendapatkan  waktu  cuplikan  darah  paling  optimum  dilakukan  orientasi  dengan cara  membagi  tikus  dalam  tiga  kelompok  masing-masing  lima  ekor  dengan
waktu cuplikan 0, 24 dan 48 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida kemudian diukur aktivitas ALT-AST serumnya.
8. Pengelompokan hewan uji
Sebanyak  tiga  puluh  ekor  tikus  dibagi  secara  acak  ke  dalam  enam kelompok  perlakuan  masing-masing  kelompok  lima  ekor  tikus.  Kelompok  I
kontrol  negatif  diberi  olive  oil  dengan  dosis  2  mlkgBB  secara  intraperitonial i.p. Kelompok II kontrol hepatotoksin diberi larutan karbon tetraklorida 50 2
mlkgBB secara i.p. Kelompok III kontrol infusa diberi infusa daun M. tanarius dosis 10 gkgBB secara peroral. Kelompok IV-VI berturut-turut diberi infusa daun
M. tanarius secara oral dengan dosis  berturut-turut 2,5; 5; dan 10 gkgBB sekali sehari selama enam hari berturut-turut kemudian pada hari ke tujuh diberi larutan
karbon  tetraklorida  50  dosis  2  mlkgBB  secara  i.p.  Kemudian  kelompok  I-VI diambil  darahnya  melalui  sinus  orbitalis  mata  sesuai  hasil  orientasi  waktu
penetapan pencuplikan darah, lalu diukur aktivitas ALT dan AST-nya.
9. Pembuatan serum
Darah diambil dari  sinus orbitalis  mata  tikus kemudian ditampung pada tabung  Eppendrof  dan  didiamkan  selama  15  menit.  Setelah  itu  darah
disentrifugasi  selama  10  menit  dengan  kecepatan  3500  ppm.  Bagian  supernatan bening diambil.
10. Pengukuran aktivitas ALT-AST serum
Alat  yang digunakan untuk  menganalisis aktivitas ALT dan  AST serum adalah  Mikrolab  200  Merck  di  Laboratorium  Biokimia-Fisiologi  Manusia
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, dan hasil dinyatakan dengan satuan UL.  Sebelum  melakukan  pengukuran  sampel  dilakukan  validasi  alat
menggunakan  kontrol  serum  dengan  range  33,9-48,9  UL.  Analisis  dilakukan dengan  cara  mencampur  100  µL  serum  dengan  800  µL  reagen  I,  kemudian
dicampurkan  200  µL  reagen  II  dan  dibaca  serapannya  setelah  satu  menit. Pengukuran  aktivitas  serum  ALT  dan  AST  dilakukan  di  laboratorium  Biokimia-
Fisiologi  Manusia,  Fakultas  Farmasi,  Universitas  Sanata  Dharma,  Yogyakarta. Adanya  hasil  pengukuran  aktivitas  ALT-AST  serum  maka  dapat  ditentukan
pengaruh infusa daun M. tanarius dalam melindungi hati dengan menghitung efek hepatoprotektifnya menggunakan rumus sebagai berikut :
  
 
100 CCl
in hepatotoks
kontrol serum
- ALT
Aktivitas perlakuan
serum -
ALT Aktivitas
CCl in
hepatotoks kontrol
serum -
ALT Aktivitas
4 4
x 
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data  aktivitas  serum  ALT  dan  AST  dianalisis  dengan  metode Kolmogorov Smirnov untuk melihat distribusi data tiap kelompok. Jika didapatkan
distribusi  data  yang  normal  maka  dilanjutkan  dengan  analisis  pola  searah  One Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95 dan  dilanjutkan dengan uji  Scheffe
atau  Tamhane  untuk  melihat  perbedaan  antar  kelompok  bermakna  signifikan p0,05  atau  tidak  bermakna  tidak  signifikan  p0,05.  Akan  tetapi  bila
didapatkan  distribusi  tidak  normal,  maka  dilakukan  analisis  dengan  uji  Kruskal Wallis  untuk  mengetahui  perbedaan  aktivitas  serum  ALT  dan  AST  antar
kelompok.  Setelah  itu,  dilanjutkan  uji  dengan  Mann  Whitney  untuk  melihat perbedaan tiap kelompok.
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyiapan Bahan Uji
1. Hasil determinasi tanaman
Penelitian  ini  menggunakan  serbuk  kering  daun  M.  tanarius  .  Sebelum melakukan  penelitian  lebih  lanjut  perlu  dilakukan  determinasi  terlebih  dahulu
untuk  memastikan  bahwa  bagian  tanaman  yang  digunakan  benar  berasal  dari tanaman M. tanarius  sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penyiapan bahan uji
penelitian.  Determinasi  dilakukan  di  Laboratorium  Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Determinasi ini dilakukan dengna mencocokan ciri tanaman dengan buku acuan  yang  tersedia  Backer  dan  Bakhuizen,  1963  sampai  ke  tingkat  spesies.
Hasil  determinasi  menunjukan  bahwa  tanaman  yang  diambil  memang  benar tanaman Macaranga tanarius L.
2. Penetapan kadar air serbuk kering M. tanarius
Penetapan  kadar  air  perlu  dilakukan  dengan  tujuan  untuk  memastikan bahwa  serbuk kering  yang digunakan  memiliki kandungan air sesuai persyaratan
serbuk simplisia yang baik, yaitu kurang dari 10 Direktorat Jenderal Pengawas Obat  dan  Makanan,  1995.  Penetapan  kadar  air  serbuk  kering  daun  M.  tanarius
dilakukan  dengan  menghitung  susut  penguapan  menggunakan  terrmopan  dengan alat  Moisture  Balance  yang  terdapat  di  Laboratorium  Kimia  Analisis  Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.