aktivitas AST-serum pada tabel IX dan gambar 10 dari kedua perlakuan. Dengan adanya  hasil  ini  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  adanya  pemberian  olive  oil
sebagai pelarut dari hepatotoksin karbon tetraklorida tidak memberikan pengaruh dalam  menaikkan  aktivitas  ALT-AST  serum.  Ini  menunjukkan  bahwa  olive  oil
tidak  menimbulkan  kerusakan  pada  hati  dan  hati  masih  dalam  keadaan  normal. Sehingga  nilai  aktivitas  ALT-AST  serum  kelompok  olive  oil  dapat  dijadikan
acuan nilai normal aktivitas ALT-AST serum pada penelitian selanjutnya.
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mlkgBB
Karbon  tetraklorida  digunakan  sebagai  senyawa  model  hepatotoksin karena telah diketahui bahwa karbon tetraklorida dapat menyebabkan perlemakan
hati.  Selain  itu  penggunaan  karbon  tetraklorida  pada  penelitian  ini  adalah merupakan  penelitian  lanjutan  dari  saran  pada  penelitian  efek  hepatoprotektif
infusa  daun  M.  tanarius    menggunakan  senyawa  hepatotoksin  parasetamol Mahendra  dan  Hendra,  2011.  Kontrol  hepatotoksin  karbon  tetraklorida  ini
dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkgBB pada  hati tikus  jantan. Selain  itu  hasil dari uji  ini  juga akan digunakan
untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun M. tanarius . Uji ini dilakukan dengan  cara  memberikan  karbon  tetraklorida  dosis  2  mlkgBB  secara
intraperitorial  dan  diambil  sampel  darahnya  pada  selang  waktu  24  jam  melalui sinus orbitalis mata.
Hasil pengujian pada tabel VII menunjukkan bahwa aktivitas ALT-serum setelah  pemberian  karbon  tetraklorida  meningkat  mencapai  246,4  +  17,0  UL.
Pada  tabel  VIII.  terlihat  adanya  perbedaan  yang  bermakna  antara  kelompok
kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida terhadap kelompok kontrol negatif  olive oil  yang  aktivitas  ALT-serum  sebesar  82,2  +  2,7  UL.  Menurut  Zimmerman
1999 bahwa aktivitas ALT-serum dengan adanya kerusakan hati berupa steatosis mencapai tiga kali  lipat dari  nilai  normal, dari  hasil  pengujian  ini terlihat bahwa
peningkatan  aktivitas  ALT-serum  dengan  adanya  pemberian  karbon  tetraklorida dosis  2  mlkgBB  telah  mencapai  3  kali  lipat  dari  nilai  normal  dibandingkan
dengan  kelompok  kontrol  negatif  olive  oil.  Hasil  ini  dapat  menunjukkan  bahwa pemberian karbon tetraklorida
dosis 2 mlkgBB telah menyebabkan kerusakan hati ringan seperti steatosis.
Hasil  pengujian  terhadap  aktivitas  AST-serum  didapatkan  hasil  596,2  + 25,3  UL.  Pada  tabel  IX  terlihat  adanya  perbedaan  yang  bermakna  antara
kelompok  kontrol  hepatotoksin  karbon  tetraklorida  terhadap  kelompok  kontrol negatif  olive  oil  aktivitas  AST-serum  sebesar  118,6    +  5,1  UL.  Menurut
Zimmerman  1999  bahwa  aktivitas  AST-serum  dengan  adanya  kerusakan  hati berupa  steatosis mencapai empat kali lipat dari nilai normal, dari hasil pengujian
ini  terlihat  bahwa  peningkatan  aktivitas  ALT-serum  dengan  adanya  pemberian karbon  tetraklorida  dosis  2  mlkgBB  telah  mencapai  empat  kali  lipat  dari  nilai
normal  dibandingkan  dengan  kelompok  kontrol  negatif  olive  oil.  Hasil  ini mendukung  bahwa  dengan  adanya  pemberian  karbon  tetraklorida  dosis  2
mlkgBB pada tikus menyebabkan kerusakan hati. Adanya  keberbedaan  bermakna  aktivitas  ALT-AST  serum  kelompok
kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida terhadap kelompok kontrol negatif  olive oil,  menunjukkan  pemberian  karbon  tetraklorida  memberikan  pengaruh
meningkatkan  aktivitas  ALT-AST  serum  tikus  jantan  galur  Wistar  yang  berarti menimbulkan  kerusakan  hari  akibat  karbon  tetraklorida.  Hasil  dari  pengujian
kelompok hepatotoksin karbon tetraklorida ini digunakan untuk menghitung efek hepatoprotektif dari infusa daun M. tanarius .
3. Kontrol negatif infusa daun M. tanarius  dosis 10 gkgBB