4. Analisis histologik kerusakan hati
Analisis potensi hepatotoksik terhadap zat kimia di hati dapat dilengkapi dengan deskripsi histologi kerusakan yang dihasilkan. Ciri-ciri kerusakan hati
ditentukan dengan pengamatan mikroskopik cahaya dari sel hati Plaa dan Charbonneau, 2001.
F. ALT dan AST
Dua enzim yang berkaitan dengan kerusakan hati adalah enzim
aminotrasnferase yang mengkatalisis pemindahan reversibel suatu gugus amino di antara sebuah asam amino dan sebuah asam alfa-keto. Fungsi kedua enzim ini
penting untuk pembentukan asam-asam amino yang dibutuhkan untuk menyusun protein hati. Aspartat aminotransferase AST atau juga disebut glutamate-
oksaloasetat transminase GOT adalah enzim yang memperantai reaksi antara asam aspartat dan alfa-ketoglutamat. Alanin aminotransferase ALT yang disebut
juga sebagai glutamate-piruvat transaminase GPT berperan dalam memindahkan satu gugus amino di antara alanin dan asam ketoglutamat. Enzim AST dan ALT
dianggap enzim hati karena konsentrasinya tinggi di hati, namun dari keduanya yang spesifik untuk hati adalah ALT, AST terdapat juga di miokardium, otot
rangka, otak, dan ginjal Sacher dan Mc Pherson, 2002. Pada gangguan hati kadar ALT dan AST akan mengalami peningkatan
atau penurunan bersamaan. Apabila sel hati mengalami cedera, enzim yang normal berada di intrasel ini akan masuk ke dalam aliran darah dan terjadi
peningkatan kadar kedua enzim ini di dalam darah. Peningkatan kadar
aminotransferase setara dengan luas kerusakan hepatoselular Sacher dan Mc Pherson, 2002. Peningkatan kadar ALT-AST serum pada kerusakan hati
tergantung pada senyawa toksik yang terpapar Tabel I. Zimmerman, 1999.
Tabel I . Peningkatan kadar beberapa enzim serum pada pemejanan beberapa
senyawa toksik
Senyawa toksik Lesi yang ditimbulkan
Peningkatan kadar enzim serum Nekrosis
Steatosis AST
ALT OCT,SDH
CCl
4
+ +
4+ 3+
4+ Thioacetamide
+ -
4+ 3+
4+ Tetrasiklin
- +
2 +
1+ Ethionine
- +
+ -
+ Phosphorous
+ +
1-2+ 1-2+
1-2+
Keterangan : ALT, alanin aminotransferase; AST, aspartate aminotransferase; CCl
4
, karbon tetraklorida; OCT, ornithine carbamoyl transferase; SDH, sorbitol dehydrogenase
Zimmerman, 1999.
G. Macaranga tanarius L.
1. Sinonim
Macaranga molliuscula Kurz., Macaranga tomentosa Druce, dan Mappa tanarius Blume World Agroforestry Centre. 2002.
2. Nama lain
a. Inggris : hairy mahang
b. Filipina : binunga, himindan, kuyonon
c. Indonesia : hanuwa, mapu, mara, tutup ancur
d. Malaysia : ka-lo, kundoh, mahang puteh, tampu
e. Thailand : hu chang lek, ka-lo, lo khao, mek, paang
f. Vietnam : hach dâu nam
World Agroforestry Centre. 2002.
3. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta tumbuhan berpembuluh
Divisio : Spermatophyta menghasilkan biji
Sub-Divisi : Magnoliophyta tumbuhan berbunga
Classis : Magnoliopsida berkeping duadikotil
Sub-classis : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga tanarius L.
Plantamor, 2008.
4. Penyebaran
Tanaman M. tanarius banyak ditemukan tumbuh di daerah tropis tertutama di daerah hutan hujan tropis. Tanaman ini banyak ditemukan di banyak
Negara antara lain : Australia, Brunei, Kamboja, China, Indonesia, Vietnam, Jepang, Laos, Malaysia, Myanmar, Papua Nugini, Filipina, Taiwan, dan Thailand
World Agroforestry Centre. 2002.
5. Morfologi
M. tanarius merupakan tanaman pohon yang tingginya dapat mencapai 20 meter. Cabang pohon agak tebal dan berwarna hijau keabu-abuan. Daun
berwarna hijau dengan bentuk jantung dan pangkalnya berbentuk bulat, ukuran daun berkisar 8-32 x 5-28 cm. Panjang tangkai daun 6-27 cm, perbungaan terjadi
di ketiak daun, bunga jantan dapat terdiri dari benang sari, sedangkan bunga betina dapat terdiri dari dua sel ovari. Buah berbentuk kapsul biccocus dengan
panjang 1 cm, berwarna kekuningan, terletak di luar kelenjar. Biji berbentuk bulat dengan ukuran 5 mm, dan berkerut World Agroforestry Centre. 2002.
6. Kandungan kimia
Matsunami dkk., 2006, 2009 telah melaporkan bahwa dalam daun M. tanarius terdapat kandungan kimia seperti pada Gambar 4. berikut ini :
Gambar 4. Senyawa yang terkandung pada daun M. tanarius Matsunami dkk, 2006.
Matsunami, dkk 2009 melaporkan adanya senyawa glikosida yaitu macarangiosida A-D dan malofenol B yang diisolasi dari ekstrak metanol M.
tanarius menunjukkan aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH. Macarangiosida A-D dan malofenol B memiliki ikatan
α-β unsaturated. Kemungkinan pada atom C-
β inilah radikal bebas terikat karena sifat ikatan α-β unsaturated yang khas. Selain itu, Phommart dkk 2005 melaporkan kandungan
lain dari tanaman M. tanarius berupa tanariflavanon B, tanariflavanon C, tanariflavanon D, nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, blumenol A dan
blumenol B.
7. Khasiat dan kegunaan
Tanaman M. tanarius di Thailand digunakan telah banyak dimanfaatkan untuk kesehatan. Bagian daun segar digunakan sebagai antiinflamasi, dekok dari
akarnya digunakan sebagai antipireutik dan antitusif, bagian akar segar digunakan sebagai antiemetik Phommart dkk, 2005. Puteri dan Kawabata 2010
melaporkan bahwa daun M. tanarius dapat digunakan sebagai kandidat antidiabetes.
H. Infusa
1. Definisi
Infus merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90
o
C selama 15 menit. Pembuatan infus merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan
lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau dingin. Sediaan herbal yang mengandung minyak atsiri akan berkurang khasiatnya apabila tidak
menggunakan penutup pada pembuatan infus Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010.
2. Cara pembuatan
Infusa dibuat dengan cara mencampur serbuk simplisia derajat halus yang sesuai dengan sejumlah air pada panci, dipanaskan di atas penangas air
selama 15 menit terhitung setelah suhu mencapai 90
o
C sambil sesekali diaduk. Serkai selagi panas dengan kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui
ampas hingga diperoleh volume yang dikehendaki Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010.
I. Landasan Teori
Kerusakan hati dapat berwujud nekrosis dan sirosis. Adanya kerusakan pada sel hati ini dapat diindentifikasi dengan mengukur aktifitas pelepasan enzim
tertentu dari sel hati menuju plasma. Enzim yang dapat digunakan sebagai tolok ukur
tersebut seperti
Aspartat aminotransferase
AST dan
Alanin aminotransferase ALT. Bila terjadi kerusakan seperti steatosis pada sel hati
maka nilai aktifitas dari kedua enzim ini dapat meningkat menjadi 3 dan 4 kali lipat nilai normal Zimmerman, 1999.
Karbon tetraklorida CCl
4
diketahui sebagai salah satu senyawa model hepatotoksin yang dapat menyebabkan perlemakan pada sel hati. Senyawa ini
akan menghasil radikal bebas triklorometil dengan katalis enzim sitokrom P-450 yang dapat menimbulkan peroksidasi lipid serta dapat berikatan secara kovalen
dengan protein dan lipid sehingga mengakibatkan steatosis dan tertimbunnya lipid ini dapat mengganggu integritas membrane sel hati Timbrell, 2008.
Pada penelitian dari Matsunami dkk., 2006 melaporkan kandungan dari M. tanarius, yaitu macarangiosida A, macarangiosida B, macarangiosida C, dan
malofenol B yang diisolasi dari ekstrak metanol daun M. tanarius mempunyai aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH yang dapat berpotensi sebagai zat
.antioksidan. Senyawa-senyawa glikosida yang terlarut dalam pelarut polar ini diharapkan dapat menghambat pembentukan peroksidasi lipid sehingga dapat
mengurangi efek toksik yang ditimbulkan oleh karbon tetraklorida. Mahendra dan Hendra 2011 serta Nugraha dan Hendra 2011 melaporkan bahwa infusa daun
M. tanarius mempunyai pengaruh berupa penurunan kadar ALT dan AST serum tikus jantan yang terinduksi parasetamol.
J. Hipotesis
Pemberian infusa daun M. tanarius mempunyai efek hepatoprotektif dengan menurunkan kadar ALT-AST serum pada tikus jantan terinduksi karbon
tetraklorida CCl
4
.
23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini antara lain : a. Variabel bebas :
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis infusa daun M. tanarius yang dibuat dalam tiga peringkat dosis. Dosis infusa daun M. tanarius adalah
volume ml infusa daun M. tanarius tiap satuan kg berat badan hewan uji yang bersangkutan.
b. Variabel tergantung : Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kadar ALT-AST serum
pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida CCl
4
setelah pemberian infusa daun M. tanarius.
c. Variabel pengacau terkendali : 1 Kondisi hewan uji, yaitu menggunakan tikus berjenis kelamin jantan,
dengan galur Wistar, berat badan 150-250, umur 2-3 bulan