normal. Hal ini menegaskan bahwa dengan adanya induksi karbon tetraklorida dapat meningkatkan aktivitas ALT-AST serum.
Tubuh sebenarnya mempunyai sistem pertahanan untuk mengatasi radikal bebas, salah satunya adalah glutation-S-transferase GSH sebagai
antioksidan endogen. Jika terdapat radikal bebas di dalam tubuh, GSH akan menangkap radikal bebas tersebut Timbrell, 2008.
E. Metode Pengujian Hepatoprotektif
Pemeriksaan kondisi kerusakan hati dapat dilakukan dengan beberapa uji di laboratorium. Pemeriksaan tersebut meliputi tes enzim serum, tes ekstkretori
hepatik, perubahan kandungan kimia hati dan analisis histologik kerusakan hati Plaa dan Charbonneau, 2001.
1. Tes enzim serum
Dalam mengidentifikasi kerusakan hati, terdapat beberapa kategori enzim serum yang didasarkan pada spesifikasi dan sensitivitas berbagai tipe kerusakan
hati. Kategori pertama adalah alkalinfosfatase, 5’-nukleotidase 5’NT, dan gamma-glutamiltranspeptidase -GT. Kenaikan aktivitas enzim-enzim serum
tersebut memperlihatkan ada kerusakan kolestatik. Kategori kedua spesifik untuk kerusakan hati sitotoksik. Kategori kedua ini dibagi lagi menjadi beberapa
kategori. Enzim yang tidak spesifik dan dapat menunjukkan kerusakan jaringan ekstrahepatik misalnya aspartat aminotransferase AST dan laktat dehidrogenase
LDH. Pengukuran aktivitas enzim tersebut lebih hepatospesifik, terutama penggunaan untuk penelitian senyawa-senyawa yang belum diketahui potensi
kehepatoksikannya Plaa dan Charbonneau, 2001. Enzim yang paling spesifik untuk mengukur kerusakan yang terjadi di hati adalah Alanin aminotransferase
ALT Timbrell, 2008.
2. Tes ekskretori hepatik
Beberapa senyawa kimia yang berada di sirkulasi sistemik diekskresikan oleh hati dalam bentuk tidak berubah atau diubah didalam hepatosit. Senyawa itu
seperti bilirubin dan xenobiotika lainnya dapat digunakan untuk mendeteksi dan menentukan kerusakan hepatik karena berasal dari dalam hati. Apabila terjadi
perubahan jumlah senyawa-senyawa tersebut di dalam sirkulasi sistemik, dapat diindikasikan terdapat kelainan di hati Plaa dan Charbonneau, 2001.
3. Perubahan kandungan kimia hati
Senyawa hepatotoksin dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsional hepatik. Hal ini berguna untuk mendeteksi dan menetapkan tingkat
kerusakan hati yang terjadi. Perubahan ini dapat mempengaruhi metabolisme suatu obat sehingga merubah efek farmakologis obat tersebut. Hal ini dapat
digunakan untuk mendeteksi dan menentukan disfungsi hati, seperti pada terjadinya perpanjangan durasi efek dari pentobarbital dapat digunakan untuk
menentukan hepatotoksisitas relatif haloalkana. Panjang durasi pentobarbital tergantung pada kemampuan hati memetabolisme barbiturat. Adanya kerusakan
sel hati dapat menurunkan enzim pemetabolisme obat di hati, yang menyebabkan perpanjangan waktu tidur pentobarbital Plaa dan Charbonneau, 2001.
4. Analisis histologik kerusakan hati