Klasifikasi ketunarunguan : Kehilangan pendengaran marginal
Subjek 2 Inisial
: LI Usia
: 12 tahun Masuk kelas Latihan
: 2 tahun Klasifikasi ketunarunguan
: Kehilangan pendengaran sedang Riwayat kesehatan
: Awalnya LI termasuk anak yang mengalami
gangguan pendengaran
marginal. Namun, ketika kelas I LI mengalami gangguan pada matanya dan
harus dioperasi. Hal tersebut makin mempengaruhi
gangguan pada
pendengaran LI
sehingga LI
diklasifikasikan menjadi anak yang mengalami
kehilangan pendengaran
sedang. Selain itu, LI mengalami kemunduran dalam mengikuti pelajaran.
Hal ini dikarenakan LI tertinggal pelajaran beberapa bulan selama proses
penyembuhan operasi
mata yang
dijalaninya.
Subjek 3 Inisial
: DA Usia
: 13 tahun Masuk kelas Latihan
: 3 tahun Klasifikasi ketunarunguan
: Kehilangan pendengaran marginal
Subjek 4 Inisial
: SA Usia
: 14 tahun Masuk kelas Latihan
: 4 tahun Klasifikasi ketunarunguan
: Kehilangan pendengaran marginal
4. Metode Pengajaran Bahasa pada Murid Kelas VI SLB B
Karnnamanohara Yogyakarta
Menurut hasil observasi di kelas, diketahui bahwa metode pengajaran Bahasa di kelas sebagai berikut :
a. Guru membuka percakapan dengan murid – muridnya
mp1.kdk.1. b.
Guru membebaskan murid – murid untuk melanjutkan percakapan mp1.kdk.2.
c. Guru membantu murid – murid dalam mengutarakan
pendapatnya mp1.kdk.3.
d. Guru menuliskan sebuah bacaan di papan tulis yang sesuai
dengan hasil percakapan murid – murid mp1.kdk.4.
e. Guru membacakan bacaan di papan tulis dan menyuruh murid
– murid mengulanginya lalu mengulangi tanpa bantuan guru mp1.kdk.5.
f. Guru memberikan pertanyaan atau menyuruh murid –
muridnya untuk membuat kalimat yang sesuai dengan bacaan yang telah dituliskan di papan tulis mp1.kdk.6.
g. Terkadang, guru memberikan materi yang berasal dari hasil
percakapan kelas lain pada waktu yang telah lalu mp1.kdk.7. h.
Guru selalu berusaha untuk membuat murid – muridnya untuk aktif mengutarakan pendapat atau menjawab pertanyaan yang
telah diberikan mp1.kdk.8. Metode pengajaran Bahasa oleh guru di kelas yang telah
disebutkan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama, guru selalu diawali dengan membiasakan murid
– muridnya untuk berdoa bersama dan mengucapkan salam sm1.kdk.1.
Guru lalu membuka percakapan dengan murid – muridnya mengenai
pengalaman, peristiwa, atau kejadian yang ada disekitar mereka mp1.kdk.1. Kedua, guru membebaskan murid
– muridnya untuk mengembangkan percakapan tersebut dengan saling bertanya satu
sama lain mp1.kdk.2. Ketiga, guru pun tak segan untuk membantu murid
– muridnya yang kesulitan dalam mengutarakan maksud yang
ingin disampaikan oleh murid – muridnya mp1.kdk.3. Meskipun tak
jarang, guru juga kesulitan untuk memahami maksud yang ingin disampaikan oleh murid
– muridnya sehingga guru meminta bantuan pada salah satu murid yang mampu menyampaikannya pada guru
m1.kdk.11. Keempat,
setelah percakapan
berlangsung, guru
lalu menuliskan hasil percakapan antara guru dengan murid
– muridnya maupun antara murid yang satu dengan murid yang lain menjadi
sebuah bacaan di papan tulis mp1.kdk.4 Foto 01. Terkadang, guru menambahkan beberapa percakapan yang mendukung. Kelima, guru
membacakan bacaan tersebut sesuai dengan lengkung frase yang telah dibuat oleh guru dan menyuruh murid
– murid untuk mengulanginya bersama
– sama mp1.kdk.5 Foto 02. Guru membacakan bacaan tersebut secara perlahan dan jelas agar murid
– murid dapat mengucapkannya dengan benar. Guru pun menyuruh murid
– muridnya untuk mengulangi bacaan tersebut secara bersama
– sama tanpa bantuan dari guru. Keenam, guru menyuruh murid
– muridnya untuk membuat kalimat yang telah ditentukan guru yang sesuai dengan
bacaan tersebut mp1.kdk.6. Sebelumnya, guru memberikan sebuah contoh kalimat terlebih dahulu. Guru lalu menyuruh murid
– muridnya untuk membuat kalimat secara lisan secara bergantian. Kemudian,
menyuruh mereka untuk menuliskannya di papan tulis mp1.kdk.8 Foto 03.