Penggunaan Metode Maternal Reflektif MMR dalam

Hal tersebut karena LI tidak memahami ucapan lawan bicaranya. Meskipun terkadang ditegur oleh guru maupun guru lain agar LI berbicara, tetapi LI sering tidak memperdulikannya. 3 DA DA menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman – temannya, terutama teman laki – laki, dengan bermain bola m3.klk.1. Terkadang, DA juga mengobrol dengan teman – temannya menggunakan bahasa isyarat m3.klk.3. Namun, DA lebih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat menggunakan tangannya m3.klk.2. Sesekali, DA bercanda dengan temannya dengan hanya menggunakan ekspresi wajahnya m3.klk.2. 4 SA SA lebih sering bercengkrama dengan teman – temannya di dalam luar kelas, misalnya ikut bermain bola bersama teman – temannya m4.klk.1. Saat berkomunikasi dengan teman – temannya, SA lebih sering menggunakan bahasa isyarat m4.klk.3. Meskipun terkadang, SA akan berbicara sambil berisyarat dengan menggunakan tangannya m4.klk.2.

7. Analisis Data

Menurut hasil penelitian yang telah dipaparkan, dapat dilakukan analisis data berdasarkan tugas perkembangan bahasa, tipe perkembangan bahasa, dan faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa sebagai berikut: a. Tugas perkembangan bahasa Yusuf, 2010 merupakan tugas – tugas pokok yang saling berkaitan dalam berbahasa yang menuntut anak – anak untuk dapat menguasai tugas – tugas tersebut, yaitu tahapan pemahaman, pengembangan pembendaharaan kata, penyusunan kata – kata menjadi kalimat, dan ucapan. 1 Pemahaman Tahapan pemahaman dalam tugas perkembangan bahasa dapat didefinisikan sebagai kemampuan anak dalam memahami makna ucapan orang lain. Pemahaman pada anak tunarungu dapat dilihat dari kemampuan anak untuk memahami setiap pertanyaan atau pernyataan dari guru atau teman – temannya. Selain itu, dapat tampak dari kemampuan anak untuk dapat merespon setiap pertanyaan atau pernyataan sehingga dapat dikatakan bahwa anak tersebut telah memahami ucapan dari guru maupun teman – temannya. NA telah menguasai tahapan pemahaman. Hal ini tampak ketika NA dapat segera merespon pertanyaan dari guru maupun teman – temannya. Selain itu, NA merupakan murid yang paling cepat memahami setiap pelajaran yang diberikan di kelas. Di sisi lain, NA masih kebingungan ketika harus membedakan antara “awal bulan” dan “akhir bulan”. Namun, NA dapat langsung memahami penjelasan dari guru. LI belum sepenuhnya menguasai tahapan pemahaman. Pemahaman LI akan tampak apabila diberikan penjelasan berulang – ulang atau membutuhkan waktu yang lama. Hal tersebut terlihat ketika LI akan diam saja dan tersenyum apabila LI tidak memahami pertanyaan atau pernyataan guru dan meminta guru untuk mengulanginya. LI juga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menjawab pertanyaan dari guru atau teman – temannya. Sebaliknya, DA dan SA telah dapat menguasai tahapan pemahaman. Meskipun terkadang, DA dan SA memerlukan penjelasan yang berulang – ulang mengenai pelajaran atau pertanyaan dari guru maupun teman – temannya. 2 Pengembangan pembendaharaan kata Tahapan pengembangan pembendaharaan kata umumnya akan terus mengalami peningkatan setelah anak memasuki usia sekolah. Pengembangan pembendaharaan kata pada anak tunarungu dapat meliputi pengusaan anak dalam mengenali arti sebuah kata serta dapat menuliskan dan mengucapkannya. NA telah menguasai tahapan pengembangan pembendaharaan kata. Hal ini dikarenakan NA hampir tidak pernah bertanya pada guru mengenai arti dari sebuah kata. Namun, LI, DA, dan SA belum sepenuhnya mengusai tahapan pengembangan pembendaharaan kata. LI masih kesulitan dalam m engulangi dan mengucapkan kata “minta maaf”, kesulitan dalam menuliskan “periksa”, kesalahan dalam menuliskan “makan” menjadi “motor”. DA masih kesulitan dalam menuliskan kata “herpes”, kesalahan dalam mengartikan “buta” menjadi “botak”, kesalahan dalam me nempatkan awalan “di - ...” dengan “ke - ...”. Sedangkan SA masih kesulitan menuliskan kata “pintar” menjadi “pitar”. SA juga masih membutuhkan bantuan guru dan temannya untuk mengulangi kata – kata di papan tulis. 3 Penyusunan kata – kata menjadi kalimat Tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat pada anak tunarungu biasanya masih berupa kalimat tunggal. Hal tersebut akan tampak ketika anak dapat membuat sebuah kalimat dengan kata – kata yang tersusun dengan benar. Selain itu, akan terlihat ketika anak dapat mengembangkan sebuah kata menjadi sebuah kalimat. NA dan SA telah mengusai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat. Hal tersebut tampak dari NA dan SA yang telah lancar dan dapat menggunakan kalimat yang benar ketika berkomunikasi dengan guru maupun teman – temannya. Meskipun terkadang, SA masih kebingungan mengenai suatu arti kata. Namun, LI dan DA belum sepenuhnya menguasai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat. LI masih membutuhkan bantuan NA untuk menyusun sebuah kalimat. LI merasa tidak yakin dengan kalimat yang telah dibuatnya sedangkan DA masih kesulitan dalam menyusun kalimat ketika menggunakan kata “minta maaf” dari pertanyaan gurunya. 4 Ucapan Tahapan ucapan merupakan kemampuan anak – anak untuk mengucapkan kata – kata yang berasal dari hasil belajar melalui imitasi peniruan. Tahapan ini akan tampak pada anak tunarungu ketika sedang berkomunikasi dengan guru maupun teman – temannya. Meskipun terkadang masih disertai dengan penggunaan bahasa isyarat apabila ada anak yang tidak mengetahui ucapan tertentu. NA telah menguasai tahapan ucapan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kemampuan NA dalam melakukan komunikasi menggunakan bahasa oral dengan guru dan teman – temannya. Meskipun terkadang, NA akan menggunakan bahasa oral sambil berisyarat ketika teman – temannya tidak mengetahui maksud ucapan NA dan membantu teman – temannya mengungkapkan kata – kata dari gurunya. Sementara itu, LI masih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat ketika berkomunikasi. DA dan SA telah menguasai tahapan ucapan. DA dan SA dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa oral dengan guru dan teman – temannya. Terkadang, DA dan SA masih menggunakan bahasa oral sambil berisyarat atau DA terkadang menggunakan ekspresi wajahnya ketika berkomunikasi dengan teman – temannya. Berdasarkan tugas perkembangan bahasa yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa NA telah menguasai tahapan pemahaman. Namun, LI, DA, dan SA belum sepenuhnya menguasai tahapan pemahaman. NA juga telah menguasai tahapan pengembangan pembendaharaan kata. Sebaliknya, LI, DA, dan SA belum sepenuhnya mengusai tahapan pengembangan pembendaharaan kata pada suatu kata tertentu. Di sisi lain, NA dan SA telah mengusai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat. Namun, LI dan DA belum sepenuhnya menguasai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat sehingga masih membutuhkan bantuan dari

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB – B Karnnamanohara Yogyakarta ).

0 0 11

PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DII DI SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG.

0 0 29

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATERNAL REFLEKTIF DALAM BAHASA INDONESIA DI SLB. B (ANAK TUNARUNGU).

0 1 44

Gambaran dari dampak penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) terhadap perkembangan bahasa dan komunikasi pada murid tunarungu kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta.

0 4 150

PENGARUH PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ANAK TUNARUNGU KELAS IV DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

0 0 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE MATERNAL REFLEKTIF PADA ANAK TUNARUNGU KELAS D5 SEMESTER I SLB-B YAAT SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 0 18

PENGARUH METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA TUNARUNGU SMP DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN 2014.

0 0 19

Komunikasi interpersonal berbasis Metode Maternal Reflektif (MMR) antara ibu dan anak berkebutuhan khusus tunarungu : studi kasus keluarga di SLB Ngelom Taman Sidoarjo.

2 10 95

PENGARUH MEDIA SCRABBLE WORD BERGAMBAR TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA.

16 119 16

KEMAMPUAN MENDISKRIMINASI BUNYI BAHASA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII DALAM PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI) DI SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA.

4 51 155